This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Selasa, 17 September 2013

PSIKO SPIRITUAL ISLAM (Tela’ah atas Dimensi Psikologi dan Kesehatan Mental dalam Sufisme)

Abstrak Psiko spiritual Islam adalah kerangka psikologi yang mencoba mengkaji nilai-nilai keislaman yang berkaitan langsung dengan kejiwaan manusia. Kajian ini lebih menitikberatkan kepada tasawuf, karena dalam tasawuf nilai-nilai spiritual dengan pendekatan intuisi lebih koheren dan similar dengan dimensi psikologi. Sufistik sendiri adalah sebuah metode tadzkiyyah al-nafs yang dapat mewujudkan kebahagiaan, ketenangan dan kesehatan mental. Pendahuluan Manusia secara psikologi, disebut sebagai makhluk yang serba teka-teki dan rumit untuk dikenali. Dimensi psikologi manusia terasa rumit untuk dikaji disebabkan oleh kompleksnya gejala prilaku yang terdapat pada diri manusia tersebut. Al-Qur’an, mensifati manusia sebagai makhluk yang paling sempurna dan sebaik-baik bentuk. Allah berfirman yang bermaksud: Sungguh Kami ciptakan manusia itu sebaik-baik bentuk1 Makhluk yang mulia dibanding makhluk Allah lainnya2, Maka diilhamkan (manusia) untuk berbuat dosa ataupun berlaku taqwa3 Manusia diberi bekal dan potensi untuk menjadi baik atau buruk sehingga dalam proses kesempurnaan diri itu, manusia berdiri sebagai subjek yang sadar dan bebas dalam menentukan pilihan baik atau buruk, jalan kebaikan atau kejahatan, berlaku taqwa atau fujr, atau jalan yang menyebabkan dirinya terpelihara atau memilih jalan kebinasaan. Dari aspek lain, al-Qur’an mensifati manusia dalam perbuatan dan kehidupannya sebagai tergesa-gesa, sebagaimana firman Allah yang bermaksud: Dan adalah manusia itu selalu tergesa-gesa4 Sesungguhnya manusia itu menzalimi dirinya lagi ingkar (pada aturan Tuhannya)5 Sesungguhnya manusia itu diciptakan berkeluh kesah6 Adalah manusia itu dengan mudah saja bertengkar 7 Dan adalah manusia itu, makhluk yang sangat dhaif dan lemah,8 Psikoterapi Islam merupakan efek emosional-psikologi yang mengkaji manusia selaku subjek pengamal agama berdasarkan dimensi iman, ibadah, akhlak dan tasawuf. Manusia dalam kaitannya dengan kesehatan mental; berusaha menjadikan dirinya tenang, tenteram dan bebas daripada gangguan mental. Kajian ini bertalian erat dengan pembentukan moral yang positif ataupun negatif. Standar penilaian bermoral itu dianggap bermarwah atau tidak adalah berdasarkan keseragaman pemahaman. Satu pemahaman menyebutkan: moral yang baik dapat diukur dengan munculnya rasa solidaritas yang tinggi, pemaaf, kesadaran untuk tidak mengganggu ketenteraman orang lain, dan menjalin hubungan yang baik dengan Allah.9 Jika basis kepada proses perkembangan psikologi adalah pertumbuhan, pembinaan dan pengembangan nilai akhlaq al-karimah yang tersentuh dalam diri dan kehidupan manusia, maka akhlak adalah kualitas – kualitas moral yang khusus bagi manusia malahan ia merupakan basis utama kemanusiaan itu sendiri. Dalam akhlak tercermin kepribadian, di mana manusia sebagai makhluk jasmani dan rohani yang diciptakan dalam keadaan ahsan al-taqwim (sebaik-baik bentuk). Tanpa akhlak, manusia akan kehilangan azas kemanusiaannya yang akan menyebabkan ia hidup sebagai manusia tanpa kemanusiaannya atau dengan kata lain sebagai makhluk asfal safilin (makhluk yang tidak bermoral).10 Dimensi psikologi manusia, hati, roh, nafsu dan akal, memerlukan pembinaan dan pengembangan, agar selalu berada dalam salam. Ketundukan pada aturan Ilahi harus dibina agar manusia mempunyai fakultas jiwa yang bermanfaat bagi kemaslahatan hidupnya. Pembicaraan tentang hati dalam al-Qur’an sangat banyak, umpamanya, dalam firman Allah yang bermaksud: Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, buta itu adalah hati yang ada di dalam dada,11 Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami,12 Usaha Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh Syaitan itu sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang kasar hatinya,13 Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya, 14 Sekali-kali tidak (demikian) sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.15 Dan Allah tidak mengunci mata hati dan pendengaran mereka dan penglihatan mereka ditutupi. 16 Dan (juga) agar hati kecil orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat cenderung kepada bisikan itu, mereka merasa senang kepadanya dan usaha mereka mengerjakan apa yang mereka (syaitan) kerjakan.17 Yaitu pada hari harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.18 Barang siapa yang beriman kepada Allah, maka Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya,19 Hakikat hati telah dijelaskan dalam al-Qur’an, namun hati yang dimaksudkan di sini adalah hati yang tulus yang dapat mengerti, memahami dan mengetahui sehingga di mana ia menentukan hakikat manusia. Dalam usaha menjadikan hati itu bersih, manusia harus dibimbing menuju Allah dengan beriman dan berzikir kepada-Nya. Dalam tasawuf penyucian hati adalah hal penting; dimana proses perjalanan menuju hati yang suci perlu diterapkan dengan penuh ketekunan karena mensucikan hati akan memberi efek kepada pembinaan mental seorang muslim.20 Islam telah menetapkan dasar roh dalam diri manusia, namun hakikat roh bukanlah urusan yang mudah karena al-Qur’an membicarakan hal ini dalam firman Allah yang bermaksud: Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh, katakanlah, roh itu termasuk urusan Tuhanku dan tidaklah kamu diberi pengertian (ilmu) melainkan sedikit.21 Pada prinsipnya roh merupakan urusan Tuhan dan akal manusia tidak dapat menjangkau hakikat sebenarnya. Di awal penciptaan manusia, roh telah diperkenalkan Tuhan. Allah menguraikannya dalam firman-Nya yang bermaksud: Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam daripada sulbi mereka (seraya berkata) ; “Bukankah Aku ini Tuhannya”? Mereka menjawab “ Betul (Engkau Tuhan kami).22 Namun roh dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang mengelilinginya dimana faktor keluarga sangat dominan dalam mempengaruhi roh, untuk menjadikannya baik atau jahat; faktor akal fikiran yang bebas tanpa batasan akan menimbulkan keingkaran dan kesombongan dan faktor pemenuhan kebutuhan, mendesak roh berbuat spekulasi dan penyimpangan. Penyelarasan roh, agar senantiasa berada dalam “Latifah Ruhaniyyah Rabbaniyyah” memerlukan pendidikan yang seimbang sebagaimana roh yang telah mengenal Tuhannya di awal penciptaannya, dan menghiasi roh tersebut dengan amalan-amalan dan zikir kepada Allah (Tuhan). Nafsu dalam kehidupan manusia dapat menjadi tenaga yang positif, dan kadangkala pula mendorong untuk hal-hal yang negatif. Nafsu dalam al-Qur’an dikategorikan kepada beberapa peringkat. Nafs al-ammarah yang berisi segala bentuk perbuatan agresif dan destruktif manusia di ubah menjadi nafs al-lawwamah yang kemudiannya berubah menjadi nafs mutma’innah.23 Apabila nafsu senantiasa tunduk dan taat kepada kehendak hawa nafsu dan godaan-godaan syaitan, ia dinamakan al-nafs al-ammarah bi al-su’ (nafsu yang menyerah pada kejahatan). Allah berfirman yang bermaksud: Dan Aku tidak membebaskan diriku daripada kesalahan, karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyerah kepada kejahatan.24 Bila ketenangan nafsu itu belum sempurna, namun tetap menyerah dan membuka peluang kepada hawa nafsu, maka nafsu yang demikian disebut al-nafs al-lawwamah (jiwa yang menyesali dirinya sendiri). Kemudiannya nafsu itu mencerca pemiliknya ketika dia lalai dari melakukan pengabdian kepada Tuhannya. Allah mengingatkan dalam firman-Nya yang bermaksud: Dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri).25 Namun apabila nafsu tenang berada di bawah perintah Allah dan ia meninggalkan semua perkara syahwat maka ia disebut al-nafs al- mutma’innah (jiwa yang tenteram)26 Allah memanggil jiwa yang tenang ini dengan sebutan, dalam firman-Nya yang bermaksud: Hai jiwa yang tenteram, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati puas lagi diredhaiNya. 27 Akal dalam dimensi kemanusiaan berperanan penting untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya di hadapan Allah. Akal sebagaimana roh dan nafsu juga memiliki kecenderungan untuk melakukan kebaikan dan keburukan. Namun, akal yang diberi taklif adalah akal rasional atau akal rendah yang menentang kodratnya sebagai manusia. Empat dimensi psikis manusia; hati, roh, nafsu dan akal memiliki potensi pembinaan dan pengembangan mental dan moral menuju akhlaq al-karimah yang sesuai dengan kodrat azalinya yang dibawa semenjak lahir. Tasawuf melihat pribadi manusia sebagai sesuatu yang unik membutuhkan pembinaan dan pengembangan untuk menjadi insan yang mengenali, mengabdi dan mendekati diri kepada Allah. Dengan cara itu seorang sufi dapat mencapai spritual yang tinggi, meraih kesempurnaan dan kesucian rohaniah yang murni. Usaha sedemikian disebut oleh kaum sufi dengan tadhkiyyah al-nafs yaitu proses perkembangan psikologi manusia, menuju kondisi batiniah yang meraih al-falah (kesempurnaan), al-najat (kejayaan) dan mutma’innah (ketenangan). Kemenangan, kejayaan, ketenangan atau dalam bahasa yang agak umum kebahagiaan (happiness – al-sa’adah: Arab) sebenarnya adalah kumpulan ketenangan mental dalam satu kesatuan pribadi yang utuh.28 Dan ketenangan mental (mutma’innah) dapat diperoleh dengan mengingat Allah dan beramal saleh. Allah berfirman yang bermaksud: Ketahuilah! Hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.29 Ketenangan jiwa ataupun kebahagiaan hidup tidak dapat diraih tanpa menghilangkan gangguan-gangguan yang berkemungkinan menghambat proses tadhkiyyah al-nafs berlangsung. Gangguan itu biasanya lahir daripada sikap rasa berdosa, bersalah atau rasa dendam.30 Islam menyarankan umatnya supaya tidak terlalu memikirkan tentang dosa.31 Ini adalah karena, secara psikologi orang yang berbuat dosa akan merasa gelisah dan cemas selama rasa berdosa itu berada dalam dirinya.32 Dalam psikoterapi sufistik, pengajaran dan bimbingan rohani menuju Allah SWT, adalah suatu proses yang berterusan. Sebelum seorang sufi menyibukkan dirinya dengan ibadah, dia harus melalui proses yang disebutnya dengan maqamat (it station) dan al-ahwal. Proses perjalanan sufi tersebut adalah melalui taqarrub dan zikkrullah yang akan menaikkannya ke puncak ma’rifatullah untuk mencapai tahap kebahagiaan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Maqam Taubat dalam Kesehatan Mental Daripada terminologi taubat tersimpan makna esoterik di mana seseorang Salik bangun daripada sadarnya,33 menyadari sepenuhnya atas perbuatan tidak baik yang dilakukannya. Usaha kesadaran daripada dosa dan kesalahan, mendorongnya untuk berlaku baik dan beramal saleh. Dalam tasawuf, cara seperti ini, harus dilalui dengan benar dan ikhlas. Seorang salik harus benar-benar memahami dirinya sebagai berdosa karena itu dia menyesalinya dengan taubat yang murni (taubat nasuha), sehingga rasa berdosanya terkikis habis daripada psikologinya. Proses taubat ini sebenarnya adalah usaha Takhalli34 (pengosongan diri daripada nilai-nilai kejahatan). Dalam Islam, Penyembuhan jiwa daripada rasa berdosa dan bersalah; adalah melalui pintu taubat dengan sebenar-benarnya karena dengan dosa itu, seseorang itu akan senantiasa cemas dan tegang.35 Taubat itu sendiri mengandung makna “kembali”; dia bertaubat, berarti dia kembali. Jadi taubat adalah kembali dari sesuatu yang dicela oleh syara’ menuju sesuatu yang dipuji olehnya.36 Al-Junaid al-Baghdadi, seorang ahli sufi37 pernah ditanya tentang taubat. Dia menjawab: “Taubat adalah penghapusan dosa seseorang.” Pertanyaan yang sama juga diajukan kepada Sahl al-Tustani, seorang ahli sufi katanya: “Taubat berarti tidak melupakan dosa seseorang”.38 Taubat menurut Ibn al-Qayyim al-Jauziyyah adalah “kembalinya seorang hamba kepada Allah dengan meninggalkan jalan orang-orang yang dimurkai Tuhan dan jalan orang-orang yang tersesat. Dia tidak mudah memperolehnya kecuali dengan hidayah Allah agar dia mengikuti sirat al-Mustaqim (jalan yang lurus)”.39 Taubat itu sendiri tidak sah kecuali dengan menyadari dosa tersebut, mengakui dan berusaha mengatasi akibat-akibat dari dosa yang dilakukan. Menurut pengertian lain taubat juga berarti “bangunnya jiwa manusia yang melahirkan kesadaran terhadap segala kekurangan atau kesalahannya dan menetapkan tekad dan azam yang disertai dengan amal perbuatan untuk memperbaikinya”.40 Dalam tasawuf, seorang salik diajarkan bertaubat supaya dia mendekatkan dirinya kepada Allah SWT. Pengakuannya terhadap dosa dan kesalahan adalah usaha permulaan dalam memahami dirinya yang kemudian secara bertahap dia akan mengenal Tuhannya. Proses ini di dalam psikoterapi dan kesehatan mental merupakan perawatan (curative), pencegahan (preventive) dan pembinaan (constructive). Apabila taubat merupakan pengakuan dosa dan penyesalan diri, maka orang yang menderita dapat mengungkapkan perasaan berdosa dan bersalahnya kepada Allah SWT. serta menyadari dan memperbaiki dosanya. Dengan bertaubat, seseorang akan memperolehi kelegaan batin karena dia merasa pengakuan dosa dan penyesalannya didengar, diperhatikan dan diterima oleh Allah SWT, serta memperoleh keampunan dan kasih sayang dari-Nya. Taubat yang murni dengan meyakini sifat Allah SWT yang Maha Penerima Taubat, Pengampun dan Penyayang, akan membuatkan seseorang itu sehat mentalnya dan menjadikan taubat sebagai metode terapeutik (pengobatan).41 Taubat yang diimbangi dengan amalan-amalan baik,42 akan membebaskan seorang salik daripada kegelisahan dan kecemasan yang terdapat dalam dirinya. Amal saleh setelah taubat dalam psikoterapi sufistik, disebut juga dengan Tajalli43 (anugerah Ilahi atas penerimaan taubatnya dan mengisinya dengan ubudiyah dan amal saleh) yang secara psikologi dikenali dengan proses pencegahan (preventive) Setiap kali seseorang salik bertaqarrub (mendekatkan diri) dengan Allah SWT, sedemikian pula dia membina dirinya, tetap dalam kesehatan mental dan kelegaan batin. Tingkat pembinaan (konstruksi) ini, di dalam tasawuf disebut dengan Tahalli44 (menghiasi dirinya dengan amalan-amalan saleh). Dalam psikoterapi taubat, seorang terapis mendorong individu agar senantiasa menghiasi diri dengan ibadah dan amal saleh. Perlakuan semacam ini, merupakan usaha terapis dalam membina pasien dalam ketaqwaan dan keimanan yang kuat. Terapis mendorong individu tersebut dalam ketaatan dan tidak memikirkan untuk berbuat dan memikirkan tentang dosa dan maksiat yang dilakukannya pada masa lampau. Maqam Zuhud dalam Kesehatan Mental Secara terminologi zuhud adalah mengarahkan keinginan kepada Allah SWT, menyatukan kemauan kepada-Nya dan sibuk dengan-Nya dan meninggalkan kesibukan-kesibukan lainnya dengan harapan, agar Allah memperhatikan dan membimbing seorang zahid (orang yang berprilaku zuhud).45 Al-Junaid al-Baghdadi mengatakan : “Zuhud” adalah “ketika tangan tidak memiliki apa-apa pun dan pengosongan hati dari cita-cita”. Di sini seorang sufi tidak memiliki sesuatu yang berharga melainkan Tuhan yang dirasakannya dekat dengan diriya. Sebagaimana juga Yahya ibn Muadz menyatakan bahwa zuhud adalah meninggalkan apa yang mudah ditinggalkan.46 Seorang sufi meninggalkan harta benda dan kemewahan duniawi untuk menuju Tuhan yang dicintai. Menurut imam al-Ghazali hakikat zuhud itu adalah meninggalkan sesuatu yang dikasihi dan berpaling darinya kepada sesuatu yang lain, yang terlebih baik darinya karena menginginkan sesuatu di dalam akhirat, dikatakan zuhud.47 Seiring dengan pernyataan Imam al-Ghazali, Ibn Taimiyyah juga berkata bahwa zuhud itu berarti meninggalkan apa-apa yang tidak bermanfaat untuk kepentingan akhirat.48 Meninggalkan sesuatu yang dicintai dengan mengejar sesuatu lain yang lebih baik adalah tujuan penting seorang zahid. Bagi zahid tidak ada yang lebih dicintai, kecuali Allah SWT yaitu dengan memburu kehidupan yang lebih baik (akhirat) dengan mencintai Allah SWT dan mengharapkan keredhaan-Nya. Hidup sebagai seorang zahid menuntut psikologi kepada kebahagiaan hakiki yaitu mereka mengutamakan kehidupan akhirat yang lebih kekal dan nikmat. Sifat zuhud ini sangat besar fungsinya dalam mencapai kemenangan (al-falah), kejayaan (an-najah) dan kebahagiaan (al-sa’adah). Dalam menjalani kehidupan sebagai seorang zahid, ia berusaha memenuhi kebutuhannya dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT serta menangguhkan keperluan lainnya49 untuk mencapai spritual yang tinggi. Psikoterapi zuhud dapat berfungsi sebagai metode takhalli (pengosongan), tajalli (anugerah dan pengisian) dan tahalli (penghiasan). Rawatan atas gangguan kejiwaan dengan menggunakan langkah tajalli bererti mengamalkan aturan-aturan Ilahi dan menghindarkan diri kepada kehendak-kehendak-Nya karena mengharapkan kerelaan Allah SWT. Dengan demikian, metode tahalli merupakan langkah yang efektif bagi perawatan gangguan mental, kecemasan dan ketidaksehatan mental. Sikap zuhud adalah penghindaran diri daripada sifat tamak50 (rakus) dan kecintaan terhadap dunia51 (hub-al-dunya) yang berlebihan. Mental seorang yang zahid bebas daripada kedua-dua sifat di atas itu akan mendatangkan kelegaan, ketenangan dan kesehatan mental. Dalam fungsi takhalli psikoterapi zuhud bermakna pencegahan (preventive) daripada tergelincir pada sifat negatif sifat seperti di atas tersebut sehingga melahirkan keseimbangan dan integritas yang tinggi, pada diri seseorang. Sementara itu, dalam fungsi tahalli (penghiasan diri), psikoterapi zuhud berperanan dalam mempertahankan keadaan yang tetap dalam kesehatan mental dan ketenangan jiwa. Pada Komponen psikoterapi zuhud, seorang terapis berfungsi sebagai motivator kepada pasien. Seorang terapis membina pasien agar senantiasa dalam kehidupan yang sederhana dan tidak berlebihan. Maqam Sabar dan Tawakkal dalam Kesehatan Mental Sabar bukanlah sesuatu yang harus diterima seadanya, bahkan sabar adalah upaya kesungguhan yang juga merupakan sifat tuhan yang sangat mulia dan tinggi. Sabar ialah menahan diri dalam memikul sesuatu penderitan, baik dalam sesuatu perkara yang tidak diingini maupun dalam kehilangan sesuatu yang disenangi.52 Menurut Imam Ahmad ibn Hanbal, perkataan sabar disebut dalam al-Qur’an di tujuh puluh tempat. Menurut ijma’ ulama, sabar ini wajib dan merupakan sebagian dari syukur.53 Sabar dalam pengertian lughawi (bahasa) adalah “menahan atau bertahan”. Jadi sabar sendiri adalah “menahan diri dari rasa gelisah, cemas dan marah, menahan lidah dari keluh kesah serta menahan anggota tubuh dari kekacauan”.54 Sabar juga merupakan sikap jiwa yang ditampilkan dalam peneriman sesuatu, baik berkenaan dengan penerimaan tugas dalam bentuk suruhan dan larangan, maupun dalam bentuk perlakuan terhadap orang lain, serta sikap menghadapi sesuatu musibah.55 Sabar merupakan sifat yang secara holistik harus dimiliki oleh seorang sufi. Sabar sendiri tidak mengenal bentuk ancaman dan ujian; seorang sufi semestinya berada dalam ketabahan dan kesabaran yang utuh. Tawakkal adalah kepercayaan dan penyerahan diri kepada takdir Allah dengan sepenuh jiwa dan raga. Dalam tasawuf, tawakkal ditafsirkan sebagai suatu keadaan jiwa yang tetap berada selamanya dalam ketenangan dan ketenteraman, baik dalam keadaan suka maupun duka. Dalam keadaan suka cita, akan bersyukur dan dalam keadaan duka, akan bersabar serta tidak resah dan gelisah.56 Sari al-Saqati57 mengatakan : “Tawakkal adalah pelepasan dari kekuasaan dan kekuatan, tidak ada kekuasaan dan kekuatan apapun melainkan dari Allah semesta Alam.58 Sabar dan tawakkal adalah dua sifat yang utama dan terpuji. Kedua-duanya merupakan sifat Tuhan yang baik untuk disifati oleh manusia. Sabar adalah sikap mental dalam menerima sesuatu perkara baik ataupun buruk bagi dirinya. Sementara tawakkal adalah sikap jiwa dengan menyerahkan diri kepada takdir Ilahi.59 Dalam suka maupun duka dengan kesan bahwa Tuhan dipercayai sebagai tempat berdoa dan bermunajat. Seorang sufi yang menjalani kehidupan rohani akan berusaha dengan semaksimal mungkin dan dengan harapan mendapat hasil yang maksimal juga. Sabar dan tawakkal harus didasarkan atas iman yang kuat, karena tanpa keimanan, kesabaran akan mudah pupus, demikian juga dengan tawakkal akan jatuh ke dalam kebimbangan. Sabar maupun tawakkal, kedua-duanya menjadi perisai bagi perjalanan hidup seorang sufi. Dengan bantuan iman yang kuat, kedua-duanya boleh mendekatkan seorang sufi pada Tuhannya. Dalam psikoterapi sufistik, sabar dan tawakkal dapat berfungsi sebagai tajalli, tahalli dan takhalli. Sifat sabar dan tawakkal dapat berfungsi sebagai tajalli karena dengannya seorang sufi telah mewujudkan perasaan tenteram dan tenang dan tidak mudah gelisah serta cemas jika ditimpa musibah dan ujian, lebih-lebih lagi jika ia bertawakkal pada Tuhannya. Oleh itu metode tajalli ini, sabar yang bertalian dengan sifat tawakkal adalah usaha pengobatan daripada gangguan kekejiwaan dan ketidak seimbangan mental. Melalui metode tahalli, seorang sufi menghiasi dirinya dengan sifat sabar dan tawakkal, yang dapat melahirkan kesehatan mental dan kelegaan batin. Pada tahap metode takhalli, seorang sufi dengan kesabaran dan ketawakkalannya dapat menghindarkan dirinya daripada kemungkinan jatuh pada hal yang buruk dan metode ini berfungsi sebagai asas untuk tetap dalam sabar dan tawakkal. Komponen sabar dan tawakkal digunakan sebagai metode oleh para terapis secara berkesinambungan. Terapis memberikan arahan dan panduan kepada individu, agar senantiasa sabar dalam menghadapi musibah dan menyerahkan segala keputusan kepada takdir Allah. Seorang pasien yang dapat mengamalkan ajaran tentang kesabaran dan tawakkal dapat menjadikan kehidupan yang lebih tenang dan tenteram, karena adanya keyakinan bahwa semua yang menimpanya adalah ketentuan daripada Allah SWT. Anugerah Redha dalam Kesehatan Mental Bagi Imam al-Ghazali kelebihan redha Allah SWT merupakan manifestasi dari keredhaan hamba.60 Redha terikat dengan nilai penyerahan diri kepada Tuhan yang bergantung kepada usaha manusia dalam berhubungan dengan Tuhannya, agar senantiasa dekat dengan Tuhannya. Syeikh Abu Ali al-Daqqaq menyatakan bahwa seorang sufi tidak merasa terbebani dengan hukum dan qadar Allah Ta’ala.61 Bagi Imam al-Ghazali kelebihan redha Allah SWT merupakan manifestasi dari keredhaan hamba.62 Redha terikat dengan nilai penyerahan diri kepada Tuhan yang bergantung kepada usaha manusia dalam berhubungan dengan Tuhannya, agar senantiasa dekat dengan Tuhannya. Syeikh Abu Ali al-Daqqaq menyatakan bahwa seorang sufi tidak merasa terbebani dengan hukum dan qadar Allah Ta’ala.63 Redha merupakan puncak kecintaan yang lahir daripada pengabdian yang sungguh-sungguh dan penuh kepasrahan, tawaddu’ dan tawakkal. Kesanggupan seorang sufi dalam menanggung cobaan dan ujian dapat meningkatkan stabilitas keredhaan dan tetap terpahat dalam dirinya. Keadaan stabil yang ditimbulkan oleh sifat redha, adalah sifat manifestasi pada ketinggian agama, ketinggian pengabdian, dan kekhusyu’an dalam bertaqarrub kepada Allah SWT. Dalam psikoterapi sufistik, redha dapat menjadi tenaga inovatif, sumber integritas dan kekuatan dalam spritualitas. Apabila redha dapat berfungsi secara inovatif, berintegritas dan kekuatan dalam spiritual, maka redha berlaku bagi takhalliyah al-nafs, tajalli al-nafs, dan tahalliyah al-nafs. Ketiga-tiga fungsi ini dalam psikoterapi sufistik bersesuaian dengan metode kesehatan mental dan redha adalah metode pencegahan (preventive), pengobatan (curative) dan pembinaan (constructive). Apabila fungsi takhalliyah al-Nafs dan tahalliyah al-nafs menguasai diri seorang sufi, maka redha dapat mewujudkan kebahagiaan, kelestarian, keserasian dan kesehatan mental. Oleh itu, keredhaan dengan muatan yang dikandungnya adalah usaha menghilangkan persepsi buruk terhadap Tuhan dan menukarnya dengan keyakinan bahwa sesuatu yang ditimpakan oleh Allah SWT pada seorang ‘abid (hamba) mempunyai hikmah yang dalam dan hanya diketahui oleh sebagian orang yang dikehendaki Ilahi. Dalam amalan terapi, seorang terapis dapat mempraktekkan metodologi psikoterapi redha kepada pasien, supaya dia senantiasa mencari keredhaan Allah SWT yaitu dengan melakukan ketaatan dan ketaqwaan. Melalui proses ini, seorang pasien membiasakan dirinya dalam keredhaan dan berusaha untuk mencapai keredhaan Allah SWT. Anugerah Mahabbah dan Ma’rifah dalam Kesehatan Mental Mahabbah dan ma’rifah adalah dua sifat dalam tingkat tasawuf. Mahabbah dan ma’rifah menduduki posisi yang tinggi di antara sekian maqam dan ahwal (peringkat) dalam sufisme. Dengan mahabbah dan ma’rifah seorang sufi mempunyai ikatan yang kuat dengan Tuhannya, melalui ibadah dan muatan cinta kepada Ilahi, sehingga mencapai tahap ma’rifah (Tuhan).64 Hubb Ilahi (cinta kepada Tuhan) mendorong seorang sufi untuk beramal dan berkorban untuk meraih cinta, dan dia berada dalam keasyikan (asyiq-masyuq) bercinta dengan Tuhannya, sehingga ia lupa daripada perkara yang lain. Ma’rifah pada prinsipnya adalah intuisi bawah kesadaran manusia yang diperolehnya daripada ketajaman mata hati setelah menjalani masa yang panjang dengan latihan-latihan rohaniah sehingga Allah SWT melimpahkan anugerah ma’rifah-Nya kepada orang yang berusaha secara maksimal untuk mendekati Tuhannya.65 Seorang sufi yang asyik dalam cinta Ilahi, akan memperoleh kebahagiaan, ketenangan dan kemenangan. Sebaliknya jika cinta Ilahi itu menjadi kurang dan hilang, dia dapat kembali ke dalam kegersangan dan patah hati. Demikian juga dengan ma’rifatullah yang membolehkan seorang sufi merasakan dirinya melihat Tuhannya dan dia meyakini bahwa Tuhannya selalu memimpin perjalanan hidupnya. Perasaan anugerah ma’rifah dalam diri sufi melahirkan kondisi batiniah yang tenang, damai dan tenteram. Dalam klinik sufi, mahabbah dan ma’rifah adalah tenaga inovatif dan progresif, yang dapat berfungsi secara tahalli, tajalli dan takhalli. Mahabbah dan ma’rifah akan menghiasi sufi dengan muatan cinta Ilahi dan anugerah ma’rifah yang pada hakikatnya telah memberi makna yang sejati dalam hidup sufi. Tahap tahalli ini dalam psikoterapi sufistik disebut pembinaan psikologi kepada posisi yang lebih baik. Fungsi tajalli dalam mahabbah dan ma’rifah tercemar oleh nilai tahalli, karena hakikat tahalli yang terdapat pada mahabbah dan ma’rifah dengan sendirinya berperanan aktif menjaga seorang sufi selalu dalam cinta yang asyik dan anugerah ma’rifah. Dengan demikian, tahalli mahabbah dan ma’rifah berfungsi mengobati jiwa seorang pasien. Pada aspek takhalli seorang sufi bebas daripada sifat tidak baik yang berkemungkinan menghilangkan rasa ketenteraman dan kesehatan mental sufi. Apabila fungsi takhalli digunakan untuk mengobati gangguan mental maka dia berlaku sebagai pencegahan. Mahabbah dan ma’rifah tidak diperoleh oleh individu tanpa ibadah yang khusyu’ dan amalan zikir yang kontinuitas. Karena itu, seorang terapis selalunya memberikan motivasi kepada pasien supaya senantiasa meningkatkan ibadah melalui amalan zikir dan bertaqarrub kepada Allah SWT. Seorang pasien yang menunaikan tugas yang diberikan oleh terapis dapat secara berangsuran merasai dalam ketenangan dan kesehatan mental. Anugerah Psikoterapi Khauf dan Tawaddhu’ dalam Kesehatan Mental Khauf dan tawaddhu’ merupakan dua sifat positif yang diperoleh oleh kaum sufi dan merupakan rahmat daripada Allah SWT. Kedua-duanya menjadi inti daripada kepribadian manusia. Perasaan khauf (takut) kepada Allah SWT yang memiliki oleh sufi melebihi segalanya. Dia merasa khawatir atas amalannya diterima atau tidak. Lebih daripada itu, khauf adalah tempat persinggahan hati dan menjadi pengawal hati menuju Tuhan-Nya. Hasrat dan fikiran negatif dapat dibuang dalam menuju kebaikan dan aturan Ilahi. Perasaan Tawaddhu’ (rendah hati) yang hadir dari sanubari seorang sufi mengalahkan kesombongan dan keangkuhan yang muncul daripada nafs syaitanniyyah. Tawaddhu’ sendiri adalah merupakan ketundukan terhadap kebenaran dan kekuasaan Allah SWT. Seorang sufi yang lari dari sifat tercela, seperti kembali pada ketawadhu’annya sehingga akan melahirkan integrasi diri, kelegaan dan ketenteraman. Sifat khauf ataupun tawadhu’ (kerendahan hati) secara metodis dapat membentuk psikologi insaniah yang baik dan terpuji. Kehadiran dua sifat utama tersebut dan tinggal dalam diri seorang sufi, dapat membentuknya menjadi seorang terhormat dimata zahir manusia dan dekat dengan Tuhannya. Apabila sifat khauf dan tawadhu’ melekat erat pada diri seorang sufi maka kedua-duanya dapat berfungsi takhalli, tajalli, dan tahalli yang membentuk metode pencegahan (preventive), pengobatan (curative) dan pembinaan (constructive). Fungsi terapi khauf dan tawadhu’ dalam takhalli adalah mengenepikan sifat-sifat yang berlawanan dengan kedua-duanya. Pupusnya sifat tercela angkuh dan sombong pada diri sufi dan kembali kepada fungsi tajall; mengisinya dengan sifat khauf dan tawadhu’ akan mewujudkan rasa ketenangan, ketenteraman dan kebahagiaan dalam dirinya. Dalam menjalin fungsi tahalli, seorang sufi dengan khauf dan tawadhu’nya serta menjaga kondisinya yang baik dan positif, merupakan pembinaan yang dapat direalisasikan dengan amal saleh dan melakukan amalan-amalan utama dan baik (Fadha’il al-‘amal). Proses terapi dalam hal ini menjadikan pasien itu senantiasa dalam khauf dan tawadhu’ dalam menjalani hidup sehariannya. Anugerah Taqwa dan Ikhlas dalam Kesehatan Mental Bertaqwa dan berlaku ikhlas dalam kehidupan dapat menghindari diri daripada sifat buruk yang dapat menghalang manusia, mensifati sifat taqwa dan ikhlas, membolehkan seseorang sampai kepada darjat yang utama dan tinggi dalam Islam. Taqwa yang secara sederhana mengandung makna pelaksanaan perintah, menghentikan larangan dan imbangan perilaku teladan dan terpuji.66 Taqwa juga dapat mendorong (memotivasi) seseorang untuk memelihara dirinya daripada celaan dan siksaan batin. Seorang mukhlis (orang yang berlaku ikhlas) mendambakan dirinya kepada Allah SWT melalui aktivitas dan amalan yang bersih daripada nilai riya’. Keikhlasan bukanlah pengembangan monotonisme dan statisme dalam diri, tetapi ia adalah sesuatu yang dinamis yang menuntut kesungguhan pemeliharaan dan peningkatan.67 Jadi taqwa maupun ikhlas adalah dua sifat yang sangat erat kaitannya dengan pencegahan (preventive), perawatan (curative) dan pembinaan (constructive). Dalam psikoterapi sufistik maupun kesehatan mental; taqwa dan ikhlas dapat berfungsi dalam metode takhalli, tajalli dan tahalli. Melalui fungsi takhalli, seorang sufi dapat menyingkirkan kekurangan, keburukan dan kerusakan moral dengan mengisinya (tajalliyyah al-nafs) dengan sifat taqwa dan ikhlas sehingga mereka berada dalam pemeliharaan diri (tahalliyyah al-nafs) untuk tetap berada dalam keadaan yang positif. Sikap taqwa dan ikhlas yang untuk seperti ini dalam psikoterapi sufistik akan teraplikasi kewujudan kebahagiaan, ketenangan dan kesehatan mental. Semakin kuat melekat rasa ketaqwaan dan keikhlasan pada seorang sufi, semakin longgar pula makna hidup (the meaningfull life) dan kesehatan mental dapat diraih. Ketaqwaan dan keikhlasan merupakan prinsip asasi dalam tasawuf. Seorang terapis memotivasi pasien supaya senantiasa bertaqwa dan berlaku ikhlas dalam beramal tanpa dicampuri oleh rasa riya’. Dengan demikian, seorang pasien, insyaalah secara bertahap memasuki ketenangan dan kesehatan mental. Anugerah Syukur dan Mutma’innah dalam Kesehatan Mental Dalam spiritual Islam, syukur dan mutma’innah merupakan kebangkitan moral, menjadi insan berpotensi dan utuh. Syukur dan mutma’innah adalah dua sifat yang dapat mengembangkan psikologi al-Qur’an pada setiap personalitas yang memberikan manfaatnya yang banyak kepada seorang muslim. Syukur dalam kajian sufi mempunyai makna esoterik intuitif. Mensifati sifat syukur dengan mengembalikan makna yang dituju yaitu al-syakur (Allah) sebagai pemberi merupakan jalan rohani dalam membersihkan diri (tadhkiyah al-nafs) daripada sifat tamak, loba dan zalim serta dapat pula digunakan dalam mendekatkan diri (taqarrub) pada Tuhan. mutma’innah merupakan kajian kondisi rohani yang pembahasannya meliputi kedalaman rohani sufi. Mutma’innah pada prinsipnya adalah kondisi rohani yang tenteram dan tenang sebagai manifestasi daripada ketaqwaan dan kesalehan seseorang kepada Tuhannya. Allah menamakan diri-Nya al-Syakir dan al-Syakur dan juga menamakan orang yang bersyukur itu dengan dua nama ini. Dalam hal ini Allah mensifatkan manusia yang bersyukur dengan sifat-Nya dan memberikan nama kepada mereka dengan nama-Nya. Allah memberikan anugerah dan kurnia kepada orang-orang yang bersyukur, tetapi sedikit sekali di antara manusia (hamba-hamba Tuhan) yang bersyukur kepada-Nya.68 Secara psikologi, perasaan bersyukur akan memberikan kepuasan kepada diri sendiri yang dapat menghilangkan perasaan resah sekiranya gagal memperoleh sesuatu yang dihajati. Dalam konteks ini, manusia diajarkan supaya melihat orang yang belum bernasib baik dan masih dalam merugi, sehingga hidup menjadi tenang dan tenteram.69 Al-Qur’an mengingatkan seorang muslim agar senantiasa bersyukur atas karunia dan rezeki yang diperoleh terlepas daripada marabahaya dan dianugerahkannya nikmat kehidupan.70 Larangan Allah SWT kepada manusia yang takabbur dengan kelebihan diri, karena semua itu pemberian Allah dan akan kembali kepada-Nya.71 Bentuk daripada bersyukur itu, semestinya diiringi dengan salat, infak, dan sedekah.72 Kesan psikologi manusia yang bersyukur kepada nikmat dan pemberian Allah, adalah rasa ketenangan, kedamaian, keselesaan dan kesehatan mental. Mutma’innah hadir pada saat berlaku kecemasan, kesusahan dan kegelisahan menepi daripada diri seorang sufi dan dia tetap tenteram dan tenang selama mutma’innah menetap dalam hatinya. Dalam tasawuf, muthma’innah dinisbahkan kepada al-ahwal yaitu kondisi psikologis yang tenteram dengan mengingat Allah (dzikr ila Allah), mengerjakan amal shaleh dan bertaqarrub (mendekatkan) kepada-Nya. Menurut ‘Abdullah al-Ansari, muthma’innah dapat dibagi kepada beberapa bagian yaitu: Pertama, muthma’innah hati karena menyebut asma’ Allah. Ini merupakan muthma’innah orang yang takut (khauf) beralih kepada harapan dari kegelisahan kepada hukum dan dari cobaan kepada pahala. Kedua, muthma’innah yaitu ketika mencapai tujuan pengungkapan hakikat, saat merindukan janji dan saat berpisah untuk berkumpul kembali. Ketiga, muthma’innah karena menyaksikan kasih sayang Allah, muthma’innah kebersamaan menuju keberkekalan dan muthma’innah kedudukan menuju cahaya azali.73 Dalam psikoterapi sufistik, syukur dan mutma’innah dapat berfungsi dalam metode takhalli, tajalli dan tahalli bagi kehidupan sufi. Pengosongan diri daripada sifat keburukan pekerti berupa seperti; tamak, benci, sombong, pesimis dan dengki. Kemudian diisi dengan sifat syukur dan mutma’innah, serta dapat pula mempertahankan nilai tersebut serupa sifat syukur dan mutma’innah menjadi pencegah (preventive), perubatan (curative) dan pembinaan (constructive) diri menjadi insan yang bebas daripada gangguan kejiwaan, kesusahan dan kecemasan. Psikoterapi syukur dan mutma’innah pada hakikatnya adalah merawat jiwa seorang sufi menjadi insan yang memiliki jati diri dan kesehatan mental yang sempurna. Ajaran tentang syukur dan mutma’innah dalam sufi/tasawuf merupakan komponen pemulihan. Seseorang pasien yang bersyukur niscara akan tenang jiwa, sihat mentalnya, dan mendapati dirinya dalam kebahagiaan. Seorang terapis mengarahkan pasien, agar terbiasa mensyukuri nikmat yang sedikit, sehingganya yang sedikit dirasakan sebagai nikmat yang banyak yang dapat disyukuri. Kesan yang demikian, seorang pasien dapat melahirkan ketenteraman dan kesehatan mental dalam jiwa. Penutup Psikoterapi Islam dengan menggunakan metodologi sufistik adalah wacana baru bagi menumbuhkembangkan kesehatan mental Islam. Psiko spiritual Islam merupakan kerangka psikologi dalam mengkaji kejiwaan Islam, bagaimana ia wujud dan memiliki eksistensi dalam kehidupan manusia. Kesehatan mental adalah dambaan setiap individu, ia tidak hadir tanpa usaha yang maksimal. Banyak cara dan metode yang dicoba dan digunakan oleh para pakar kesehatan mental. Karena itu bermunculanlah teori-teori kesehatan mental dan psikoterapi. Kita tidak akan melupakan Sigmund Freud dengan Psikoanalisisnya, Abraham H. Maslow dengan Humanistiknya, John Broadus Watson dengan Behavioristiknya, dan Vicktor E. Frankl dengan Logoterapinya. Mereka ini memiliki memiliki teoi yang berbeda dalam perwujudan kesehatan mental dan penerapan teori. Tasawuf atau sufistik yang lebih kepada intuisi, banyak menggunakan metodologi bagi menumbuhkembangkan kepribadian dan kesehatan mental. Para ahli tasawuf, senang bertaqarrub kepada Allah dengan bertaubat, bersabar, bertawakkal, berzuhud, bermahabbah, bersyukur, redha, dan bermuth’mainnah. Pada mulanya perilaku ini adalah perilaku ketaatan dan kesalehan seorang sufi untuk selalu ingin dekat dengan Allah dan mereka merasakan ketenangan, kebahagiaan, dan kesehatan mental. Setelah ditela’ah dan diteliti kesehatan mental pengamal-pengamal tasawuf tersebut, ternyata jauh lebih baik dan hidup dalam ketenangan dengan merasa dekat kepada Allah. Ketertarikan ini, membuat penulis ingin menuangkan kajian ini lebih antusias untuk dipahami dan diamalkan oleh para terapis Islam, psikolog Islam, dan konselor Islam. catatan kaki: * DR. KHAIRUNNAS RAJAB, M.Ag adalah lulusan Universiti Malaya Malaysia, Dosen UIN “SUSKA” Riau dan STAI Natuna. menulis di berbagai media dan jurnal international dan nasional. 1 QS. Al-Tin: 4 2 QS. Al-Isra’: 70 3 QS. Al-Syam: 8 4 QS. Al-Isra: 11 5 QS. Ibrahim: 34 6 QS. Al-Ma’arij :19 7 Qs. Al-Kahfi: 54 8 QS. Ali Imran: 28 9 Imam Al-Ghazali, (1994), Tahzib al-Akhlaq wa Muallajat Amradh al-Qulub, (Terj. Muhammad Baqir), Bandung, Karisma, h. 29-31 10 Johan effendi, Tasawuf Al-Qur’an Tentang Perkembangan Jiwa Manusia, dalam, Ulumul Qur’an, no. 8 Vol II, 1991, h. 5 11 QS. Al-Hajji: 46 12 QS. Al-A’raf: 179 13 QS. Al-Hajj: 53 14 QS. Al-Baqarah: 10 15 QS. Al-Muthaffifin: 14 16 QS. Al-Baqarah: 7 17 QS. Al-An’am: 113 18 QS. Al-syura’: 89 19 QS. Al-Taghabun: 11 20 Sayyid Hawwa, (1998), Tarbiyah al-Ruhaniyyah, (Terj. Khairul Rafie), Bandung, Mizan, h. 61 21 QS. Al-Isra’: 85 22 QS. Al-A’raf: 172 23 Johan Effendi, Op.Cit., h. 21 24 QS. Yusuf: 53 25 QS. Al-Qiyamah: 2 26 Sayyid Hawwa, Op.Cit., h. 46 27 QS. Al-Fajr: 28 28 Zakiah Darajat (1988), Kebahagiaan, Jakarta, Ruhama, h. 13 29 QS. Al-Ra’d: 29 30 Zakiah Darajat, (1989), Puasa Meningkatkan Kesihatan Mental, Jakarta, Ruhama, h. 18 31 Sayyid Hashim Al-Rasuli al-Mahallati, (1994), Iqaba al-Dhunub, (Terj. Bahruddin Fanani), Bandung, Pustaka Hidayah, h. 43 32 Yahya Jaya, (1992), Peranan Taubat dan Maaf dalam Kesihatan Mental, Jakarta, Ruhama, h. 58 33 Taubat adalah usaha menyucikan jiwa dan melegakan fikiran manusia daripada beban dosa dan kesalahan. Ahmad masri dan nadhif Jama’ Adam, (1996), The Way to Happiness, (Terj. Muhammad hashim), Jakarta, Lentera, h. 98 34 Takhalli adalah mengosongkan diri daripada fujr (dosa) dan sifat buruk yang terdapat dalam diri, Proyek Pembinaan PTA, (1981), Pengantar Ilmu Tasawuf, Sumut, IAIN, h. 99 35 Al-Mahallati, Op.Cit., h. 44 36 Imam al-Qusyairi al-Naisaburi, (1999), Al-Risalah Qusyairiyah, (terj. Lukman Hakim), Surabaya, Risalah Gusti, h.79 37 Ali Ibn Utsman al-Hujwiri, (1993), The Kasyful Mahjub: the Oldest Persian Treatist and Sufi, Terj. Suwarjo Matori, Bandung, Mizan, h. 124 38 Ibn Abi Ishaq Muhammad Ibn Ibrahim Ya’kub al-Bukhari al-Kalabadzi, (1998), al-Ta’arruf li Madhhab Ahl al-Tasawuf, (Terj. Rahmani Astuti), Bandung, Mizan, h.124 39 Ibn Al-Qayyim al- Jauziyyah, (1998), Madarij al-Salikin Bain Manazil Iyyaka Na’bud wa Iyyaka Nasta’in, (Terj. Kathur Sukardi), Jakarta, Pustaka Al-Kautsar, h. 97 40 M. Chatib Quzwain, Mengenal Allah: Suatu Pengajian Mengenai Ajaran Tasawuf Syaikh Abdul Samad Al-Palimbani, Jakarta, Bulan Bintang, h. 79 41 Yahya Jaya, Spiritualisasi, Op. Cit., h.123 42 Taubat sebenarnya merupakan imbangan manusia daripada rahmat Tuhannya yang tidak dapat diduga, Toshihiko Izutsu, (1966), Ethico Religious Concept in the Qur’an, Canada, Mc Gill University h.174 43 Tajalli adalah anugerah yang kemudian terjadi pengisian jiwa yang kosong daripada cela dan dosa dengan nilai-nilai agama, di mana seorang individu mengimbangi perbuatan dosanya dengan amalan saleh dan akhlak mahmudah, Proyek Pembinaan PTA, Op.Cit., h.110 44 Tahalli iaitu menghiasi diri dengan nilai-nilai syari’at dan kemuliaan akhlak, Ibid. 45 Ibn al-Qayyim al-Jauziyyah, (1998), Thariq al-Hijratain, (terj. Kathur Sukardi), Jakarta, Pustaka al-Kautsar, h.307 46 Al-Kalabadzi, Op. Cit., h.115 47 Qassim al-Halabi, al-Sair wa al-Suluk Ila Malik al-Muluk, Jakarta, Naskah Perpustakaan Nasional (Musium Pusat), No.CCCTX IV, h.88 48 Ibn al-Qayyim, Madarij, Op.cit., h.148 49 Kecintaan kepada dunia, memperolehi harta, dan kemahuan biologinya 50 Tamak adalah factor yang membawa kesengsaraan dalam kehidupan manusia, lihat Sayyid Mujtaba Musavi Lari, (1990), Youth and Moral, Quin, Islamic Culture Development Office, h.145 51 Penyakit ini boleh disembuhkan dengan merenungkan bahawa segala kenikmatan duniawi adalah fana’ dan yang kekal pada manusia adalah pencapaian jiwa, dekat dengan Allah dan usaha-usaha yang dilakukan bagi kepentingan akhirat, Lihat Muhammad Mahdi Ibn Abi Zar An-Naraqy, (1993), Jami’ Al-Sa’adah, (Terj. M. Hasim), Bandung, Mizan, h. 87 52 M. Khatib Quzwain, Op.Cit., h.90 53 Ibn al-Qayyim al-Jauziyyah, Madarij, Op.Cit., h.203 54 Ibid., h.26 55 KH. Muslim Nurdin, (1993), Moral dan Kognisi Islam, Bandung, al-Fabeta, h. 239 56 Yahya Jaya, (1994), Spiritualisasi Islam Dalam Menumbuhkembangkan Kepribadian dan Kesehatan Mental, Jakarta, Ruhama, h. 169 57 Lihat Imam Al-Qusyairy, Risalah Qusyairiyyah, Op.Cit., , h. 519 58 Al-Kalabadzi, Op.Cit, h.125 59 Sifat-sifat manusia diturunkan daripada atau dibatasi di dalam sifat Tuhan, dan manusia tidak memiliki gagasan tentang sifat Tuhan yang terbatas. Yang terbatas tentu saja tidak boleh melingkupi yang tidak terbatas, dan kehendak manusia kerana merupakan turunan daripada kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan adalah bebas, maka pada manusia sejauh identik dengan Tuhan, juga akan bebas sekaligus juga terbatas kerana sifat-Nya yang lain adalah terbatas dan memiliki kesementaraan (temporal) dan kemudian menjadi takdir yang ditetapkan. Lihat, Khan Salib Khaja, (1987), Studies In Tasawuf, (Terj. Ahmad Nasir), Jakarta, Rajawali Pers, h. 153 60 Imam al-Ghazali, (1996), Al-Mukasyafat al-Qulub, (Terj. Ahmad Sunarji), Bandung, Husaini, h. 346 61 Imam Al-Qusyairy, Op.Cit.., h.223 62 Imam al-Ghazali, (1996), Al-Mukasyafat al-Qulub, (Terj. Ahmad Sunarji), Bandung, Husaini, h. 346 63 Imam Al-Qusyairy, Op.Cit.., h.223 64 Syekh Muhammad Mahdi al-Syafi, (1996), Al-hubb Ilahi fi Adliyyah Ahl Bait, (Terj. Ikhlas), Bandung, Pustaka Hidayah, h. 13 65 Samih ‘Atif al-Zain, (1993), al-Syufiyyah fi Nazri al-Islam, Beirut, Maktabah al-Diratsah, h. 405 66 Zakiah Darajat, Puasa, Op. Cit., h. 15 67 al-Imam Fiqh Ibn Yahya al-Din Abi Zakaria Yahya Ibn Syarif al-Nawawi al-Damisyqy, (1971),al-Azkar al-Nuriyyah, Damaskus, h. 4 68 Ibn al-Qayyim al-Jauziyyah, Madarij, Op.Cit., h.236 69 Feldman RS, (1996), Understanding Psychology, New York, MC.Graw Hill, h. 106 70 Lihat QS. Al-Zumar:49 71 Lihat QS. Al-Hadid:23 72 Lihat QS. Al-Kautsar:2 73 Syaikhul Islam Abdullah al-Ansari al-Harawi, (1988), Kitab Manazil al-Sairin, Beirut, Darel Kutub Ilmiyyah, h. 85-86

MENGADOPSI HERMENEUTIK DALAM KAJIAN ISLAM

Pada suatu hari di tahun 1988 Jean Grondin, penulis buku "Introduction to Philosophical Hermeneutic" bertemu dengan Hans-Georg Gadamer (1900- ) di sebuah pub di Heidelberg Jerman. Jean meminta keterangan kepadanya tentang letak aspek universalitas hermeneutik. Setelah berfikir beberapa saat, Gadamer menjawab singkat setengah menyimpulkan:”Di dalam apa yang tersirat” (in the verbum interius). Jean tidak puas dan mendesak Gadamer menjelaskan lebih lanjut. “Universalitas”, kata Gadamer menjelaskan, “terkandung dalam makna yang tersirat (inner speech), sebab seseorang tidak dapat mengatakan semuanya. Seseorang itu tidak dapat mengekspresikan segala sesuatu yang ada dalam otaknya. Ini saya pelajari dari konsep Tentang Trinitas St.Augustine.” Jean masih belum puas dengan jawaban Gadamer. Apa hubungan verbum interius dengan pemahaman? Setelah beberapa bulan ia baru mendapat sedikit pencerahan, khususnya setelah membaca buku Gadamer Truth and Method. Ia faham bahwa ucapan selalu tertinggal dari apa yang akan dan harus dikatakan. Seseorang dapat memahami apa yang diucapkan orang lain hanya ketika ia memahaminya dari sesuatu yang tersirat atau tersembunyi disebalik kata-kata itu. Tapi dimana aspek universalitasnya? Masih kabur. Ia lalu meminta Gadamer menulis kata pengantar pada bukunya itu. Di dalam kata pengantarnya itu Gadamer menulis begini: Istilah hermeneutik merujuk kepada sejarah yang panjang dan masih banyak yang perlu dipelajari untuk hari ini. Jadi universalitas (hermeneutik) pun masih merupakan tantangan, bukan dalam konteks pandangan filsafat tapi sebagai tugas filsafat. ….Ketika era metafisika mulai berakhir, dan klaim sains modern dalam memonopoli ilmu pengetahuan berkurang secara otomatis, maka sebagai suatu upaya awal (starting point) untuk mengembangkan suatu universalitas yang murni kita dapat melihat konsep kuno ini (maksudnya hermeneutic pen.). Namun, di zaman Romantis (antara 1775-1830 pen.), hermeneutik berkembang hingga kesuatu titik yang meliputi teori tentang sains kemanusiaan secara menyeluruh. Jadi ia tidak hanya meliputi jurisprudensi dan teologi, tapi juga filologi dan semua disiplin terkait. (hal X) Dalam pernyataan Gadamer diatas ada tiga hal yang patut dicatat. Pertama universalitas hermeneutik sebagai metode masih merupakan tantangan. Kedua, hermeneutik muncul dari suatu milleu ilmiah (scientific environment) yang mulai meninggalkan pemikiran metafisis. Ketiga, hermeneutik yang berasal dari Yunani dan diadopsi para teolog Kristen sebagai Tafsir Bible itu berkembang menjadi teori sains kemanusiaan. Dari ketiga hal tersebut diatas hanya yang kedua dan ketiga yang akan dibahas dalam tulisan ini. Sebab kedua faktor ini merefleksikan sesuatu yang lebih besar dari sekedar sebuah teori, yaitu bahwa dibalik perkembangan hermeneutik adalah pandangan hidup (worldview). Werner menyebutkan tiga milieu penting yang berpengaruh terhadap timbulnya hermeneutik sebagai suatu metode, konsep atau teori interpretasi dalam tradisi intelektual Barat. Pertama milleu masyarakat yang terpengaruh oleh pemikiran Yunani. Kedua milieu masyarakat Yahudi dan Kristen yang berupaya mencari model yang cocok untuk intepretasi kitab mereka. Ketiga milieu masyarakat Eropah di zaman Pencerahan (Enlightenment) yang memperluas skop pemikiran hermeneutik keluar konteks keagamaan. (Werner G.Jeanrond, Theological Hermeneutic, Development and Siginificance, Macmillan, London, 1991, hal.12-13). Ketiga fase perkembangan hermeneutik ini tidak hanya menunjukkan adanya pergulatan pemikiran tapi perubahan pandangan hidup masyarakat yang terlibat langsung ataupun yang tidak. Mengapa pandangan hidup? Mengapa kita perlu melihat hermeneutik dalam konteks pandangan hidup? Sebab setiap ilmu, konsep atau teori, termasuk hermeneutik, pasti merupakan produk dari masyarakat, atau bangsa yang memiliki peradaban dan pandangan hidup. Pandangan hidup suatu masyarakat adalah cara pandang mereka terhadap alam dan kehidupan yang terbentuk dan dipengaruhi oleh konsep-konsep yang mengitarinya. Dalam konteks Islam al-Attas mendefinisikan worldview sebagai pandangan Islam terhadap wujud (ru’yatal-Islam li al-wujud). Karena wujud Tuhan adalah wujud yang mutlak maka konsep Tuhan sangat sentral dalam Islam. Karena sentralitas kepercayaan terhadap Tuhan ini maka dalam pandangan hidup suatu masyarakat atau peradaban manapun ia memiliki konsekuensi konseptualnya. Masyarakat atau bangsa yang percaya pada adanya Tuhan akan memiliki pandangan hidup berbeda dari yang tidak percaya pada Tuhan. Menurut Thomas Wall Tuhan adalah: the most important element in any worldview. …if we are consistent, we will also believe that the source of moral values is not just human convention but divine will and that God is the highest value. Moreover, we will have to believe that knowledge can be of more than what is observable and that there is a higher reality – the supernatural world. (Thomas F Wall, Thinking Critically about Philosophical Problem, A modern introduction, Wadworth, 2001, hal. 60) Implikasi pernyataan Thomas jelas bahwa bagi masyarakat yang tidak percaya pada Tuhan nilai moralitas adalah kesepakatan manusia (human convention), yang standarnya adalah kebiasaan, adat, norma atau sekedar kepantasan. Demikian pula dalam melihat realitas, masyarakat yang tidak percaya Tuhan hanya akan memahami fakta-fakta yang bersifat empiris yang dapat diindera atau dapat difahami oleh akal sebagai kebenaran. Bagi mereka kekuatan disebalik realitas empiris tidak riel dan tidak dapat difahami dan dibuktikan kebenarannya meskipun sejatinya akal dapat melakukannya. Dalam konteks Islam al-Attas dengan tegas menyatakan bahwa elemen-elemen pandangan hidupnya terdiri utamanya dari konsep Tuhan, konsep wahyu, konsep penciptaanNya, konsep psikologi manusia, konsep ilmu, konsep agama, konsep kebebasan, konsep nilai dan kebajikan, konsep kebahagiaan dsb. Bahkan elemen-elemen ini tidak hanya berpengaruh terhadap konsep moral dan ilmu, tapi juga menentukan bentuk perubahan (change), perkembangan (development) dan kemajuan (progess) dalam Islam. (Untuk lebih jelasnya lihat S.M.N, al-Attas, Prolegomena to The Metaphysics of Islam An Exposition of the Fundamental Element of the Worldview of Islam, Kuala Lumpur, ISTAC, 1995, ix). Pandangan ini lebih detail lagi dijelaskan oleh Proif. Alparslan dalam konteks peradaban. Pandangan hidup setiap peradaban merupakan kumpulan dari konsep-konsep yang dalam konteks keilmuan berkembang menjadi tradisi ilmiah (scientific tradition). Tadisi ilmiah pada gilirannya menghasilkan berbagai disiplin ilmu, seperti yang kita lihat sekarang, termasuk teori atau konsep heremeneutik. Karena ilmu dilahirkan oleh pandangan hidup maka ia memiliki presupposisi sendiri dalam bidang etika, ontologi, cosmologi dan metafisika. Disinilah sejatinya yang menentukan bahwa ilmu (khususnya ilmu-ilmu sosial) itu tidak netral. Oleh karena setiap kosep dalam suatu peradaban selalu diwarnai oleh pandangan hidup masing-masing Alparslan menegaskan bahwa suatu peradaban tidak dapat begitu saja mengimport suatu konsep kecuali setelah melalui apa yang disebut “borrowing process” atau modifikasi konseptual. Alparslan Acikgence, Islamic Science, Towards Definition, Kuala Lumpur, ISTAC 1996, 29) Jika modifikasi konsep itu melibatkan konsep-konsep dasar yang lebih utama maka perubahan paradigma (Paradigm Shift) tidak dapat dielakkan lagi. Dari perspektif pandangan hidup (worldview) inilah hermeneutik sebagai suatu ilmu interpretasi akan dikaji. Untuk itu sebaiknya kita lihat bagaimana milieu masyarakat dimana teori hermeneutik berkembang. Milleu dimaksud adalah masyarakat ilmiah (scientific society) yang dengan pandangan hidupnya (worldview) mereka menghasilkan konsep keilmuan (scientific conceptual scheme). Dengan menggunakan data tentang milllieu yang mengitari perkembangan hermeneutik seperti yang dikemukakan oleh Werner diatas kita dapat mengambarkan pengaruh pandangan hidup terhadap perkembangan hermeneutik dalam dua fase yaitu: pertama dari mitologi Yunani ke teologi Yahudi dan Kristen dan kedua dari teologi Kristen yang problematik kepada gerakan rasionalisasi dan filsafat. Keduanya akan disorot dalam konteks pemahaman diseputar teks kitab suci. Dari mitologi ke teologi Sudah umum diketahui bahwa di Yunani pemikiran teologi mereka tidak berdasarkan pada suatu agama tertentu, tapi pada spekulasi yang dipengaruhi oleh dunia mitologi mereka. Aristotle sendiri mengatakan bahwa Tuhan yang dijuluki Unomoved Mover itu satu secara absolute, tapi jumlahnya ada 55. (Metaphysic, Book Lambda 1074a12). Konsep Tuhan dalam kebudayaan Yunani, khususnya Aristotle dan Neo-Platonisme merupakan produk dari pandangan hidup mereka dan membawa implikasi terhadap konsep penciptaan, realitas, moralitas dan lain-lain. Ketika para cendekiawan Muslim (ulama) mentransmisikan konsep-konsep mereka nampak usaha-usaha untuk memodifikasi konsep-konsep Yunani agar sesuai dengan Islam, atau menolak dan memberi alternatif lain, meskipun masih terdapat kekurangan. Metode hermeneutik yang sekarang ini berkembang dalam tradisi Barat tidak dapat dikaji dengan sempurna tanpa merujuk kepada asal usulnya dari Yunani. Sejatinya, hermeneutic secara etymologis, berasal dari nama dewa Hermes dalam mitologi Yunani yang diutus untuk menjelaskan pesan-pesan para dewa di langit. Dalam tradisi Yunani “berkata” itu sendiri dianggap sebagai menginterpretasikan (hermeneuein) atau menterjemahkan, yaitu menterjemahkan pemikiran kedalam kata-kata. Pemikiran hermeneutic dalam tradisi Yunani sebenarnya hanya suatu kebutuhan kultural untuk menentukan makna, peran dan fungsi teks-teks kesusasteraan yang berasal dari masyarakat Yunani kuno, khususnya epik-epik karya Homer. Tapi sebenarnya dibalik itu terdapat kepecayaan bahwa dalam perkataan manusia sekalipun mengandung inspirasi Tuhan (divine inspiration). Inilah barangkali sebabnya mengapa teolog Yahaudi dan Kristen merasa cocok memakai metode ini dalam memahami kitab “suci” mereka. Dari sini kemudian dikembangkan metode pemahaman teks-teks bermasalah dengan interpretasi ketatabahasaan (grammatical) dan interpretasi alegoris. Meskipun interpretasi hermeneutis telah dipraktekkan dalam tradisi Yunani, namun istilah hermeneutike baru pertama kali ditemui dalam karya Plato (429-347 SM) Politikos, Epinomis, dan Definitione. Dalam Politikos hermeneutike dianggap sebagai mempunyai fungsi sakral dan religius, sedangkan dalam Epinomis diasosiasikan dengan ramalan (mantike), tapi ramalan tidak menghasilkan kebenaran karena dicampur dengan kondisi kegilaan (mania) dan kurang kesadaran. Dalam Definitione Plato dengan jelas menyatakan hermeneutik artinya “menunjukkan sesuatu” yang tidak terbatas pada pernyataan, tapi juga bahasa secara umum, penterjemahan, interpretasi, dan juga gaya bahasa dan retorika. Sedangkan dalam Timaeus Plato menunjukkan kecenderungan pada tradisi Yunani. Baginya kebenaran hanya dapat difahami oleh “nabi”, yaitu mediator antara para dewa dengan manusia. Fungsi mediator inilah yang menghubungkan secara etymologis antara rumpun semantik hemeneus dan dewa perantara Hermes. Sebenarnya, dalam tradisi mitologi Yunani terdapat apa yang disebut otoritas pemahaman. Masalahnya siapa yang memiliki otoritas untuk memahami sesuatu yang bersifat divine dalam mitologi mereka. Masyaraskat Yunani menyelesaikan masalah ini dengan memperkenalkan rational logos sebagai alternatif dari sesuatu yang dainggap divine dalam mitologi mereka. Akibatnya, terjadilah krisis otoritas dikalangan penyair dalam memahami mitologi. Dari sini kemudian Stoicisme (300 SM) mengembangkan ilmu intepretasi alegoris, yaitu metode memahami teks dengan cara mencari makna yang lebih dalam dari sekedar pengertian literal. Sejalan dengan itu maka untuk intepretasi alegoris terhadap mitologi, Stoic menerapkan doktrin inner logos dan outer logos. Metode alegoris kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Philo of Alexandria (20 SM-50 M), seorang Yahudi yang kemudian dianggap sebagai Bapak metode allegoris. Metode itu kadang-kadang disebut typology, yang intinya mengajarkan bahwa pemahaman makna spiritual suatu teks tidak berasal dari teks atau dari informasi teks, tapi melalui pemahaman simbolik yang merujuk seuatu diluar dirinya. Pemikiran Philo yang banyak dipengaruhi Plato ini sangat berpengaruh terhadap pemikir-pemikir Yahudi dan Kristen. Meskipun metode intepretasi seperti ini cenderung dianggap subyektif dan arbitrer serta banyak mengabaikan tuntutan teks, namun metode ini sangat terkenal sepanjang abad pertengahan. Dikalangan teolog Kristen terjadi pula proses transmisi pemikiran Yunani ini, namun mereka tidak seberani ulama-ulama Islam karena dibatasi oleh otoritas institusi gereja dan struktur teologi mereka. Dalam soal metode intepretasi mereka lebih mengutamakan metode alegoris Stoic yang telah dikembangkan Philo ketimbang Peri hermeneias (Latin: De Interpretatione) Aristotle (384-322 SM) yang lebih merupakan teori logika dan semantik. Pembela metode alegoris dari kalangan teolog Kristen adalah Origen (sekitar 185-254 M). Ia berhasil menulis penjelasan Kitab Perjanjian Lama dengan metode ini. Teorinya tentang tiga lapis makna dalam Bible yang sangat terkenal itu dikembangkan oleh Johannes Cassianus (360-430 M) menjadi empat lapis makna yaitu: literal atau historis, alegoris, moral, dan anagogis (spiritual). Namun, metode alegoris yang berpusat di Alexandria ini ditentang oleh kelompok yang membela metode literal (grammatical) yang berpusat di Antioch. Pertentangan antara kelompok Alexandria dan Antioch mereprentasikan pertentangan metode interpretasi simbolik dan literal. Yang pertama berada dibawah pengaruh hermeneutik Plato sedangkah yang kedua berada dibawah bayang-bayang hermeneutik Aristotle. Perlu dicatat bahwa mengadopsi metode interpretasi asal Yunani ini bagi kalangan Kristen bukan tanpa masalah. Munculnya kelompok Gnosticism dan Marcionisme adalah akibat yang nyata. Dari pertentangan antara kelompok Alexandria dan Antioch ini St.Augustine of Hippo (354-430 M), teolog dan filosof Kristen yang banyak dipengaruhi oleh pandangan filsafat neo-Platonisme, mengambil jalan tengah. Ia memperkenalkan teori semiotik (teori tentang simbol) untuk dapat mengotrol terjadinya distorsi bacaan alegoris teks Bible yang cenderung arbitrer, dan juga dari literalisme yang terlalu simple. Namun untuk itu ia menyarankan agar Bible dibaca dalam perspektif teologis yang telah tersurat dalam teks Bible sendiri. Metode hermeneutic St.Augustine yang berpengaruh hingga zaman modern itu kemudian terdistorsi oleh kepentingan gereja. Vincent of Lerins (…- 450M) tokohnya yang mewakili gereja mengarahkan pembacaan teks menjadi lebih formalistis dan cenderung kepada pemahaman Kristen ortodoks. Di samping itu terdapat pula tren yang mencoba memisahkan antara intepretasinya Bible dengan spekulasi teologis, sesuatu yang oleh St.Augustine sengaja disatukan. Perkembangan lebih lanjut dalam pemikiran hermeneutik dalam teologi Kristen terjadi pada abad pertengahan yang dibawa oleh Thomas Aquinas (1225-1274). Kemunculannya yang didahului oleh penemuan karya-karya Aristotle pada abad ke dua belas berimplikasi terhadap pengaruh filsafat Aristotle dalam pemikiran teologisnya. Karyanya Summa Theologia dianggap sebagai karya teologi paling sistimatis di abad pertengahan. Dalam karyanya itu ia mengatakan bahwa “pengarang kitab suci adalah Tuhan” dan pemahaman literal adalah sesuatu yang perlu dilakukan oleh para teolog. (Thomas Aquinas, “Summa Theolgiae”, terj. Robert M.Grant & David Tracy, dalam A Short History of Interpretation of the Bible, edisi ke 2, Pliadelpia: Fortress, 1984, 88ff). Alternative pemikiran teologis yang tertuang dalam magnum opus nya itu dimaksudkan untuk menghadirkan pemikiran teologis yang tersusun memenuhi standar formulasi ilmiah dan sekaligus merupakan penolakannya terhadap interpretasi alegoris. Namun kecenderunganya terhadap filsafat telah mengakibatkan terpisahnya pemikiran teologis dari interpretasi Bible. Bahkan pemikiran teologi mereka yang terpisah dari teks Bible itu dianggap ajaran yang sakral (sacra doctrina) karena mereka mengklaim sebagai representasi dari kitab yang sakral (sacra scriptura). Padahal teks-teks Bible yang ada itu dieksploitir untuk menjustifikasi premis-premis teologi mereka yang telah banyak dipengaruhi pemikiran spekulatif filsafat. Tren diatas oleh Werner dianggap sebagai the emerging humanist interpretation theory dan ini tidak lepas dari faktor jiwa pendidikan humanisme yang mulai berkembang di Barat dan yang diterima oleh para pendeta waktu itu. (lihat Werner, Theological Hermeneutic, 30). Jika hermeneutik St.Augustine masih berkaitan dengan gereja, teori interpretasi humanistis ini justru bertentangan dengan realitas spiritual yang dipegang oleh gereja. Tren ini mewarnai pemikiran teologi Kristen di akhir abad ke lima belas dan awal abad ke enam belas. Meskipun tren ini tejadi menjelang timbulnya gerakan Reformasi Protestan di Eropah pada abad ke enam belas dan bahkan terpisah, namun pengaruh tren ini terhadap gerakan reformasi dalam intepretasi Bible cukup kuat. Pada mulanya sikap para reformer seperti Martin Luther (1483-1456), Ulrich Zwingli (1484-1531) dan John Calvin (1509-1564) dan lain-lain lebih cenderung mengarah pada penilaian terhadap aspek-aspek mana dalam tradisi dan kehidupan kerohanian Kristen yang tidak sesuai dengan kepercayaan Kristen sehingga perlu direformasi. Sementara mereka berpegang baca bacaan Bible yang telah dikembangkan oleh teolog pendahulu mereka, para reformis mulai melepaskan otoritas pemahaman Bible dari insitutsi gereja. Bagi mereka Bible telah cukup mengkomunikasikan kata-kata Tuhan, pemahaman lebih dari apa yang ada dalam teks tidak diperlukan bagi keimanan dalam Kristen. Para reformis bahkan seperti mengatakan bahwa Bible dapat menginterpretasikan dirinya (self-interpreting). Mereka berpegang pada prinsip Sola Scriptura, karena mereka yakin bahwa pengarang Bible adalah Roh Kudus (Holy Spirit), meskipun mereka mengakui akal masih diperlukan untuk memahami teks. Namun, pada perkembangan berikutnya pengaruh teori hermeneutika humanis terhadap para tokoh reformis nampak jelas. Sementara mereka berupaya mencari benang merah antara keimanan dan Bible, mereka sepakat bahwa interpretasi kritis terhadap kitab Bible sudah saatnya diperlukan. Bible kemudian dianggap hanya sebagai asas untuk meninjau kembali secara terus menerus keimanan Kristen, tapi ia bukan sumber yang dapat digali untuk membangun sistim kepercayaan yang permanen. Sebagai respon terhadap reformasi kaum Protestan, teolog Katholik Roma berkumpul di Konsili Trent (1545-1563) untuk mendukung teori 2 sumber keimanan dan teologi Kristen yakni Bible dan tradisi Kristen. Dengan ini mereka menolak prinsip Sola Scriptura, bahwa Bible saja telah merupakan petunjuk yang cukup jelas untuk memahami Tuhan. (PD POINT INI ORTODOKSI KRSITEN TIDK DPT DIBANDINGKAN DENGAN ISLAM. GOLONGAN SALAF KEMBALI KEPADA QUR’AN SEMENTARA GOL.KHALAF LEBIH MENGGUNAKAN AKAL). Dalam kelompok reformis sendiri terdapat dua tren: yang pertama adalah mereka yang percaya bahwa teks Bible itu didektekan oleh Roh Kudus secara verbatim dan berpegang pada pendapat infalibilitas Bible. Kelompok ini dianggap Protestan ortodoks. Yang kedua adalah mereka yang menuntut agar setiap penganut Kristen diberi kebebasan untuk memahami Bible secara kritis. Tapi sejauh itu baik Protestan maupun Katholik masih tidak siap menerima perkembangan sains yang bisa mengundang keraguan terhadap Bible, seperti pembahasan tentang penciptaan dalam the Book of Genesis. Baik Lutheran, maupun Reformer lainnya serta Katholik Roma ortodoks sepakat untuk menentang pandangan hidup ilmiah dan rasional (scientific and rational worldview) yang mulai muncul saat itu. Penolakan terhadap penemuan Kepler dan Galelio yang menonjol dikalangan teolog waktu itu menunjukkan konfrontasi kepercayaan Kristen terhadap sains alam. Sejatiya, dalam konteks pembahasan ini, pandangan hidup Kristen yang doktriner itu berkonfrontasi dengan pandangan hidup Barat yang sangat percaya pada kekuatan akal manusia. Dari teologi ke filsafat Perkembangan pemikiran hermeneutic yang lebih sistimatis patut dicatat bahwa karya J.C.Dannheucer yang berjudul Hermeneutica Sacra Sive Methodus exponendarum Sacrarum litterarum, terbit pada tahun 1654 merupakan bel pertama untuk pemakaian hermeneutik sebagai the art of interpretation. Disitu hermeneutik sudah mulai dibedakan dari exegesis sebagai metodologi interpretasi. Meskipun pengertiannya tetap sama tapi obyeknya diperluas kepada non-Biblical literature. (Richard E.Palmer Hermeneutik Evanston:Northwestern University Press, 1969, 34). Sejak terbitnya buku karya J.C.Dannheucer tidak hanya timbul pemahaman hermeneutik yang meloncat keluar konteks Bible, tapi bahkan mulai timbul pandangan bahwa intepretasi teks Bible tidak bisa dibedakan dari interpretasi teks-teks lain. Jadi selain teks Bible itu sendiri secara tekstual bermasalah, mereka sendiri sudah meletakkan Bible sebagai bukan kitab suci yang sakral lagi. Benedictus de Spinoza (1632-1677) dalam karyanya tahun 1670 berjudul Tractatus theologico-politicus (Risalah tentang teologi-politik) menyatakan bahwa “standar eksegesis untuk Bible hanyalah akal yang dapat diterima oleh semua”. Gereja Reformasi mengkritik keras buku ini dan kemudian menghentikan peredarannya. Meskipun demikian perlahan-lahan gagasan untuk memakai hermeneutik sebagai ilmu yang berkaitan dengan tehnik atau alat penafsiran (exgesis) Kitab Suci, dan juga menjadi pengantar disiliplin ilmu interpretasi terpaksa diterima. (Rudolf Bultmann, Essays, Philosophical and Theological,London, SCM Press, 1955, 235). Memang tanda-tanda beralihnya diskursus hermeneutik dari teologi ke filsafat sudah mulai nampak sejak terjadinya gerakan Reformasi Protestan pada abad ke enam belas. Tanda ini bertambah jelas pada periode Pencerahan (Enlightenment) pada abad berikutnya. Pernyataan Spinoza sudah merupakan bukti kuat tergesernya peran teologis dalam hermeneutika. Di saat itu masyarakat Eropah sudah cenderung kepada penggunaan akal dan tidak lagi percaya pada agama dan otoritas tradisional. Cita-cita terwujudnya masyarakat liberal, sekuler dan demokratis mulai muncul perlahan-lahan. Peran Universitas Halle penting bagi derasnya arus pemikiran Enlightenment ini. Beberapa filosof dan teolog terkenal, seperti Christian Wolff (1679-1754), Siegmund J Baumgarten (1706-1757), Johann S Semler (1725-1791) adalah dosen di universitas ini. Kuliah-kuliah serta tulisan-tulisan mereka jelas menunjukkan semangat penggunaan akal yang berlebihan dan protes terhadap otoritas yang bertentangan dengan akal. Dalam soal hermeneutik Semler misalnya melontarkan gagasan tranformasi radikal dari hermeneutik teologis, artinya interpretasi Bible berdasarkan seperangkat doktrin harus sudah ditinggalkan dan bacaan bersifat dogmatik harus berakhir yang tinggal adalah bacaan kritis. Tapi Semer masih berpegang bahwa tugas hermeneutik adalah memahami teks seperti yang difahami pengarangnya. Untuk itu ia menolak pemahaman synchronistic a la Protestan Ortodoks dan mengetrapkan bacaan diachronic, yaitu bacaan yang mengungkap pengertian historis dan literal (sensus litteralis historicus) teks Bible itu sendiri. Ia kemudian memperkenalkan dua aturan penting bagi teori interpretasi kritis: 1) penafsir Bible haru menyadari jarak historis antara dirinya dan teks Bible 2) Hermeneutic Bible harus menghormati aturan universal dalam menginterpretasi teks. Apa yang patut dicatat dari pergeseran diskursus hermeneutik dari teologi ke filsafat adalah perubahan fungsi hermeneutika dari teori memahami teks Bible secara rasional menjadi pemahaman segala teks selain Bible. Hermeneutik yang memang tidak berasal dari luar tradisi keagamaan Kristen kini telah keluar kembali. Faktor yang lebih dominan dan bertanggung jawab dalam perkembangan ini adalah perubahan pandangan hidup masyarakat Barat khususnya di zaman Pencerahan. Friedriech Ast (1778-1841) seorang pakar filololgi dalam bukunya Grundlinien der Grammatik Hermenutik und Kritik (Elements of Grammar, Hermeneutic and Criticism) membagi pemahaman terhadap teks menjadi 3 tingkatan: pemahaman histories, yakni pemahaman berdasarkan pada perbandingan teks dengan teks yang lain; pemahaman ketata-bahasaan, yaitu merujuk kepada pemahaman makna kata pada teks; dan pemahaman spiritual, yakni pemahaman yang merujuk kepada semangat, wawasan, mentalitas dan pandangan hidup pengarang, tapi terlepas dari konotasi teologis ataupun psikologis. Disini konteksnya nampak sekali bukan kitab Bible. Hermeneutik selanjutnya berkembang dari sekedar pengantar ilmu interpretasi kepada metodologi pemahaman. Tentang hermeneutika sebagai metodologi filsafat akan kita bahas sebentar lagi. Meskipun hermeneutika berkembang menjadi metodologi filsafat namun dalam pemikiran keagamaan Kristen ia terus diupayakan berkembang. Problem yang diangkat disini adalah bagaimana menangkap realitas yang terkandung dalam teks kuno seperti Bible dan bagaimana menterjemahkan realitas tersebut kedalam bahasa yang difahami oleh manusia modern. Persoalannya berkaitan dengan pencarian sifat dan bentuk pemahaman serta cara terjadinya. Adanya gap antara bahasa modern dan bahasa teks Bible, dan cara penulis-penulis Bible berfikir tentang diri mereka dan cara berfikir masyarakat Kristen modern memang tidak dapat dipungkiri. Dunia teks akhirnya dianggap sebagai representasi dari dunia mitos dan masyarakat modern dianggap mewakili dunia ilmiah. Hal ini tercermin dari pernyataan Duane bahwa “Problem yang mereka (penulis Bible) kemukakan kebanyakan bukan problem kita, dan cara-cara berfikir mereka tidak dapat kita produksi kembali begitu saja pada hari ini. Karena itu dunia Bible umumnya asing bagi kita, dan bahasanya sulit difahami” (Duane A. Priebe, “Communicating the Text Today”, Dialog, vol. 7,hal.266.) Pertanyaan hermeneutik yang timbul adalah bagaimana kejadian dan kata-kata masa lampau menjadi berarti dan relevan bagi eksistensi manusia tanpa menghilangkan esensi pesannya. Bagi mereka repetisi atau reproduksi frase-frase dalam Bible hanya akan membuat pesan-pesan Bible menjadi tidak relevan. Disini hermeneutik dalam pengertian tradisional dan exegesis teologi yang dikenal dalam sejarah Bible tidak lagi menjadi disiplin ilmu yang memadahi untuk menjelaskan dan mengkomunikasikan secara valid pesan-pesan Bible. Memang dalam sejarah teologi Kristen, problem penafsiran ini tidak saja selalu ada dan bahkan dialami langsung oleh para teolog, tapi problem itu tidak pernah di bahas dalam suatu tema atau obyek riset yang independen kecuali sekarang ini. Akhirnya hermeneutik berubah pengertiannya menjadi bukan lagi metodologi interpretasi, tapi metodologi memahami dan obyek yang difahami tidak lagi teks. Hermeneutika sebagai filsafat Titik perubahan makna hermeneutik menjadi suatu metodologi filsafat ditandai oleh datangnya Fredrich Ernst Daniel Schleiermacher (1768-1834). Ia lahir di Breslau. Setelah tamat kuliah di Universitas Halle dan kemudian menjadi Pendeta dan Teolog di Berlin yang meminati bidang filsafat. Filsafatnya tergolong sebagai idealis absolute. Kepercayaannya kepada agama sama seperti Kant, bahwa beragama tidak bisa diartikan sebagai usaha mencapai ilmu transcendent, sebab ilmu seperti ini adalah tidak mungkin. Pandangan hidup Barat lebih banyak menguasai pemikirannya, sementara pandangan hidup Kristennya mulai tidak nampak. Meskipun sebagai pendeta ia masih membahas penafsiran teks Bible, tapi sebagai filosof ia melintasi pembahasan tentang interpretasi menjadi pertanyaan universal: bagaimana pemahaman manusia dan bagaimana ia terjadi? Materi kuliahnya “universal hermeneutic” menjadi rujukan Gadamer dan berpangaruh terhadap pemikiran Weber dan Dilthey. Ia dianggap sebagai filosof Jerman pertama yang memikirkan persoalan-persoalan hermeneutika, sebab sejak ia menjadi dosen di Halle (1805) hingga matinya ia hanya memusatkan pada kajian hermeneutika. Karena itu ia dianggap sebagai Bapak hermeneutika modern dan juga pendiri Protestan Liberal. Karena ia telah membawa hermeneutika kedalam diskursus filsafat, maka kredit poin bagi Schleiermacher yang utama adalah analisisnya tentang “understanding”. Baginya “setiap aktifitas memahami adalah kebalikan dari kegiatan berbicara, artinya bahwa pemikiran yang mendasari perkataan harus masuk kedalam ruang kesadaran” (Schleiermacher, Hermeneutik und Kritik, ed. M.Fank, 1975, 76). Premis yang mendasari pernyataan ini adalah bahwa “semua perkataan tergantung pada pemikiran sebelumnya”. Memahami sesuatu, oleh karena itu, melibatkan pelacakan niat dibalik perkataan itu atau niat yang mendorong timbulnya pernyataan itu. Apa yang dicari disini adalah pemikiran yang akan dieskpresikan oleh pembicara, apa yang hendak difahami oleh penafsir adalah makna perkataan orang lain. Jadi yang menjadi obyek pemahaman disini sejatinya adalah bahasa. Selanjutnya, Schleiermacher melihat bahasa dalam dua sisi: pertama sisi ketata-bahasaan (grammatical side of interpretation) dan kedua sisi teknis penafsiran. Sisi pertama berarti bahwa ungkapan apapun yang dapat difahami menunjukkan keseluruhan penggunaan masyarakat bahasa itu. Oleh sebab itu dalam kegiatan interpretasi sisi pertama ini berfungsi untuk menjelaskan suatu pernyataan dengan merujuk kepada keseluruhan konteks dalam batas-batas kebahasaan. Sisi kedua berati bahwa pernyataan bukan saja sarana bagi bahasa yang bersifat supra-individual tapi merupakan manifestasi dari akal individual. Sebab tidak semua orang bermaksud sama dengan kata-kata yang sama. Karena sifatnya yang individual ini maka ia menamakan sisi kedua ini sebagai sisi psikologis. Jadi ketata-bahasaan dan teknis (psikologis) adalah dua bentuk hermeneutik universal yang digagas Schleiermacher. Dari bentuk kedua ini Schleiermacher lalu mengembangkan apa yang ia sebut intuitive understanding yang secara operasionalnya merupakan suatu kerja rekonstruksi. Artinya hermeneutik bertugas untuk merekonstruksi pikiran pengarang. Tujuan pemahaman bukanlah makna yang diperoleh dari dalam materi subyek, tapi lebih merupakan makna yang muncul dalam pandangan pengarang yang telah direkostruksi tersebut. Jadi dalam teori Schleiermacher agar interpreter dapat memperoleh pamahaman murni ia harus meletakkan dirinya sejajar dengan pengarang. Sudah tentu metode ini merupakan proses subyektif dan intuitif yang ekstrim yang secara tidak langsung merupakan penolakan terhadap bahasa yang merupakan elemen penentu dalam interpretasi yang selama ini difahami orang. Sebagai teori filsafat metode ini tidak lagi layak diaplikasikan kedalam pemahaman kitab-kitab keagamaan, lebih-lebih al-Qur’an. Gagasan Schleiermacher dilanjutkan oleh Wilhelm Dilthey (1833-1911). Ia adalah filosof, kritikus sastra, sejarawan serta pakar metodologi ilmu-ilmu social asal Jerman. Baginya hermeneutika adalah “tehnik memahami ekspresi tentang kehidupan yang di susun dalam bentuk tulisan”. (Bultmann, Essays, hal. 234). Tidak seperti Schleiermacher, Dilthey menekanan pada kejadian dan karya-karya sejarah yang merupakan ekspresi dari pengalaman hidup yang telah dijalani. Untuk memahami pengalaman tersebut intepreter harus memiliki kesamaan yang intens dengan pengarang. Bentuk kesamaan dimaksud merujuk kepada banyak sisi psikologis Schleiermacher. Seperti disebutkan diatas metode ini hanyalah metodologi filsafat yang tidak layak lagi ditrapkan untuk pemahaman dalam menafsirkan teks-teks al-Qur’an. Sebab untuk meletakkan diri penafsir sejajar dengan pengarang atau memiliki kesamaan yang intens dengan pengarang adalah mustahil sedangkan pengarang dalam koteks al-Qur’an adalah Tuhan. Ricoeur (1913- ) seorang Kristen Protestant kelahiran Perancis yang menjadi tawanan perang dunia kedua di Jerman. Keterlibatannya dengan filsafat fenomenologi di Perancis membuat gebrakannya dalam bidang hermeneutik dianggap sebagai pemersatu filsafat Eropa dan Anglo-Amerika. Dalam teori interpretasinya Ricoeur mencoba mencari integrasi dialektis dari dikhotomi Dilthey yaitu penjelasan (erklaren) dan pemahaman tentang eksistensi (verstehen). Ricoeur berangkat dari perbedaan yang fundamental antara paradigma penafsiran teks tertulis (discourse) dan percakapan (dialogue). Teks berbeda dari percakapan karena ia terlepas dari kondisi asal yang menghasilkannya, niat penulisnya sudah kabur, audiennya lebih umum dan referensinya tidak dapat lagi dideteksi. Konsep yang utama dalam pandangan Ricoeur adalah bahwa begitu makna obyektif di ekpressikan dari niat subyektif sang pengarang, maka berbagai penafsrian yang dapat diterima menjadi mungkin Makna tidak diambil hanya menurut pandangan hidup (worlview) pengarang, tapi juga menurut pengertian pandangan hidup pembacanya. (P. Ricoeur, ``The Model of Text: Meaningful Action Considered as Text,'' Social Research 38, 529-62 (1971). Berarti, hermeneutick Ricoeur mencoba mengkombinasikan dua macam hermeneutik: yang pertama pemahaman eksistensial yang mengarah kepada penjelasan, yang kedua penjelasan yang mengarah kepada pemahaman terhadap eksistensi. Untuk yang pertama terkaan yang bersifat subyektif dapat dibernarkan secara obyektif. Disini pemahaman berkaitan dengan suatu proses pembentukan hypothesa yang berdasarkan analogi, metafora dan mekanisme lain untuk tujuan devinasi (devinasi adalah seni meramalkan masa depan dengan jalan supranatural). Jadi banyak cara untuk membentuk hypothesa agar dapat memperoleh interpretasi yang mungkin. Disini validasi terhadap hypothesa tersebut dilakukan melalui argumentasi rasional dan debat dengan berdasarkan model argumentasi hukum yang berbeda dari verifikasi yang hanya mengandalkan bukti-bukti logis. (E.D. Hirsch Jr., Validity in Interpretation, Yale University Press, New Haven, l967). Untuk yang kedua Ricoeur membedakan dua pendapat tentang fungsi referensi dalam teks: pendekatan subyektif dan alternatif strukturalis. Pendekatan subyektif akan membangun suatu pandangan tersendiri yang berada dibalik atau diluar teks dan berangkat dari pandangan hidup penafsir sebagai pra-pemahaman. Meskipun pandangan hidup penafsir tersebut dapat secara gradual mendekati pandangan hidup penulis dengan semakin banyak teks yang ditafsirkan, namun subyektifitas penafsir tidak dapat dihilangkan sama sekali. Untuk mengatasi ini Ricoeur melirik pendekatan para strukturalis yaitu dengan menunda (suspend) penggunaan pandangan dibalik teks dan memusatkan pada kaitan-kaitan yang terdapat antara bagian-bagian dalam teks. Dengan menunda pandangan itu dan memusatkan pada bagian-bagain dalam teks, metode strukturalis berusaha menangkap subyektifitas pengarang dan penafsir, dan menjanjikan obyektifias. diantaranya oleh Schleiermacher (1768-1834), kemudian dikembangkan Dilthey (1833-1911) menjadi asas untuk membedakan sains kemanusiaan dan sains alam. Gadamer dan Ricoeur kemudian mengembangkannya kedalam milieu aliran filsafat fenomenologi. Catatan: 1. Gnosticism adalah aliran dalam Kristen yang mengasimilasikan elemen kepercayaan Kristen dengan konsep pagan Yunani, demiurge. Aliran yang muncul pada abad kedua Masehi dan terus hidup hingga abad pertengahan ini berhasil menafsirkan teks Bible dengan tafsirnya sendiri. Teks-teks yang dihasilkan aliran ini pada abad keempat Masehi telah ditemukan di Mesir.2. Humanisme adalah gerakan yang terpisah dari Rennaisance yang dalam pengertian religius berarti kepercayaan bahwa Tuhan menciptakan manusia untuk melakukan hal-hal yang penting bagi manusia. Tapi gerakan ini akhirnya cenerung anti gerakan sosial dan politik keagamaan. Pada abad ke 20 istilah ini dipakai secara pejoratif oleh postmodernis yang dalam bidang filsafat merujuk kepada Startre. Simon Blackburn, Oxford Dictionary of Philosophy, Oxford University Press, 1996, hal.178.

Kamis, 29 Agustus 2013

DAPAT UANG TANPA ATAU DENGAN UANG ? SEMUA BISA....

Mau? Rahasia sukses tanpa MODAL.. 0% RESIKO.. 100% GRATIS.. 1000% PROFIT.. Join now!! http://indoboclub.com/?ref=Dewa%20Dollar WOOOOOW!!! 100% Gratis 100% Profit.. Proses pencairan super cepat.. Sekali click, dollar langsung mendarat di PM anda.. Bisa pencairan ke bank lokal Dan dalam bentuk pulsa.. Bener-bener profit!! Ribuan member sudah dibayar.. Sekarang giliran Anda!! Join now!! http://indoboclub.com/?ref=Dewa%20Dollar Bisnis lokal yang paling BOOMING: Terbukti, hanya dlm waktu 204 hari, member telah lebih dari 398.176 orang http://indoboclub.com/?ref=Dewa%20Dollar Dahsyat!! - Mempunyai 2 sistem utama: Plan GRATIS & Plan INVESTASI - Withdrawal bisa ke PM, Bank Lokal, dan Pulsa - Web semakin AMAN dengan HTTPS/SSL 256 bit - Komunikasi langsung dgn Admin via SMS/Call/FB - Invest minimal $0.5 via PM, EgoPay, Payza, & Bank Lokal - Profit 2% x 100 hari + Profit extra - Compound minimal $0.5 - WD INSTANT ke PM minimal $0.02 (cuma butuh waktu 3 detik) - WD ke Bank Lokal minimal $20 (kurs $1 = Rp 9.700) - WD dgn Pulsa HP dengan harga dibawah standar pasar - Tersedia fitur IBC MOBILE, website versi HP

BISNIS LOKAL YANG PALING BOOMING

Bisnis lokal yang paling BOOMING: Terbukti, hanya dlm waktu 204 hari, member telah lebih dari 398.176 orang http://indoboclub.com/?ref=Dewa%20Dollar Dahsyat!! - Mempunyai 2 sistem utama: Plan GRATIS & Plan INVESTASI - Withdrawal bisa ke PM, Bank Lokal, dan Pulsa - Web semakin AMAN dengan HTTPS/SSL 256 bit - Komunikasi langsung dgn Admin via SMS/Call/FB - Invest minimal $0.5 via PM, EgoPay, Payza, & Bank Lokal - Profit 2% x 100 hari + Profit extra - Compound minimal $0.5 - WD INSTANT ke PM minimal $0.02 (cuma butuh waktu 3 detik) - WD ke Bank Lokal minimal $20 (kurs $1 = Rp 9.700) - WD dgn Pulsa HP dengan harga dibawah standar pasar - Tersedia fitur IBC MOBILE, website versi HP penasaran...?????!!!! Pengen tahu lebih lanjut???!!!! kunjungi aja: http://indoboclub.com/?ref=Dewa%20Dollar

Selasa, 15 Januari 2013

TRINITAS

Pertama-tama, segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Atas taufiq dan hidayahNya sehingga tulisan ini dapat hadir kehadapan para saudaraku Muslim. Dalam beberapa perjumpaan dan percakapan kami dengan saudara sesama Muslim, terlontar kekhawatiran mereka atas maraknya buku-buku dan selebaran Kristen yang seharusnya khusus untuk mereka, tetapi ternyata banyak yang jatuh baik disengaja maupun tidak sengaja ke tangan saudaraku Muslim. Buku-buku dan selebaran tersebut dikemas sedemikian rupa dengan menggunakan ayat-ayat Al-Qur'an dan Hadits keluar dari konteksnya (Armstrong,1992) untuk menunjukkan seakan-akan umat Islam telah sesat dan umat Kristenlah yang benar dan selamat. Buku-buku dan selebaran tersebut kalau hanya dibaca sepintas, atau oleh mereka yang belum memahami sejarah dan ajaran Nabi Isa (Yesus), akan mudah terhanyut oleh arguman mereka. Sudah tidak terhitung jumlahnya saudara-saudaraku Muslim yang terjebak rayuan tulisan tersebut, ditambah lagi iming-iming dan kemudahan serta fasilitas bagi mereka yang murtad. Untuk itu dorongan saudara-saudaraku Muslim untuk menanggapi tulisan mereka yang mendis-kreditkan Islam, kami sambut dengan penuh rasa tanggung jawab. Semoga Allah SWT. Selalu membimbing hambanya yang senantiasa berupaya mengungkapkan fakta-fakta sejarah maupun hasil penelitian para pakar internasional. Salah satu buku yang saya tanggapi dalam tulisan ini adalah "Keilahian Yesus Kristus dan Allah Tritunggal yang Esa". Buku ini merupakan kumpulan tulisan Hamran Ambrie yang diterbitkan oleh Christian Center Nehemia Jakarta. Berikut ini kami perlihatkan beberapa pernyataan Hamran Ambrie yang mengaitkan tulisannya dengan ajaran Islam maupun umat Islam. 1. Umat Islam apriori menolak paham Kristen. 2. Kesulitan bagi saudara-saudara kita golongan Islam untuk memahami ajaran Kristen mengenai hubungan Allah dan Yesus. 3. Firman itu tidak lagi disampaikan kepada Yesus berupa wahyu. 4. Yesus adalah Allah yang nampak. Kalimat ini pasti mengagetkan perasan golongan Islam. 5. Kesulitan pihak golongan Islam memahami hubungan Allah dengan Yesus. 6. Orang Kristen menjadikan Yesus dan Ibunya menjadi ilah (tuhan) disamping Allah adalah tidak benar. Ajaran Kristen tidak mengajarkan demikian. 7. Surat al-Jin : 3 digunakan oleh ulama Islam untuk menentang pengakuan orang-orang Kristen mengenai Yesus sebagai Anak Allah. 8. Penyebab utama saudara-saudara Muslim tidak menerima Yesus sebagai Tuhan dan anak Allah disebabkab salahnya pengertian dan tidak pernah mempelajari secara wajar dan tuntas menurut Alkitab. 9. Di peringkat Yesus sebagai Tuhan dan juru selamat inilah yang menjadi sandungan utama bagi setiap Muslim untuk menerima Yesus jadi panutan mereka. 10. Jelas dasar pengertian mereka (Muslim) memang salah, tidak berdasarkan kebenaran yang wajar, tidak ditunjang oleh Alkitab. 11. Karena itu penyebuatan "Muhammad Utusan Allah", sudah tidak relevan lagi, karena Yesus adalah nabi terakhir sudah menjadi batasan yang tidak boleh dilampaui lagi. Kalau saudara-saudara Muslim tidak bereaksi untuk meluruskan pernyataan­pernyataan ini, akan mudah menjadikan dalih bahwa mereka adalah benar. BAB I ARTI & ASAL TRINIAS Tanya Apa arti kata Trinitas? Apa yang dimaksud dangan Trinitas dalam ajaran Kristen? Dari mana pemimpin gereja memetik ajaran tentang tiga Tuhan? Jawab Trinitas berarti kesatuan dari tiga. Trinitas dalam Kristen adalah Tiga Tuhan yakni Tuhan Allah, Tuhan Yesus dan Tuhan Roh Kudus dan ketiganya adalah satu. Dogma ini berasal dari paham Platonis yang diajarkan oleh Plato (?-347 SM), dan dianut para pemimpin Gereja sejak abad II (Tony lane 1984). Edward Gibbon dalam bukunya The Decline and fall of the Roman Empire, hal 388, mengatakan: "Plato consider the divine nature under the thee fold modification: of the first cause, the reason, or Logos; and the soul or spirit of the universe...the Platonic system as three Gods, united with each other by a mysterious and ineffable qeneration; and the Logos was particularly considered under the more accessible character of the Son of an eternal Father and the Creator and Governor of the world". (Plato menganggap keilahian alami terdiri dari atas tiga bagian: Penyebab awal, Firman (Logos), dan Roh alam semesta....Sistem Platonis sebagai tiga Tuhan, bersatu antara satu dengan lainnya melalui kehidupan yang baka dan misterius; dan Firman (Logos) secara khusus dianggap yang paling tepat sebagai Anak Bapak yang baka dan sebagai pencipta dan penguasa alam semesta). Ajaran tiga Tuhan dalam satu ini bukan hanya dianut masyarakat Yunani dan Romawi, tetapi juga mereka yang mendiami wilayah Asia Barat, Tengah, Afrika Utara dan pengaruhnya menjalar ke beberapa kawasan lainnya di dunia. Watch Tower and Bible Tract Society of Pennsylvania, 1984, menjelaskan: "Throuqhout the ancient word, as far back as Babylonia the worship of paqan qods qrouped in triplets were common. This practice was also prevalent, before, during, and after Christ in Egypt, Greece and Rome. After the death of the Apostles, such pagan be(iefs beqan to invade Christianity". (Dunia di zaman purbakala, sejak masa kerajaan Babilonia, sudah terbiasa menyembah berhala, tiga Tuhan dalam satu. Kebiasaan ini juga banyak ditemukan di Mesir, Yunani dan Romawi, baik sebelum, selama maupun sesudah Yesus. Setelah kematian murid-murid Yesus, kepercayaan penyembah berhala ini kemudian merasuk ke dalam agama Kristen). Tanya Apa definisi Trinitas? Jawab 1. Athanasian Creed (abad VI) mendefinisikan Trinita sebagai: "The Father is God, the Son is God, and the Holy Ghost is God. And yet there Gods but one God". (Bapak adalah Tuhan, Anak adalah Tuhan, dan Roh Kudus adalah Tuhan. Namun bukan tiga Tuhan melainkan satu Tuhan.) 2. The Orthodox Christianity kemudian mendefinisikan lagi Trinitas sebagai: "The Father is God, the Son is God, and the Holy Spirit is God, and toqether, not exclusively, the form one God". (Bapak adalah Tuhan, Anak adalah Tuhan, dan Roh Kudus adalah Tuhan, dan bersama-sama, bukan sendiri-sendiri, membentuk satu Tuhan.) Sebelumnya sudah banyak para pemimpin Gereja yang mencoba memasukkan ajaran Platonis dan agama Mesir tentang tiga Tuhan dalam satu. Namun upaya tesebut baru pada tahap adanya tiga unsur atau oknum yang memiliki ikatan satu dengan lainnya. Ketetapan ketiga oknum: Tuhan, Anak dan Roh Kudus masing-masing dianggap Tuhan setara dan abadi, tidak pernah ada sebelum ditetapkananya Athanasian Creed di abad ke IV. Tanya Sebutkan beberapa diantaranya! Jawab 1. Irenaeus (125-203) menjelaskan bahwa Tuhan tidak sendirian. Selalu ada Firman dan Hikmah bersamanya, Anak dan Roh, yang melaluinya Tuhan menciptakan segala sesuatu secara bebas dan spontan. "The Church, though scattered thou~h out the whole world to the earth, has received from the apostles and their discip(es this faith: in one God, the Father almighty, maker of heaven and earth and sea and all thing in them; and in one Christ Jesus, the Son of God, who was made flesh for our salvation, and in the Holy Spirit,..." (Gereja, yang walaupun tersebar di seluruh dunia, sampai ke ujung bumi, telah menerima dari para Rasul dan murid-murid mereka keyakinan ini: (Percaya) kepada Tuhan Yang Maha Besar, pencipta Sorga dan bumi dan laut dan segala yang ada di dalamnya; dan dalam satu Kristus, Yesus, Anak Tunggal Allah, yang telah menjadi daging demi keselamatan kita, dan didalam Roh Kudus). Dalam definisi ini jelas sekali bahwa sampai akhir abad II, para pemimpin Gereja dan umat Kristiani masih beranggapan bahwa Allah (Bapa) adalah satu-satunya Tuhan yang Maha Besar. Yesus hanya dikenal sebagai Anak Allah sebagaimana yang dikampanyekan Paulus. 2. Tertulian (160-230) merupakan yang pertama menggunakan istilah Trinitas. Dia mendefinisikan Trinitas sebagai: "una substantia trepersonae" (satu zat dalam tiga oknum). Dia mengatakan : Let us preserve the mystery of the divine economy which dispose the unity into trinity, the Father, the Son, and the Holy Spirit, three not in essence but in grade, not in substance but in form". (Marilah kita menjaga misteri ikatan keilahian yang menjelaskan kesatuan dari yang tiga, Bapa, Anak dan Roh Kudus, tiga bukan dalam sari, tetapi dalam tingkatan, bukan dalam zat tetapi dalam bentuk.) Menurut Tertullian ketiga oknum, Bapa, Anak, dan Roh Kudus memiliki tingkatan yang berbeda-beda. 3. Origen (185-250) mengajarkan tiga Tuhan dalam Trinitas bertingkat: Bapa lebih besar dari Anak, yang lebih besar dari Roh Kudus. Hanya Bapa satu-satunya Tuhan yang sesungguhnya. "First, that there is one God....Secondly, that Jesus Christ himself....was born of the Father before all creatures....Thirdly, that the Holy Spirit was associated in honor and dignity with the Father and Son...." (Pertama bahwa ada satu Tuhan....Kedua bahwa Yesus Kristus sendiri....lahir dari Bapa sebelum segala sesuatu dicipta....Ketiga, bahwa Roh Kudus berkaitan dalam kemuliaan dan kehormatan dengan Bapak dan Anak. ) Dalam definisinya, Origen menegaskan bahwa Tuhan Allah itu Esa. Kedudukan Yesus adalah dibawah Tuhan Allah (Bapa), dan kedudukan Roh Kudus dibawah Yesus. BAB II BENARKAH YESUS MENGAJARKAN TRINITAS? Tanya Apakah Allah mewahyukan dan mendefinisikan Trinitas kepada Yesus? Jawab Berdasarkan Alkitab, Allah tidak pernah mewahyukan dan mendefinisikan Trinitas kepada Yesus. Yesus tidak pernah mengatakan bahwa Allah mewahyukan Trinitas Kepadanya. Yesus sendiri tidak pernah menyebut-nyebut Trinitas, apalagi akan mengatakan bahwa dirinya adalah anggota Trinitas. A.N.Wilson dalam bukunya Jesus A Life, 1992, hal XVI mengatakan: "1 had to admit that 1 found it impossible to believe that a first-century Galilean holy man (Jesus) had at any time of this life believed himself to be the Second Person of the Trinity) (Saya harus mengakui bahwa memang tidak mungkin untuk mempercayai bahwa orang suci dari Galelia abad I (Yesus) pernah sekali saja dalam hidupnya merasa dirinya sebagai oknum kedua dari Trinitas.) Tanya Apakah Allah pernah mewahyukan Trinitas kepada Para Nabi sebelum Yesus? Jawab Allah tidak pernah mewahyukan maupun mendefinisikan Trinitas kepada Nabi­nabi sebelum Yesus. Mereka semua menerima wahyu tentang Tauhid. Tidak secuil pun ajaran tentang Trinitas dalam Perjanjian Lama. Buku encyclopedia of Religion mengakui: "Theologians today are in agreement that the Hebrew Bible does not contain a doctrine of the Trinity". (Para ilmuwan Kristen saat ini sepakat bahwa ajaran Trinitas tidak ada dalam Alkitab bahasa Ibrani /Perjanjian Lama.) Selanjutnya buku New Catholic Encyclopedia juga mengatakan: "The doctrine of the Holy Trinity is not taught in thr Old Testament". (Ajaran Trinitas tidak pernah diajarkan dalam Perjanjian Lama) Perhatikanlah apa yang disampaikan oleh para nabi yang diutus Allah dalam Perjanjian Lama: "Dengarlah hai orang Israel: Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa" (ulangan 6:4) "Akulah Allah dan tidak ada yang lain. Akulah Allah dan tidak ada yang seperti Aku" (Yesaya 46:9) Andaikata Allah mewahyukan Trinitas kepada nabi-nabi Yahudi sebelum Yesus, sudah lama orang Yahudi menyembah Trinitas. Namun bagaimana mungkin Allah mewahyukan Trinitas kepada umat Yahudi, sementara Yesus, salah seorang anggotanya, baru lahir, lama setelah para nabi-nabi ternama seperti Nuh, Ibrahim, Musa, Daud dan lain-lain tiada. Tanya Apakah Yesus mengajarkan dan mendefinisikan Trinitas kepada Murid ­muridnya? Jawab Yesus tidak pernah mengajarkan atau mendefinisikan Trinitas kepada murid­muridnya. Sebaliknya beliau mengajarkan keesaan Allah. "Denqarlah hai oranq Israel: Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa" (Markus 12:29) Sejarawan Arthur Weigall dalam bukunya Paganism in Our Chrisrianity mengatakan : "Jesus Christ never mentioned such a phenomenon, and nowhere in the New Testament does the word Trinity appear. The idea was only adopted by the Church three hundred years after the death of our Lord". (Yesus Kristus tidak pernah menyinggung tentang fenomena seperti itu (Trinitas), dan kata Trinitas tidak di temukan dimana pun dalam kitab Perjanjian Baru. Ide ini baru dianut Gereja tiga ratus tahun setelah Yesus tiada) Dalam Al-Qur'an Allah menegaskan bahwa Yesus tidak pernah mengajarkan Trinitas: "Sesungguhnya telah kafirlah orang-oranq yanq berkata: 'Sesungguhnya Allah ialah Almasih putra Maryam', padahal Almasih (sendiri) berkata: 'Hai Bani Israel, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu'. 'Sesungguhnya oranq yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan sorqa baginya, dan tempatnya ia(ah neraka, tidaklah ada bagi orang-oranq zalim itu seorang penolong pun." (Q.S. al-Maidah 5:72) Tanya Bukankah Hamran Ambrie ketika ditanya oleh Prof. H.M.Rasyidi, apakah Trinitas diajarkan Yesus, menjawab Ya, dengan mengutip Matius 28:19? "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus" . (Matius 28:19) Jawab Ayat yang dikutip Hamran Ambrie diatas adalah ayat palsu. Sebenarnya, Injil Matius pasal 28 berakhir pada ayat 15, sedangkan lima ayat berikutnya, Matius 28:16-20, adalah ayat-ayat yang baru ditambahkan oleh gereja kemudian. Mereka yang dikaruniai akal sehat dan membaca pasal 28 ini dengan cermat akan segera mendeteksi bahwa injil Matius 28:15 merupakan penutup Injil Matius. "Mereka menerima uang itu dan berbuat seperti yang dipesankan kepada mereka. Dan cerita ini tersiar diantara orang Yahudi sampai saat ini". (Matius 28:15) Perhatikan kata-kata yang tercetak tebal di atas, "cerita ini tersiar sampai saat ini" menunjukkan bahwa peristiwanya sudah lama berlaku. Ini memperlihatkan bahwa Injil ini sudah lama selesai ditulis. Cerita ini sudah menjadi cerita rakyat yang terus dipupuk selama puluhan tahun, baru kemudian ayat 16-20 ditambahkan. Namun karena Gereja ingin menambahkan doktrin keimanan mereka dalam Injil, sehingga tanpa malu-malu mereka menambahkan ayat-ayat palsu tersebut, walaupun akhirnya janggal di kuping yang mendengarnya. Mengenai ayat-ayat palsu yang baru ditambahkan oleh Gereja ini, perlihatkanlah pernyataan para pakar Alkitab dan sejarah Kristen seperti Hugh J. Schonfield, nominator pemenang Hadiah Nobel tahun 1959, dalam bukunya The Original New Testament, hal 124: "This (Matthew 28:15) would appear to be the end of the Gospel (of Matthew). What follows (Matthew 28:16-20) from the nature of what is said, would the be a latter addition" (Ayat ini (Matius 28:15) nampak sebagai penutup injil (Matius). Dengan demikian, ayat-ayat selanjutnya (Matius 28:16-20), dari kandungan isinya, nampak sebagai (ayat-ayat) yang baru ditambahkan kemudian. ) Selanjutnya, Robert Funk, Professor Ilmu Perjanjian Baru, Universitas Harvards, dalam bukunya The Five Gospels, mengomentari ayat-ayat tambahan ini sebagai berikut : "The great commission in Matthew 28:16-20 have been created by the individual evangelist...reflect the evangelist idea of launching a word mission of the church. Jesus probab(y had no idea of launching a world mission and certainly was not the institution builder. (It is) not reflect direct instruction from jesus". (Perintah utama dalam Matius 28:18-20....diciptakan oleh para penginjil....memperlihatkan ide untuk menyebarkan ajaran Kristen ke seluruh dunia. Yesus sangat mungkin tidak memiliki ide untuk menganjarkan ajarannya ke seluruh dunia dan (Yesus) sudah pasti bukan pendiri lembaga ini (agama Kristen). Ayat ini tidak menggambarkan perintah yang diucapkan Yesus.) Meskipun seandainya ayat tersebut diucapkan Yesus, belum dapat dianggap sebagai rumusan Trinitas, sebab ayat ini hanya menyebut tiga oknum, dan tidak pernah mengatakan bahwa yang tiga tersebut adalah satu. Tanya Apakah murid-murid Yesus mengajarkan Trinitas? Jawab Murud-murid Yesus adalah orang-orang Yahudi. Mereka tidak pernah mengajarkan Trinitas kepada golongan mereka. Apa yang mereka ajarkan adalah ajaran Tauhid yang diajarkan Yesus kepada mereka. Dari ratusan Injil yang tertulis di abad pertama sampai awal abad keempat, tidak satu pun yang mengatakan bahwa Yesus adalah Tuhan yang harus di sembah. Pemimpin murid-murid Yesus sepeninggal Yesus adalah adiknya sendiri, Yakobus, yang mengajarkan Tauhid sebagaimana yang diajarkan Yesus. Sejarah memperlihatkan bahwa ajaran tentang Trinitas mulai berkembang setelah Paulus mengawinkan ajaran Yahudi dengan ajaran penyembah berhala, agar cocok dan dianut oleh penyembah berhala di bangsa-bangsa selain Israel. Ajaran Trinitas menuju dan mencapai formulasi akhir setelah orang-orang Romawi dan Mesir memasukkan ajaran penyembah berhala ke dalam ajaran Kristen. Perhatikanlah khotbah Petrus di Tripoli, Libia, yang diabadikan kedalam kitab Pseudoclementine Homilies 11:35. "Our Lord and Prophet (Yesus), who has sent us, declared to us that the Evil One, having disputed with him forty days, but failing to prevail against him, promise He would send Apostles from amonq his subjects to device them. Therefore, above all, remember to shun any Apostle, teacher, or prophet who does not accurately compare his teachinq with (that of) James....the brother of our Lord....and this, even if he comes to you with recommendations" ("Tuan dan nabi kita (Yesus), yang mengirim kami, menyatakan kepada kami bahwa Setan berdebat dengannya selama 40 hari, tetapi gagal mengalahkan­nya, dia berjanji (setan) akan mengirim rasul-rasul dari golongannya untuk menyesatkan mereka (pengikut-pengikut Yesus). Oleh karena itu sangat penting untuk di ingat, agar menghindari rasul, guru, atau (yang mengaku) nabi yang ajarannya tidak sesuai dengan ajaran (tauhid) Yakobus....saudara tuan saya (Yesus)....walaupun dia datang kepadamu dengan mengatakan bahwa dia sudah direstui".) Dengan memperhatikan khotabah Petrus diatas dengan mudah kita menebak siapa rasul, guru dan nabi palsu yang dia maksudkan. Encyclopedia of Religion and Ethics menjelaskan berikut ini : "At first the Christian faith was not Trinitarian....lt was not so in the apostolic and sub aposto(ic ages, as reflected in the (New Testament) and other early Christian writings". (Pada mulanya keimanan Kristen bukan Trinitas....Tidak ada ajaran Trinitas di zaman murid-murid Yesus maupun sesudahnya, sebagaimana yang dapat dilihat dalam (Kitab Perjanjian Baru) maupun karya para penulis Kristen (saat itu).) Tanya Apakah Paulus sebagai pendiri agama Kristen mengajarkan dan memformulasikan Trinitas? Jawab Paulus (5-67M) tidak pernah mengajarkan dan memformulasikan Trinitas . silahkan baca surat-suratnya kepada orang-orang Romawi di Roma, Korintus, Filipi, Efesus dan lain-lain, anda tidak akan menemukan secuil pun ajaran Trinitas di dalamnya. Malah sebaliknya Paulus menekankan keesaan Tuhan. "Memang benar ada banyak "Allah" (Tuhan) dan banyak "tuhan" (tuanlpemimpin) yang demikian namun bagi kita hanya ada satu "Allah" (Tuhan) Saja yaitu bapa, yang dari padaNya berasa( segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu tuhan (tuanlpemimpin) saja, yaitu Yesus Kristus" (1 korintus 8:5-6) Memang jelas kelihatan bahwa Paulus berusaha sekuat tenaga untuk mengkultuskan Yesus sebagai Anak Allah dan Juru Selamat, walaupun mendapat tantangan yang hebat dari umat Yahudi yang mengharamkan istilah "Anak Allah" kepada Yesus. Namun paulus belum sampai pada taraf mempertuhankan Yesus atau menyamakannya dengan Tuhan Allah. Tanya Kalau demikian,apakah kita masih dapat menemukan Trinitas dalam Alkitab? Jawab Ajaran Trinitas tidak ditemukan baik dalam kitab Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, Jesuit Edmund Fortman dalam bukunya The Triune God menjelaskan: "The Old Testament.... tells us nothing explicitly or by necessary implication of a Triune God who is Father, Son and Ho(y Spirit.... There is no evidence that any sacred writer ever suspected the existence of a (Trinity) whitin the Godhead.... Even to see in (the Old Testament) suggestion or foreshadowing or veiled siqn of the Trinity of persons, is to qo beyond the words and inent of the sacred writers". (Kitab Perjanjian Lama....tidak pernah mengatakan sesuatu secara jelas atau sekedar petunjuk tentang adanya Kesatuan Tiga Tuhan yakni Bapa, anak dan Roh Kudus....Tidak ada bukti tentang adanya penulis kitab suci yang memperkirakan adanya Kesatuan Tiga Tuhan.....Dugaan, adanya pendapat pendapat, bayangan, atau tanda-tanda terselubung tentang kesatuan tiga oknum dalam Kitab Perjanjian Lama, sama sekali di luar dari pengertian kata­kata maupun maksud para penulis kitab-kitab tersebut. ) Mengenai kitab Perjanjian Baru, buku Encyclopedia of Religion mengatakan : "Theologians agree that the New Testament a(so does not contain an explicit doctrine of the Trinity". (Para ilmuwan Krisren sependapat bahwa ajaran Trinitas, juga tidak ada dalam Perjanjian Baru.) Pernyataan tentang Trinitas (tiga dalam satu) ditemukan dalam Alkitab berbahasa Indonesia (I Surat Yohanes 5:7) & (Yohanes 5:8) "Sebab ada tiga yang memberi kesaksian [di dalam sorga: Bapa Firman dan Roh Kudus dan ketiganya adalah satu". (I Yohanes 5:7) Dan ada tiga yang memberi kesaksian di bumi}: Roh dan air dan darah dan ketiganya adalah satu. (I Yohanes 5:8) * * * Ini adalah satu-satunya formulasi Trinitas tentang Tuhan, Yesus dan Roh Kudus yang dianggap sempurna yang ada dalam Alkitab. Namun kemudian ternyata bahwa ayat ini (perhatikan tanda "{" yang di bubuhkan oleh penterjemah Alkitab LAI) adalah ayat palsu yang baru diselipkan atas restu Gereja, ketika Alkitab dicetak di Frankfurt, Jerman pada tahun 1574. Perhatikan catatan kaki dari Alkitab New International Version, h. 907 yang mengatakan: "(Ayat ini) tidak ditemukan di semua naskah Alkitab yanq ditulis sebelum abad XVI ". Sangat disayangkan bahwa Lembaga Alkitab Indonesia tidak mau jujur menjelaskan bahwa ayat dalam kurung tesebut ayat palsu. Dengan demikian, baik istilah Trinitas maupun ajaran tentang Trinitas tidak ada dalam Alkitab. catatan: * * * Ayat I Yohanes 5:8, sengaja saya tambahkan agar lebih memperjelas BAB III TIDAK ADA TRINITAS DALAM PERJANJIAN LAMA Tanya Bukankah Hamran Ambrie dalam ceramahnya tanggal 22 Juli 1979 mengatakan bahwa Trinitas itu ada dalam Kitab Kejadian 1:1-4? "Pada mulanya Allah (Tuhan) menciptakan langit dan bumi ". (Kejadian 1:1) "....dan Roh Allah meayang-layang di atas permukaan air". (Kejadian 1:2) " Berfirmanlah Allah..." (Kejadian 1:3) Bukankah ayat-ayat diatas menggambarkan adanya Tuhan Allah, Firman (Yesus) dan Roh Kudus yang bergotong royong mencipta alam semesta? Jawab Itu hanya sekedar maunya Hamran Ambrie untuk menyesatkan umat. Bayangkan! Kitab Kejadian adalah kitab umat Yahudi mulai Nabi Musa sampai dengan Nabi Isa (Yesus). Mana ada nabi Yahudi yang pernah mengatakan bahwa ada yang namanya Yesus yang kemudian menjadi Logos lalu menjadi Tuhan, yang turun kebumi mengambil bentuk manusia yang bergotong royong bersama Tuhan Allah dan Roh Kudus, menciptakan jagat raya ini. Ketika Yesus berkhotbah dari satu rumah ibadah ke rumah ibadah lainnya, beliau tidak pernah mengatakan kepada umatnya, bahwa beliau bersama Tuhan Allah dan Roh Kudus menciptakan alam semesta sebagaimana yang ditafsirkan oleh para pemuka Gereja. Sebaliknya Yesus secara transparan menyatakan bahwa bukan dia yang mencipta, tetapi Tuhan Allah satu-satunya pencipta. "Jawab Yesus: 'Tidakkah kamu baca, bahwa ia yang mencipakan manusia sejak semu(a menjadikan mereka laki-laki dan perempuan"' (Matius 19:4) Dengan demikian pernyataan Hamran Ambrie bahwa Trinitas ada dalam Kitab Kejadian 1:1-4 adalah tidak benar. Tanya Kitab Kejadian 1:3 mengatakan "Berfirmanlah Allah (Tuhan): `Jadilah Terang"'. Apakah Firman dalam ayat ini bukan berarti Yesus? Jawab Siapa yang menagatakan demikian? Tidak seorang pun nabi dalam Perjanjian Lama yang mengatakan bahwa pada saat Tuhan berfirman ada oknum lain yang ikut besama Tuhan Allah mencipta alam semesta. Para nabi sebelumnya tidak pernah mengajarkan Logos filsafat Yunani. Apalagi mereka akan mengatakan bahwa yang berpartisipasi dalam penciptaan jagat raya ini akan lahir dari rahim seorang perawan. Yesus sendiri tidak pernah mengatakan kepada siapa pun bahwa dia ikut bergotong royong bersama Tuhan Allah dan Roh Kudus menciptakan jagat raya ini yang kemudian diabadikan dalam Kitab Kejadian 1:1-3. Malah sebalaiknya dengan tegas Yesus mengatakan bahwa Tuhan Allah sendirlah yang mencipta tanpa kerterlibatan dirinya maupun Roh Kudus. "Jawab Yesus: 'Tidakkah kamu baca, bahwa ia yang mencipakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan"' (Matius 19:4) Berdasarkan ayat ini, jelas bahwa yang dimaksud dengan firman adalah firman yang diucapkan Allah dalam menciptakan segala sesuatu, yakni : "Kun" (Jadilah) "Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari Tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya : "Jadilah" (seorang manusia) maka jadilah dia." (Ali Imran 3:59) BAB IV ASAL IDE KETUHANAN YESUS Tanya Dari mana bibit ide Ketuhanan Yesus itu? Jawab Ide itu berasal dari paham penyembah berhala bahwa Tuhan beranak pinak di bumi. Diberbagai wilayah dan kota-kota besar di kerajaan Romawi di luar Palestina orang menyembah "Tuhan beserta keluarganya", mulai dari Tuhan tiga sampai ratusan. Mereka menganggap bahwa setiap tindakan Tuhan menjadi oknum lain di samping Tuhan. Misalnya firman Tuhan menjadi oknum lain (Anak Allah) yang namanya Yesus. Tindakan Tuhan memberi hidup, menjadi oknum lain yang namanya Roh Kudus. Tanya Siapa pencetus ide "Anak Allah (Tuhan)"? Jawab Ide Anak Tuhan merupakan hal yang lumrah di masyarakat Yahudi. Mereka menganggap bahwa bangsa Israel adalah "Anak-anak Tuhan". Bagi mereka istilah "Anak Tuhan" bukan untuk individu. "Anak-anak Tuhan" dalam pengertian individu merupakan paham penyembah berhala yang menganggap bahwa Tuhan beranak di dunia. (Tillich 1968) Drapper dalam bukunya Conflict between Religion and Science menceritakan bahwa Plato lahir di Athena tahun 429 SM. Ibunya adalah Paraction yang bertunangan dengan Arus. Namun sebelum mereka menikah, Paraction telah dihamili oleh Tuhan Apollo yang merupakan "Roh Kudus" dalam ketuhanan bangsa Yunani. Tuhan Appolo mengancam Arus untuk menghormati Roh Kudus dan tidak mendekati Paraction yang telah dihamilinya. Oleh sebab itu Plato di sebut "Anak Tuhan". Pythagoras yang lahir tahun 575 SM yang dianggap lahir tanpa ayah, juga disebut "Anak Tuhan". Paulus yang menganggap Yesus lahir melalui intervensi Roh Kudus, memperkenalkannya kepada para penyembah berhala di kerajaan Romawi sebagai "Anak Tuhan (Allah)". "Jawab malaikat itu kepadanya: `Roh Kudus akan turun atasmu dan Kuasa Allah yanq Maha Tinqqi akan menaunqi engkau; sebab itu anak yang akan kau lahirkan akan disebut kudus, Anak Allah" (Lukas 1:35). "Ketika itu juga ia memberitakan Yesus di rumah-rumah ibadat, dan mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah" (Kisah Para Rasul 9:20) Pekerjaan Paulus yang mulai merusak ajaran Tauhid yang diajarkan Yesus ini dikutuk oleh Allah dalam surah Maryam 19:88-92: "Dan mereka berkata: 'Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak'. Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat munqkar. Hampir-hampir lagit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka mendakwa Allah Yanq Pemurah mempunyai anak" (Surah Maryam 19:88-92) Tanya Apa arti "Anak Tunggal Allah (Tuhan)"? Jawab Umat Kristen dengan bangga menjelaskan bahwa Yesus diperanakkan bukan dicipta. Menurut mereka, semua mahluk dicipta oleh Tuhan, demikian pula Nabi Adam. Tetapi Yesus lahir dari intervensi Roh Kudus yang datang menaungi perawan Maria sehingga hamil. Dari berbagai legenda, Tuhan menghamili seorang perempuan hanya sekali, sehingga disetiap zaman hanya ada seorang Anak Tuhan (anak tunggal). "Jawab malaikat itu kepadanya: 'Roh Kudus akan turun atasmu dan Kuasa Allah yang Maha Tinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kau lahirkan akan disebut kudus, Anak Allah" (Lukas 1:35). Tanya Apakah anak Allah (Tuhan) setara dengan Allah (Tuhan)? Jawab Dalam filsafat Yunani, kedudukan Anak Tuhan dan dewa-dewa lainnya lebih rendah dari Tuhan. Sesuai ajaran filsafat Yunani, ketika Tuhan yang suci tidak dapat berhubungan dan menyelamatkan dunia serta manusia yang berdosa, dia mengirim anaknya atau dewa lain untuk mengatasi persoalan di dunia. Para pemimpin Gereja yang bermaksud untuk menaikkan kedudukan Yesus sebagai Anak Allah (Tuhan) agar setara dengan Tuhan Bapa menghadapi berbagai kendala. Pertama, karena Bapa bukan Anak dan Anak bukan Bapa sehingga secara otomatis bapa memiliki kekuasaan untuk memerintahkan Anak, tetapi tentu anak tiada punya kuasa untuk memerintahkan Bapa. Kedua, karena Bapa bukan Anak dan Anak bukan Bapa, ada suatu saat dimana Bapa sudah ada, sedangkan Anak belum ada. Kalau kedua-duanya sama-sama ada, tentu tidak ada Bapa dan Anak, saudara pun tidak. "....AnakKu Enqkau! Aku telah memperanakkan Engkau pada hari ini". (Kis. 13:33) Ayat di atas memperlihatkan bahwa kemarin Bapa sudah ada, sedangkan Anak belum ada. Jadi pernyataan Hamran Ambrie dalam bukunya "Keilahian Yesus Kristus dan Allah Tritunggal Yang Esa", ha1.116 yang mengatakan: "Tidak ada yang terdahulu atau terkemudian diantara satu dengan yang lainya", adalah tidak benar. Ketiga, karena para pemimpin Gereja mengatakan bahwa Bapa 100% Tuhan, sedangkan Anak (Yesus) adalah 100% Tuhan dan sekaligus 100% manusia sehingga keduanya tidak sama atau setara. BAB V PENGESAHAN KETUHANAN YESUS Tanya Kapan SK yang memutuskan Yesus 100% Tuhan sekaligus 100% manusia ditetapkan? Jawab Hal itu diputuskan pada konsili di Efesus Juni 431 (400 tahun setelah Yesus tiada) yang disponsori oleh Kaisar Romawi, Theodosius II. "We confess therefore our Lord Jesus Christ, the only begotten Son of God to be perfect (100%) God and perfect (100%) man". (Oleh Karena itu kita mengakui bahwa Tuan Yesus Kristus, Anak Tunggal Tuhan, sebagai Tuhan yang sempurna (100%) sekaligus manusia yang sempurna (100%). Keputusan ini kemudian diperkuat lagi olah SK yang diterbitkan dalam konsili di Chalcedon, Oktober 451 yang juga disponsori oleh Kaisar Romawi saat itu, Marcion. "Followinq the holy fathers we confess with one voice that the one and only Son, our Loard Jesus Christ, is perfect in Godhead and perfect in manhood truly God and truly man..." (Sesuai dengan ajaran para pemimpin Gereja, kami bersaksi dengan suara bulat bahwa satu-satunya Anak, Tuan kita Yesus Kristus, adalah Tuhan yang sempurna (100%) dan manusia yang sempurna (100%), Tuhan yang sesungguhnya dan manusia yang sesungguhnya) Namun pendirian yang mengatakan bahwa Yesus 100% manusia dan 100% Tuhan saat ini mendapat tantangan yang luas dari para ilmuwan dan pakar Alkitab. Prof. John Hick dalam bukunya The Myth of God Incarnate mengatakan: "What the orthodoxy developed as the two natures of Jesus, divine and human coinherinq in one historical Jesus Christ remains a form of words without assiqnable meaning.... for to say without explanation that the historical Jesus of Nazareth was also God is adevoid of meaning...That Jesus was God the Son incarnate is not literally true since it has no literal meaninq but it is an application to Jesus of a mythical concept whose funtion is analogous to that of the notion of divine sonship ascribed in ancient world to aking" (Apa yang diciptakan oleh golongan Kristen Orthodoks tentang ke-dwi sifat-an (dua kodrat) Yesus sebagai Khalik dan makhluk dalam diri Yesus hanyalah merupakan kata-kata tanpa arti....karena dengan mengatakan tanpa penjelasan bahwa manusia Yesus adalah juga Tuhan, adalah sesuatu yang tidak memiliki makna....Bahwa Yesus adalah inkarnasi Tuhan Anak secara harfiah tidak benar, karena secara harfiah tidak ada artinya dan hanya diterapkan kepada Yesus dalam mitos yang fungsinya mirip seperti pandangan tentang raja sebagai anak dewa dalam legenda) Huston Smith, pakar perbandingan agama dalam bukunya The Word's Religion hal 340 mengomentari ke-dwi sifat-an Yesus: "To be fully divine mean one has to be free of human limitation. If he has only one human limitation then he is not God. But according to the creed, he has every human limitation. How, then can he be God?" (Untuk sepenuhnya ilahi, berarti dia harus bebas dari segala keterbatasan manusia. Kalau dia memiliki satu kelemahan manusia, berarti dia bukan Tuhan. Tetapi berdasarkan kredo, dia (Yesus) memiliki segala keterbatasan sebagai seorang manusia. Oleh sebab itu mana mungkin dia Tuhan?) Randolph Ross dalam bukunya Command Sense Christiannity dengan tegas mengatakan: "Not because it is difficult to understand, but because it cannot be meaningfuly be said....not only impossible according to our understanding of the laws of nature....but impossible according to tha rule of logic upon which all our reasoning is based" (Bukan hanya karena sulit dimengerti, tetapi karena tidak ada maknanya....tidak hanya mustahil berdasarkan hukum alam....tetapi juga mustahil berdasarkan akal sehat dimana loqika berpikir kita didasarkan) Namun walaupun ajaran yang tidak masuk akal ini mendapat tantangan dari para ilmuwan dan pakar Alkitab, Gereja tetap mempertahankannya mati­matian karena umat Kristiani sudah terlanjur diajari bahwa dua kodrat Yesus merupakan syarat untuk menjadikannya sebagai Juru Selamat sesuai ajaran agama Yunani. Tanya Apakah Paulus pernah mengatakan bahwa Yesus adalah Tuhan atau setara dengan Tuhan? Jawab Paulus (5-67M) yang hidup di zaman Yesus tidak pernah mengatakan bahwa Yesus adalah Tuhan atau setara dengan Tuhan Allah. Tanya Apa upaya yang dilakukan Gereja untuk menjadikan Anak Allah setara dengan Allah? Jawab Dengan mengatakan bahwa Anak Allah (Tuhan) adalah Logosnya filsafat Yunani. Tanya Siapa yang mengatakan bahwa Logos (Firman) adalah anak Allah (Tuhan)? Jawab Yang mengatakan demikian adalah Philo dari Alexandria. Dia mendefinisikan Logos sebagai "Protogenes huios theou" (Anak sulung Tuhan). Paham penyembah berhala ini dianut mentah-mentah oleh Hamran Ambrie dalam bukunya: "Keilahian Yesus Kristus dan Allah Tritunggal Yang Esa" hal 19-20: "Yesus, asal kejadiannya adalah dari zat Allah sendiri yaitu "Firman" atau kalam, dan Roh Kudus. (Matius 1:18). Firman dengan kata lain dikatakan juga "Anak Sulunq", ada sebelum segala makhluk diciptakan (Kolose 1:15) adalah zat Allah itu sendiri." Gelar anak Tuhan ini kemudian digunakan oleh Paulus untuk Yesus. Selanjutnya penyalin Injil yang umumnya adalah para pengikut Paulus juga ikut-ikutan menyebut Yesus sebagai Anak Allah (Tuhan), dengan menambahkannya kedalam ayat-ayat Injil. "Inilah permulaan Injil tentanq Yesus Kristus, Anak Allah". (Markus 1:1) "Jawabnya (Sida-sida): 'Aku percaya bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah"' (Kis. 8:37) Kata "Anak Allah" dari kedua ayat tersebut diatas adalah palsu. Kata-kata tersebut tidak ada dalam teks Injil Markus maupun Kisah Para Rasul dari (Codex Vaticanus dan Codex Sinaiticus) yang diperkirakan ditulis tahun 325M. kata "Anak Allah" dalam kedua kitab diatas, baru diselipkan di akhir abad ke IV atau abad ke V. BAB VI ARTI LOGOS DALAM FILSAFAT YUNANI Tanya Apakah yang dimaksud dengan Logos dalam filsafat Yunani? Jawab Logos adalah perantara antara Tuhan dan Manusia. Tuhan dipandang mulia, roh, dan baka, sedangkan manusia dianggap dosa and fana. Adanya perbedaan antara Tuhan dan manusia inilah yang menyebabkan Tuhan yang mulia tidak dapat berhubungan dengan dunia dan manusia yang berdosa. Untuk memenuhi keinginan Tuhan yang ingin menyelamatkan manusia dan dunia yang berdosa, Tuhan memerlukan perantara yang kedudukannya berada di bawah Tuhan, tetapi diatas manusia. Perentara ini dalam Filsafat Yunani disebut Logos, yang kemudian oleh Lembaga Alkitab Indonesia disebut Firman. Padahal firman menurut Yesus sendiri adalah wahyu yang diterimanya dari Tuhan Allah: "Tetapi Yesus menjawab: 'Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah"' (Matius 4:4) "Baranqsiapa menolak aku, dan tidak menerima perkataanku, ia sudah ada hakimnya, yaitu firman yanq telah kukatakan, itulah yanq akan menjadi hakimnya pada akhir zaman. Sebab aku berkata-kata bukan dari diriku sendiri, tetapi Bapa, yang mengutus aku..." (Matius 12:48-49) "Dan aku tahu, bahwa perintahNya itu adalah hidup yang kekal. Jadi apa yang aku katakan, aku menyampaikannya sebagaimana yang difirmankan oleh bapa kepadaku". (Yohanes 12:50) Tanya Mengapa tidak sekalian saja menyebut Yesus dengan panggilan Logos atau Firman Tuhan tanpa harus menyebutnya Anak Allah (Tuhan)? Jawab Permasalahan yang dihadapi Gereja adalah bahwa Logos dalam filsafat Yunani adalah roh, sementara Yesus adalah manusia yang lengkap dengan tulang dan daging. Oleh karena itu, agar Logos penyembah berhala dapat diterapkan pada diri Yesus, maka Gereja kemudian menyatakan bahwa Logos telah menjadi deging, turun ke dunia, lahir melalui rahim seorang perawan, dan menjadi Anak Allah dalam diri Yesus. "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga ia telah mengaruniakan anakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadanya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal" (Yohanes 3:16) "Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraanya dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan dirinya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia". (Filipi 2:6-7) Dengan demikian gelar "Anak Allah" dibutuhkan sebagai gerbang pertemuan antara Yesus dan Logos. Agar Yesus dapat tiba pada keilahian Logos, ia harus melalui "gerbang" Anak Allah. Sementara bagi Logos untuk menjadi manusia harus lahir dari perawan melalui intervensi Roh Kudus, sehingga anak yang dilahirkan menjadi Anak Allah. "Jawab malaikat itu kepadanya: 'Roh Kudus akan turun atasmu dan Kuasa Allah yanq Maha Tinggi akan menaunqi engkau; sebab itu anak yang akan kau lahirkan akan disebut kudus, Anak Allah" (Lukas 1:35). Tanya Apakah Logos adalah Tuhan? Jawab Karena logos dalam filsafat Yunani adalah perantara antara Tuhan dan manusia, sehingga kedudukannya lebih rendah dari Tuhan oleh karena itu Logos bukan Tuhan. Tanya Lalu bagaiamana Logos yang kedudukannya lebih rendah dari Tuhan, kemudian dapat menjadi Tuhan atau setara dengan Tuhan? Jawab Philo dari Alexandria memperkenalkan ide Logos dari Tuhan tanpa iktikad mempersamakan Logos dengan Tuhan, jauh sebelum penulisan Injil Yohanes. "Pada mulanya adalah Logos (Firman), Logos (Firman) itu bersama dengan Tuhan dan Logos (Firman) itu berasal dari Tuhan". Dalam hymne Platonis (Yohanes 1:1-14) yang diperkenalkan oleh Philo ini, Logos bukan Tuhan, tetapi lebih tepat disebut "firman Tuhan". Penyalin Injil Yohanes kemudian memetik hymne ini dan menempatkannya sebagai pembukaan Injil Yohanes. Tidak hanya sampai disini. Penyalin kemudian merubah anak kalimat: "Dan Logos itu berasal dari Tuhan" menjadi "Dan Logos itu adalah Tuhan". Pencaplokan ajaran Platonis ini oleh penyalin Injil Yohanes dijelaskan oleh Santo Augustinus dalam bukunya The Confession of Saint Augustine di bawah sub judul : Kitab Suci dan Filsafat Penyembah Berhala. "...Book of the Platonists that had been translated out of Greek into Latin. In them 1 read, not indeed in these words but much the same thought, enforced by many varied argumenents that: In the beginning was the word, and the word was with God. All things ware made by him, and without him nothing was made" (...Buku filsafat Platonis yang telah diterjemahkan dari bahasa Yunani ke bahasa Latin. Di dalamnya saya baca, walaupun tidak sama persis tetapi jalan pikirannya mirip, didukung dengan berbagai argumen bahwa : Pada mulanya adalah Firman, Firman itu bersama dengan Tuhan dan Firman itu adalah (dari) Tuhan. la (firman) pada mulanya bersama dengan Tuhan. Segala sesuatu dijadiakan oleh dia (firman) dan tanpa dia (firman) tidak ada yang di jadikan). Catatan kaki Alkitab The New Testament of the New American Bible, 1970 hal 203, memberikan alasan yang memperkuat pendapat bahwa Yohanes 1:1-18 bukan merupakan bagian dari Injil Yohanes, tetapi merupakan karya lepas yang baru dimasukkan sebagai pembuka Injil Yohanes oleh penyalin: John 1:1-18; "The prologue is a hymn, formally poetic in style - perhaps originally an independent composition and only later adapted and edited to serve as an overture to the gospel" (Yohanes 1:1-18; Pembukaan ini merupakan hymne, berbentuk syair - mungkin berasal dari karya bebas, yang hanya belakanqan baru dikutip dan diedit untuk berperan sebagai intro (pembuka) dari Injil). Kesengajaan Gereja untuk mempersamakan Logos dengan Tuhan diperlihatakan oleh Athanasius dalam bukunya "The Incarnation of the Word" yang ditulis pada tahun 318M hal.4, dengan mengatakan: "For our salvation he loves us so much as to appear and be born in human body". (Demi keselamatan kita dia mencintai kita sedemikian rupa sehingga dia hadir dan dilahirkan dalam bentuk manusia) Dengan demikian karena menurut Gereja Yesus adalah Logos, dan menurut Gereja pula, Loqos adalah Tuhan Allah sehingga sim salabim, Yesus adalah Tuhan Allah yang nampak, pesis seperti apa yang diinginkan Hamran Ambrie. Semoga dengan penjelasan ini umat Islam tidak kaget lagi dan tahu persis dari mana asal-usul "Firman (Yesus) adalah Allah yang nampak", sebagaimana yang dituduhkan oleh Hamran Ambrie. Tanya Mengapa filsafat Yunani tentang Logos menjadi fondasi doktrin keimanan Kristen tentang Yesus? Jawab Para pemimpin gereja dan penginjil di kerajaan Romawi adalah pemeluk ajaran filsafat Yunani atau setidaknya sangat dipengaruhi oleh pemikiran Yunani. Tony Lane dalam bukunya "Christian Thought" mengatakan: "The view of the fall owes more to Greek philosophy and to Origen than to the Bible". (Pandangan tentang kejatuhan (dalam dosa) lebih banyak dipetik dari filsafat Yunani dan Origen dibanding dari Alkitab) "The Platonist element is not like the icinq on a cake or the currant in it which can remove, but like the sherry flavoring which is inseparable from the cake itself" (Elamen Platonis (dalam Kristen) bukan seperti hiasan atau kismis pada kue yang dengan mudah ditinggalkan, tetapi seperti aroma yang sudah menyatu dengan kue itu sendiri) Paul Tillich dalam bukunya "A History of Christian Thought" menjelaskan bagaimana ajaran teology Yunani merasuk kedalam doktrin Trinitas melalui Logos (Firman). "Christianity took from its great vompetitor (Stoic) many fundamental idea. The first is the doctrine of the logos, a doctrine that may bring you to despair when you study the history of Trinitarian and Christianity can not be understood without it" (Kristen menganut dari saingannya (Filsafat Stoa) berbagai ajaran dasar. Yang pertama adalah ajaran tentang Logos (Firman), suatu ajaran yang dapat membuat anda kecewa manakala anda mempelajari sejarah trinitas dan pemikiran Kristen Pertumbuhan ajaran Kristen tidak dapat dimengerti tanpa bersandar pada ajaran ini (Stoa). Justine Martyr dengan bangga mengatakan: "This is (Platonis) the only philosophy which 1 have found certain and adequate". (Ini (Platonis) adalah satu-satunya filsafat yang menurut saya cocok dan pantas). And vice versa he said: "Those who live according to the Logos, are Christians". (Dan sebaliknya dia berkata: " Mereka yang menganut Logos, adalah Kristiani). Tanya Apakah Yesus mengajari murud-muridnya dan umat Israel tentang Logos , atau apakah beliau pernah mengatakan bahwa dia adalah Logos? Jawab Ketika Yesus diuji oleh Ahli Taurat dan orang-orang Saduki, apakah beliau sudah tercemar oleh filsafat Yunani atau masih mempertahankan tauhid, beliau memberikan jawaban yang tegas: "Dengarlah hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu Esa". (Markus 12:29) Disaat yang sangat penting dan ditunggu-tunggu oleh pemuka agama Yahudi ini, Yesus tidak pernah menyebut-nyebut Logos atau menyatakan dirinya sendiri sebagai Logos (Firman hidup). Oleh karena itu para pemuka agama yahudi merasa lega dan mengetakan: "Tepat sekali, guru, benar katamu itu, bahwa Dia (Tuhan Allah) esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia (Tuhan Allah)". (Markus 12:32) Tanya Siapa yang menganjurkan untuk menyembah Logos/Firman? Jawab Yang menganjurkan menyembah logos adalah Justine Martyr (100-165 M). dia terlahir dan dibesarkan dalam keluarga penyembah berhala (Delaney 1983). Dalam upayanya untuk mengawinkan ajaran Kristen dan filsafat Yunani dalam bukunya "2 Apology 13", dia mengatakan: "For next to God we worship and love the Word (Logos), who is from the unbegotten an ineffable God, since he also became man for our sakes". (Selain Tuhan, kita menyembah dan mencintai Firman (Logos) yang berasal dari Tuhan yang tidak diperanakkan dan tidak dicipta, yang juga menjadi manusia demi untuk kita). Dalam pernyataannya ini, Logos Yunani yang telah menjadi daging, ikut disembah sebagai obyek lain disamping Tuhan. Kata "next to" (kemudian dari, selanjutnya) memberikan gambaran bahwa obyek lain tersebut kedudukannya lebih rendah dari Tuhan. Apalagi Justin Martyr tidak pernah mengatakan bahwa Logos/Yesus adalah Tuhan. BAB VII TIDAK SEMUA KRISTEN MEMPERTUHANKAN YESUS Tanya Apakah semua pemimpin Gereja setuju untuk mempertuhankan Yesus? Jawab Tidak! Sebelum abad ke IV para pemimpin Gereja disibukkan dengan bagaimana memformulasikan hubungan yang tepat antara Allah dan Yesus. Hubungan tersebut berkisar pada kedudukan Tuhan sebagai Bapak, dan Yesus sebagai Anak Tuhan. Atau hubungan antara Allah sebagai Tuhan yang Mulia, Baka dan Sempurna dengan Logos dari Allah sebagai perantara Tuhan dan manusia. Oleh karena itu sampai dengan awal abad ke IV para pemimpin Gereja umumnya masih berpendirian bahwa Tuhan Allah adalah satu-satunya Tuhan yang wajib didembah. Kalau pun Yesus sudah mulai dikultuskan, masih dalam koridor Anak Allah atau Logos, dan bukan Tuhan. Arius misalnya, hanya mengakui Bapa (Allah) sebagai satu-satunya Tuhan, dan menganggap Yesus sebagai makhluk. Keadaan berubah secara drastis ketika Kaisar Romawi, Constantine, menyatakan masuk Kristen tahun 312 M. masuknya Kaisar ini disambut dengan semangat yang berapi-api oleh umat Kristen saat itu. Kaisar menetapkan Kristen sebagai agama Kerajaan. Walaupun hal ini disambut dengan gembira, beberapa kalangan saat itu mengkhawatirkannya. Tony Lane menjelaskan kesalahan yang mengerikan ini dalam bukunya Christian Thought hal. 11: "...Some had doubts from the beginning, and it is increasingly fashionable today to regard the link as a horrible mistake...the asoption of Christianity as the state religion led to amassive influx of superficial converts from paganism. This resulted in declninf moral standard and the adoption of some pafan and idolatrous practices" (Sejak semula sebagian kalangan telah meragukannya, dan bertambah jelas seperti yang nampak saat ini bahwa hubunqan antar Gereja dan Kaisar merupakan kesalahan yang mengerikan....ketetapan (Kaisar) yang memutuskan Kristen sebagai agama Kerajaan menyebabkan membanjirnya para penyembah berhala yang sekedar masuk Kristen sebagai lambang. Ini menyebabkan jatuhnya standar moral dan masuknya ajaran penyembah berhala (kedalam ajaran Kristen) Jalan menuju Ketuhan Yesus tidaklah mulus, malah penuh dengan pertumpahan darah. Namun ajaran Trinitas dari agama Mesir dan Babilonia, yang kemudian diidealkan oleh Plato, yang kemudian dianut oleh para pemimpin Gereja, menyebabkan lahirnya bibit-bibit pendukung Trinitas dalam Gereja Kristen. Mereka inilah yang berjuang mati-matian memasukkan ajaran Trinitas kedalam Kristen yang dimulai dengan upaya mempertahankan Yesus. Salah seorang tokohnya adalah Athanasius. Tanya Bagaimana para pendukung Athanasius memperoleh kemenangan untuk mempertuhankan Yesus? Jawab Ketika Constantine menjadi Kaisar Romawi, secara terbuka dia menyatakan diri sebagai pendukung Athanasius yang dianggapnya sesuai dengan latar belakang filsafat Yunani yang dia anut. Untuk menghabisi paham tauhid Arianisme, Kaisar menyarankan istilah "homoousios" yang pengertiannya adalah "Yesus satu zat denqan Allah". Tony Lane menambahkan: "The Emperor himsel f advocated the word (homoousios), probably at the instigation of his western eclesiatical advisor....lt was a word which was congenial to the west, which since Tertullian had thouqht of the Trinity as three persons in one substance". (Kaisar sendiri menganjurkan (penggunaan) kata (homoousios), diduga atas anjuran penasehat spiritualnya....Kata tersebut dianggap cocok untuk (Gereja) bagian barat sejak Tertullian memperkenalkan Trinitas sebagai oknum dalam satu zat). Tanya Mengapa Athanasius berjuang mati-matian untuk mempertuhankan Yesus? Jawab Athanasius dibesarkan di Mesir, daerah yang sangat subur ajaran Trinitasnya. Di Mesir penduduk menyembah tiga Tuhan dalam satu: Osiris, Isis dan Horus. Disamping itu, ajaran Filsafat Platonis dan Stoa juga berkembang pesat di Alexandria, dimana Athanasius tinggal mengidealkan Trinitas agama Mesir. Bagi Athanasius yang sudah terbiasa di alam tiga Tuhan, ajaran tauhid para pengikut Kristen saat itu dirasakannya sangat mengganggu. Oleh karena itu arus masuknya para penyembah berhala ke dalam Kristen serta didukung Kaisar Romawi untuk mengawinkan ajaran Kristen dengan ajaran penyembah berhala di kerajaan, dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh Athanasius untuk menghabisi ajaran tauhid yang masih bercokol di kalangan Kristen. Menurut filsafat Yunani, walaupun Tuhan sangat ingin menyelamatkan manusia, namun tidak mungkin langsung dapat melakukannya. Untuk menyelamatkan manusia, Tuhan menggunakan perantara yakni Logos. Karena pemimpin Gereja menginginkan Yesus sebagai Logos, sehingga Yesus selanjutnya harus menduduki posisi Logos. Inilah yang diperjuangkan oleh Athanasius agar Yesus menduduki posisi baru sebagai Logos penyembah berhala yang akan menjalankan fungsi Anak Tuhan dan Juru Selamat. S.E.Frost Jr. dalam bukunya Basic Teachinq of the Great Philosophers ha1.110 menjelaskan: "God as we have seen conceived as pure, holy, perfect. Thus it became necessary to introduce an intermediate being, the Logos, to account for the cretion of the universe. Many thinkers identify this beinq (Logos) with Christ..." (Tuhan sebagaimana paham filsafat Platonis dianggap suci, mulia dan sempurna. Oleh karana itu diangap penting untuk memperkenalkan perantara, yakni Logos (Firman), untuk menciptakan jagat raya. Beberapa ahli pikir kemudian menganggap Logos ini adalah Kristus (Yesus). Tanya Hamran Ambrie dalam bukunya "Keilahian Yesus Kristus dan Allah Tritunggal Yang Esa" mengutuip Kitab Kisah para Rasul 2:36: "Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa (Tuhan) Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus" (Kis.2:36) Dengan menggunakan ayat diatas Hamran Ambrie mengatakan bahwa umat Islam telah keliru menuduh umat Kristen mengangkat Yesus menjadi Tuhan. Jadi jelaslah bahwa persangkaan orang-orang Muslim yang sering menuduh bahwa orang-orang Kristen sendirilah yang mengangkat Yesus menjadi Tuhan adalah keliru... melainkan memang penyebutan Tuhan itu justru datangnya dari Allah itu sendiri...." Apakah benar orang-orang Muslim keliru ? Jawab Jangan sampai Hamran Ambrie sendiri yang keliru atau dia sengaja ingin mengelirukan orang. Orang Muslim sesungguhnya tidaklah keliru. Allah tidak pernah mengangkat Yesus sebagai Tuhan sebagaimana yang diakui oleh Hamran Ambrie. Sebenarnya yang mengangkat Yesus sebagai Tuhan adalah orang-orang Kristen di Lembaga Alkitab Indonesia (LAI). LAI melencengkan terjemahan "Kyrios" dan "Lord" dalam Injil. Sekarang logikanya saja, untuk apa Allah membuat Tuhan??? Dalam agama Tauhid pernyataan ini tidak ada jawabannya. Tetapi bagi penyembah berhala Platonis dan Stoic, Tuhan yang mulia harus membuat Logos untuk menyelamatkan dunia yang berdosa. Dalam Alkitab dengan jelas dapat dibedakan. Kalau ayatnya mengatakan Allah Juruselamat kita, berarti itu adalah sisa-sisa yang masih terdapat dalam Alkitab. Tetapi kalau ayatnya mengatakan Yesus Juruselamat kita berarti ajaran penyembah berhala telah merasuk dalam Alkitab. Namun yang ingin dijelaskan disini adalah bagaimana Lembaga Alkitab Indonesia menerjemahkan Alkitab sehingga lahirlah terjemahan ayat seperti yang diperlihatkan oleh Hamran Ambrie. Pada saat Lembaga Alkitab Internasiaonal menerjemahkan Alkitab bahsa Yunani kedalam bahasa Inggris, kata "Kyrios" yang berarti "Tuan/Boss" diterjemahkan menjadi "Lord" atau "Sir" yang juga berarti "Tuan/Boss". Misalnya : Land Lord = Tuan Tanah Drug Lord = Tuan/Boss Obat terlarang Gambling Lord = Tuan/Boss Judi Lord of the Universe = Tuan Alam Semesta (Tuhan). Namun Lembaga Alkitab Indonesia bukannya menerjemahkan "Kyrios" dan "Lord" sebagai "Tuan" tetapi "Tuhan". Memang untuk ini, LAI tidak perlu bekerja membanting tulang. Cukup dengan membubuhkan huruf "h" di tengah­tengah kata "Tuan" maka sim salabim, seorang makhluk dalam sekejap berubah menjadi Khalik (Pencipta). Dengan cara ini Lembaga Alkitab Indonesia dengan sengaja telah merubah Yesus "Tuan/Pemimpin umat Israel menjadi "Tuhan yang olehnya segala sesuatu telah dijadikan", persis seperti Logos penyembah berhala Platonis. Terjemahan yang dipaksakan ini akhirnya menjadi janggal di telinga mereka yang mendengarnya. Apalagi ketika kata "Tuhan" diterapkan kembali ke pasangan kata seperti diatas, maka artinya menjadi lain. Land Lord tentu sudah tidak sama dengan Tuhan Tanah. Gambling Lord tentu sudah tidak sama dengan Tuhan Judi. Kalau Lord of the Universe dapat saja berarti Tuan atau Tuhan, karena Tuan semesta alam adalah Tuhan. Disinilah letak ketidak-jujuran Lembaga Alkitab Indonesia dalam menerjemahkan Alkitab dengan benar. Sebagaimana diketahui, kata Tuan digunakan untuk manusia, terkecuali Tuan semesta alam adalah Tuhan. Tetapi kata "Tuhan" sudah jelas tidak digunakan untuk manusia, terkecuali bagi para penyembah berhala. Peratikanlah kejanggalan terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia atas kata "Kyrios" dan "Lord" yang diterjemahkan sebagai Tuhan. "Tuhan, Enqkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam..." (Yohanes 4:11) "Tuhan, nyata sekarang padaku bahwa Engkau seorang Nabi" (Yohanes 4:19) "Siapakah Engkau, Tuhan?" (Kis. 9:5) Coba bayangkan, untuk apa timba bagi Tuhan? Yang perlu timba hanyalah manusia! Selanjutnya, dari mana perempuan Samaria tahu bahwa yang perlu timba dihadapannya adalah Tuhan Penguasa Alam Semesta? Sungguh aneh, untuk "memberi makan 5.000 orang" Tuhan mampu, sementara untuk memperoleh seteguk air saja, Tuhan harus menunggu diberi timba. Perhatikanlah ayat berikut ini (Yohanes 4:11) dalam teks bahsa Inggris di berbagai versi Alkitab : 1. "Sir," the woman said, 'you haven't qot a bucket..." (Good News Bible, 1976) 2. "The woman saith unto him, Sir, thou hast nothing to draw with..." (Holy Bible Authorized King James Version) 3. "Sir" she challenger him, "You do not have bucket..." (The New Testament of the New American Bible, 1970) 4. "She said to him: "Sir, you have not even a bucket..." (The Kingdom Interlinear Translation of The Greek Scroptures, 1985) 5. "The woman said to Him, "Sir, you have nothing to draw with,..." (New Tastament, Psalms, Proverbs, 1982) 6. "The woman saith unto him, Sir, thou hast nothing to draw with..." (The First Scofield Reference Bible, 1986) Dari ayat-ayat yang dikutip dari berbagai versi Alkitab bahasa Inggris diatas, nyata dan jelas bahwa penggunaan kata Sir adalah identik dengan kata Lord yang artinya Tuan, bukan Tuhan (God)! Perlu disadari bahwa tidak ada satu pun kamus bahasa inggris di muka bumi ini yang menerjemahkan kata "Sir" sabagai "Tuhan"! Dalam Yohanes 4:19, perempuan Samaria tersebut menyebut Tuhan sebagai orang yang artinya menyamakan Tuhan Pencipta (Khalik) dengan yang dicipta (makhluk). Padahal dalam berbagai versi Alkitab berbahasa Inggris Yesus dalam ayat ini disapa dengan Sir atau Tuan, bukan Tuhan! Yang lebih aneh lagi adalah pertanyaan Paulus dalam Kis.95. "Siapa Engkau, Tuhan?". Kalau Paulus benar-benar bertanya demikian, kita tentu wajar mempertanyakan: Apakah Paulus sudah pikun atau tidak waras?". Lucu amat Paulus sebagai pendiri agama Kristen tidak tahu dan masih bertanya siapa Tuhannya. Ini sungguh keterlaluan! Tetepi kalau kata "Kyrios" atau "Lord" diterjemahkan dengan kata "Tuan", kan enak dan pas dibaca. "Tuan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam..." (Yohanes 4:11) "Tuan, nyata sekaranq padaku bahwa Engkau seoranq Nabi" (Yohanes 4:19) "Siapakah Engkau, Tuan?" (Kis. 9:5) Camkanlah istilah tepat yang digunakan Yesus untuk dirinya sendiri. "Janqanlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias (Yesus)" (Matius 23:10) Kalau memang Yesus adalah Tuhan tentu beliau akan berkata: "Janganlah pula kamu disebut Tuhan, karena hanya satu Tuhanmu yaitu diriku (Yesus)" Oleh karena itu sangat menyedihkan betapa tokoh besar seperti Hamran Ambrie bisa keliru dan disesatkan oleh Lembaga Alkitab Indonesia. Padahal maksud ayat tersebut adalah: "Allah menjadikan Yesus sebagai tuan/pemimpin dan rasul untuk Bani Israil. Tanya Kapan S. K. Ketuhan Yesus ditetapkan, dan oleh siapa? Jawab S.K. Ketuhan Yesus ditetapkan pada konsili di Nicea tanggal 20 Mei 325M. Kaisar Romawi Constantine, menghimpun 220 uskup di Nicea tahun 325. Sebagian besar mereka berasal dari Gereja bagian Timur yang mendukung Athanasius. Kosili memutuskan mengutuk paham tauhid Arius dan mengumumkan kredo (creed) anti Arian yang dikenal dengan nama "the Creed of Nicea". Dalam konsili inilah diterbitkan S.K. Ketuhan Yesus dan sejak saat itu Yesus diresmikan sebagai Tuhan, malah sekaligus ditetapkan sebagai Tuhan yang sesungguhnya (true God), 300 tahun setelah Yesus tiada. Dalam konsili inilah Kaisar Romawi menetapkan bahwa Yesus satu zat dengan Allah (Homoousios). "He (Jesus) is God from God, Light from Light and true God from true God" (Dia (Yesus) adalah Tuhan yang berasal dari Tuhan, Cahaya yang berasal dari Cahaya, dan Tuhan Sesungguhnya yang berasal dari Tuhan yang sesungguhnya) Sejak saat itulah Tuhan menjadi dua yakni Tuhan Allah dan Tuhan Yesus yang harus dipercayai bahwa keduanya bersatu padu dalam satu zat (homoousios) sebagaimana yang diputuskan oleh Kaisar Romawi. Tanya Apakah ada ketetapan resmi untuk menyembah Yesus sebelum abad ke IV? Jawab Belum ada! Dalam kitab "Shepherd of Hermes" nama Yesus sama sekali tidak disebut-sebut. "First of all( belive that God is one, who hs made all thing, bringing them out of nothing into being". (Pertama-tama percayalah bahwa Tuhan itu Esa, yang menciptakan segala makhluk, dari tidak ada menjadi ada) Selanjutnya dalam Apostle Creed yang menurut Gereja ditulis oleh para rasul diperkirakan ditulis pada akhir abad ke II, ada menyebut nama Yesus, tetapi bukan sebagai Tuhan yang disembah. "And in Jesus Christ, his onl y Son, our Lord..." (Dan di dalam Yesus Kristus, anaknya yang tunggal, tuan kita) Kredo ini telah mengalami beberapa kali tambahan dan perubahan sepanjang abad ke IV dan ke V untuk disesuaikan dengan perkembangan ajaran kristen. Tanya Kesulitan apakah yang dihadapi Gereja sehingga dibutuhkan waktu sekian ratus tahun untuk mengangkat status Yesus dari sekedar Nabi menjadi "Tuhan penguasa alam semesta"? Jawab Pertama, di abad pertama perkembangan agama Kristen, persoalan yang cukup berat muncul di permukaan. Bagaimana caranya agar Tuhan Filsafat Yunani yang Mulia, dan sempurna, dapat menyelamatkan manusia yang berdosa dan tidak sempurna. Untuk mengatasi hal ini, logos filsafat Yunani digunakan sebagai perantara Tuhan dan manusia. Beberapa ahli pikir Yunani yang memeluk agama kristen memandang Yesus sebagai Logos filsafat Yunani (Frost, 1989). "Firman itu telah menjadi manusia dan diam diantara kita..." (Yohanes 1:14) "...Kristus Yesus yanq walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah, itu sebaqai milik yanq harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seoranq hamba dan menjadi sama denqan manusia" (Filipi 2:5-7) Tetapi karena Logos bukan Tuhan sehingga otomatis Yesus pun bukan Tuhan. Kedua, ketika Gereja mulai berusaha mengangkat status Yesus menjadi Tuhan, problem lain tampil ke permukaan. Bagaimana caranya mengangkat status Logos yang lebih rendah dari Tuhan ini menjadi setara dengan Tuhan. Untuk mengatasi hal ini, Gereja memperkenalkan ide Logos (Firman) adalah Tuhan Allah. "Pada mulanya adalah Firman Logos Firman Logos itu bersama-sama dengan Tuhan dan Firman Logos itu adalah (dari) Allah. la Logos pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia Logos dan tanpa Dia (Logos) tidak ada sesuatu pun yanq telah jadi dari seqala yanq telah dijadiakan" (Yohanes 1:1-3) Paham penyembah berhala ini digunakan sebagai senjata pamungkas oleh para penginjil (Termasuk Hamran Ambrie) untuk membuktikan bahwa Yesus adalah Tuhan dengan menempatkan Yesus sebagai Logos penyembah berahala. Dengan demikian, tuhan Allah (yang "katanya" adalah Logos) yang berada di sorga sudah turun ke bumi mengambil bentuk manusia dalam diri Yesus. Dalam buku "Keilahian Yesus Kristus dan Allah Tritunggal", hal 94, Hamran Ambrie mengatakan: "Dulu wahyu melalui mimpi etc. disebut Firman, tetapi kemudian (setelah ajaran Kristen dicemari filsafat Yunani), Firman itu sendiri menjadi daging kehiduopan melalui kelahiran seorang manusia Maria, maka penyebutan firman itu pun berubah menjadi "Anak Allah". Catatan : tambahan dalam kurung dimaksudnya untuk memperjelas. Konsep penyembahan berhala sudah ranum ini, akhirnya tersaji dalam SK Ketuhanan Yesus yang disponsori bersama oleh Kaisar Romawi, Constantine dan para pemimpin Gereja pada Konsili di Nicea 20 Mei 325 M. Tanya Dapatkah kita menganggap the Creed of Nicea sebagai formulasi dan definisi Trinitas? Jawab Tidak! Karena Konsili tidak pernah menganggap Roh Kudus sebagai Tuhan atau sesuatu yang harus disembah. Dalam konsili tersebut tidak pernah dibahas tentang Roh Kudus. Nanti belakangan, Gereja kemudian menambahkan kalimat tentang Roh Kudus dalam kredo tersebut (Karen Armstrom 1993). "And in the holy Spirit" (Dan dalam Roh Kudus). Tanya Siapa yang pertama memberikan perhatian serius terhadap status Roh Kodus? Jawab Athanasius! Sampai dengan pertengahan abad ke IV perhatian Gereja dicurahkan pada bagaimana bentuk dan corak hubungan antara Bapa (Tuhan) dan Anak (Yesus). Kalimat yang baru ditambahkan dalam Kredo: dan dalam Roh Kudus, memperlihatkan betapa kecilnya perhatian yang diberikan terhadap status Roh Kudus. Dalam tulisannya "Oration Aqainst the Arians 2:24, 33", athanasius mempromosikan ketuhanan Yesus tanpa menyinggung-nyinggung Roh Kudus. Selanjutnya pada suratnya kepada Serapion berubahlah dia berbicara tentang status Roh Kudus. Buku The Paqanism in Our Christianity yang dikutip oleh M.A.C Cave menjelaskan : "The early Christians, however, did not at first think of applinq the (Trinity) idea to their own faith. They paid their devotions to God the Father and to Jesus Christ, the Son of God, and they recognizes the....Holy Spirit; but there was no thought of this three being an actual Trinity, co-equal, and united in one". (Umat Kristiani dulu, pada kenyataannya, tidak pernah berfikir untuk menganut paham Trinitas. Perhatian mereka tercurah pada (hubungan) Tuhan Bapa dan Yesus Kristus, Anak Tuhan, dan mereka mengenal.... Roh Kudus, tetapi tidak pernah terlintas dalam pikiran mereka bahwa ketiganya bersatu dan setara dalam Trinitas). Tanya Kapan S.K. untuk menyembah Roh Kudus di tetapkan? Jawab Pada Konsili di Konstantinople yang didelenggarakan dari bulan Mei s/d Juli 381M. Konsili ini dapat dikatakan Konsili para pemimpin Capadocian yang mendukung Trinitas. Gregory dari Nazianzus (329-389M), yang merupakan tokoh Capadocian memperkenalkan formula Trinitas dalam bukunya "Five Theological Oration", hal. 39: ".... Godhead is one in three and the three are one.... " (Kesatuan Tuhan itu adalah satu dalam tiga dan ketiganya adalah satu) Dia memainkan peranan penting dalam menggolkan ajaran Trinitas dalam konsili. Kaisar Theodorius yang merupakan pendukung Ketuhanan Yesus ingin sekaligus menghabisi paham Tauhid Arius. Dalam konsili inilah untuk pertama kali dinyatakan bahwa Roh Kudus harus disembah. "And in the Holy Spirit, the Lord and life giver, who proceeds from the Father. Toqether with the Father and the son he is worshipped and glorified". (Dan dalam Roh Kudus, Tuan dan pemberi hidup, yang datang dari bapa. Bersama dengan Bapa dan Anak dia disembah dan dimuliakan). Tanya Apakah Konsili di Constantinople memutuskan bahwa Roh Kudus adalah Tuhan? Jawab Tidak! Walaupun dalam Konsili ini Roh Kudus dinyatakan sebgai obyek yang disembah, tetapi belum dinyatakan sebagai Tuhan. Tanya Mengapa Konsili tidak sekalian memutuskan Roh Kudus sebagai Tuhan? Jawab Konsili ini juga dihadiri oleh 36 Uskup Macedonia yang menentang keras segala bentuk penyenbahan terhadap Roh Kudus. Mereka berpendirian bahwa Roh Kudus hanyalah makhluk ciptaan Tuhan. Oleh karena itu dia bukan Tuhan, sehingga tidak perlu disembah. Namun karena para uskup Capadocia jumlahnya lebih banyak sehingga para uskup Macedonia kalah. Dalam penentuan apakah Roh Kudus adalah Tuhan atau tidak, bantahan mereka masih didengar. Namun ketika para uskup Capadocia ngotot untuk menyembah Roh Kudus, akhirnya para uskup Macedonia menyerah dan meninggalkan ruangan konsili (walk out). Tanya Kapan ide lengkap tentang Trinitas pertama kali dijelaskan? Jawab Antara tahun 359-360M ketika Athanasius didesak untuk menghadapi kelompok Tropici dari Mesir yang mengajarkan bahwa Roh Kudus hanya sekedar makhluk yang diciptakan dari tidak ada menjadi ada. Uskup mereka, Serapion, yang tidak mampu menghadapi mereka meminta tolong pada Athanasius. Dalam suratnya "Letter to Serapion", Atahnasius untuk pertama kalinya menjelaskan secara detail tentang Teologi Trinitas. Tanya Apakah Athanasian Creed merupakan formulasi yang ditampilkan oleh Athanasius kepada Serapion? Jawab Tidak! Athanasian Creed bukanlah sebuah kredo dan juga tidak ditulis oleh Athanasius. Gereja yang tidak tahu siapa penulis Athanasian Creed, menganggapnya di tulis oleh Athanasius hanya karena dia dianggap sebagai pencipta ajaran Trinitas. Tanya Apa yang diulas atau diputuskan oleh Athanasian Creed? Jawab Athanasian Creed yang diperkirakan ditulis pada abad ke VI menetapkan sesuatu yang dapat dianggap sebagai formulasi dan fefinisi akhir dari Trinitas. Ketetapan penting yang tercantum dalam Kredo ini adalah diumumkannya S.K. Ketuhana Roh Kudus. "Thus the Father is God, the Son is God, and the Holy Spirit is God. Yet there are not three God but only one God". (Bapak adalah Tuhan, Anak adalah Tuhan dan Roh Kudus adalah Tuhan. Namun bukan tiga Tuhan tetapi hanya satu Tuhan. ) Tanya Apakah perbuatan para Kaisar Romawi dan pemimpin Gereja yang selama beratus tahun mengutak atik Yesus dan Roh Kudus untuk dipersandingkan dengan Allah dalam kesatuan Trinitas, diilhami oleh Yesus? Jawab Bukannya diilhami tetapi malah dimarahi. Yesus sama sekali tidak dapat menerima mereka yang menyembahnya, dengan mengikuti ajaran penyembah berhala yang di ajarkan manuasia (Plato dan Zeno). Sementara Yesus sendiri mengajarkan pada umat Israel untuk hanya menyembah Allah. "Bangsa ini memuliakan aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari padaku. Percuma mereka beribadah kepadaku, sedangkan a jaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia" (Matius 15:8-9) Berbagai kredo yang dihasilkan oleh konsili bukan merupakan penjelasan atau konfirmasi dari Allah atau Yesus tentang siapa Tuhan sebenarnya, melainkan sekedar pertarungan antar pendapat yang selalu dimenangkan oleh kelompok yang didukung Kaisar. Hal ini dijelaskan oleh Uskup John Shelby Spong dalam bukunya: Why Christian must Change or Die, 1998, hal 18. "The purpose of every written creed historically was not to clari f y the truth o f God. It was, rather, to rule out some contending point o f view." (Tujuan dari setiap kredo (yang dihasilkan di setiap konsili) bukan untuk menjelaskan siapa sesungguhnya Tuhan, tetapi sekedar untuk menyingkirkan pendapat yang tidak sejalan (dengan yang dianut Kerajaan dan Gereja) Oleh karena itu Yesus tidak punya urusan dengan ajaran maupun definisi Trinitas sebagaimana yang dianut oleh umat Kristiani saat ini. Yesus tidak pernah mengajarkan Trinitas kepada murid-muridnya, apalagi bermimpi bahwa dirinya adalah oknum kedua dari Trinitas. Hal ini ditegaskan oleh A.N.Wilson dalam bukunya Jesus A Live, 1992, hal XIV: "I had to admin that I found it impossible to believe that a f irst century Galilean holy man (Jesus) had at any time o f his li f e believed himsel f to be the Second Person o f the Trini ty. " (Saya harus mengakui bahwa memang musthahil untuk mempercayai bahwa orang suci dari Galilea di abad I (Yesus) pernah sekali saja dalam hidupnya merasa dirinya sebagai oknum kedua dari Trinitas) Gerejalah yang menciptakan Matius 28:19 dan menyuapkannya kepada Yesus untuk diucapkan. "Karena itu pergilah, jadikanlah senua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus". Apa yang diajarkan oleh Yesus adalah tauhid (Ke-Esa-an Allah). BAB VIII MATIUS 28:19 BUKAN UCAPAN YESUS? Tanya Bagaiamana membuktikan bahwa Matius 28:19 bukan ucapan Yesus? Jawab Di zaman Yesus dan murid-muridnya, mereka yang ingin menjadi anggota suatu kelompok harus menyatakan kesetian mereka kepada kelompok tersebut melalui pembaptisan. Dalam Islam cara ini disebut bai'at. Pada saat itu mereka yang ingin menjadi anggota kelompok Yohanes Pembaptis atau muridnya, misalnya Apollo. Sebelum membentuk kelompok sendiri, Yesus pernah menjadi anak buah Yohanes dan dibai'at (dibaptis) atas nama Yohanes serta menyatakan kesetiaanya kepada Yohanes Pembaptis. "Pada waktu itu datanglah Yesus dari Nazaret di tanah Galilea, dan la dibaptis di Sungai Yordan oleh Yohanes". (Markus 1:9) Setelah Yesus membentuk kelompok sendiri, mereka yang ingin masuk ke dalam kelompok Yesus harus di bai'at (dibaptis) "atas nama" Yesus dan menyatakan kesetian mereka kepada Yesus. Oleh karena itu pembaptisan atas nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus sebagaimana Matius 28:19 adalah aneh dan tidak masuk akal. Di zaman Yesus dan murid-muridnya tidak pernah nama Bapa dan Roh Kudus diikut-ikutkan dalam upacara pembaptisan. Untuk lebih jelasnya perhatikanlah pernyataan Pakar Pemikiran Kristen, Paul Tillich dalam bukunya A History of Christian Tnougnt. "Baptism was the sacrament of entrance into the church...then he was baptized in the name o f Christ. Later on the name o f God the Father and the Spirit ware added". (Pembaptisan merupakan upacara memasuki suatu kelompok Kristen (gereja).... Lalu dia dibaptis atas nama Kristus. Kemudian barulah nama Tuhan Bapa dan Roh Kudus ditambahkan). Di zaman Yesus dan murid-muridnya ide Roh Kudus sebagai Tuhan atau sesuatu yang disembah tidak pernah dikenal. Hal ini dengan jelas dapat dilihat dalam Kitab "Kisah Para Rasul" ketika paulus menanyai murid Yohanes Pembaptis di Eferus. "Sudahkah kamu menerima Roh Kudus, ketika kamu menjadi percaya: " akan tetapi mereka menjawab dia: "Belum, bahkan kami belum pernah mendengar, bahwa ada Roh Kudus. " ( Ki s 19 : 2 ) Tanya Apakah para Pastor, Pendeta dan Penginjil mengetahui bahwa Yesus bukan Tuhan dan bahwa Yesus tidak pernah mengajarkan Trinitas? Jawab Para Pastor, Pendeta dan Penginjil telah ditatar oleh Para Pakar Alkitab bahwa Yesus tidak pernah mengajarkan Trinitas bahwa Yesus bukanlah oknum kedua dari Trinitas. Robert Funk, Professor Ilmu Perjanjian Baru, Universitas Harvard menjelaskan: "Jesus was nothing more than a man wi th avision f or d ecad es, they (the scholar) have taught it to generation of priest and ministers, who do not pass i t along to their f locks because they f ear the backlash o f anger. So the only ones le f t in the dark are ordinary Christians. " (Yesus hanyalah seorang manusia yang berpandangan luas selama berpuluh­puluh tahun, mereka (para pakar Alkitab) telah mengajarkannya kepada para pastor dan pendeta, yang pada gilirannya (para pastor dan pendeta ini) tidak menyampaikannya kepada jamaat mereka karena takut didamprat. Oleh sebab itu umat Kristianilah yang dibiarkan tetap berada dalam kegelapan) Tanya Siapa yang mengajarkan Trinitas? Jawab Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, mereka yang memperkenalkan dan mengajarkan Trinitas adalah para pemimpin Gereja yang umumnya memiliki latar belakang paham penyembah berhala. Buku Should You Believe in the Trinity yang diterbitkan oleh Watchtower and bible Tract Society of Pennsylvania, 1989 menjelaskan: "Throughout the ancient world, as f ar back as Babylonia the worship o f pagan gods grouped in triplets were common. This practice was a(so prevalent, be f ore, during, and a f ter Christ in Egypt, Greece and Rome". (Dunia di zaman purbakala, sejak masa kerajaan Babilonia, sudah terbiasa menyembah berhala, tiga Tuhan dalam satu. Kebiasaan ini juga banyak ditemukan di Mesir, Yunani dan Romawi, baik sebelum, selama, maupun sesudah Yesus) Cave dalam bukunya Is the Trinity Doctrine divinely Inspired?, menambahkan: "A f ter the death o f the Apostles, such pagan belie f s began to invade Christianity" (Sesudah kematian murid-murid Yesus, kepercayaan penyembah berhala ini kemudian merasuk ke dalam agama Kristen) Filsafat Platonis dan Stoic yang diajarkan Plato (?-347 SM) dan Zeno (?-263 SM) tentang Logos menjadi jembatan untuk mempertuhankan Yesus menuju konsep Trinitas yang dinanti-nantikan para penyembah berhala untuk dikawinkan dengan ajaran Kristen. Ajaran tiga Tuhan dalam satu yang dianut para penyembah berhala inilah yang menginspirasi para pemimpin Gereja unutk mengembangkan ajaran tersebut dalam Kristen. Upaya para pemimpin Gereja yang saat itu dikenal dengan golongan Apologis untuk mengawinkan ajaran filsafat Yunani dengan ajaran Kristen dijelaskan oleh Paul Tilich dalam bukunya A History of Christian Thought sebagai berikut: "The Apologist arose to attempt a joining of Christianity dan Greek thought" (Para pemimpin Gereja yang umumnya Aplogis (mereka yang ingin mengawinkan filsafat Yunani dengan ajaran Kristen) bangkit untuk mencoba mengawinkan ajaran Kristen dengan filsafat Yunani) Di satu pihak umat Kristen memiliki Yesus yang diambil dari Yahudi, sememtara dipihak lain, para pengikut ajaran Platonis dan Stoic memiliki Logos yang diambil dari Plato (?-347 SM) dan zeno (?-263 SM). Hasil akhir dari perpaduan keduanaya yang diterima oleh umat Krsistiani adalah Logos Yesus. Yesus bukan lagi sekedar seorang Nabi Isa untuk bani Israel, tetapi sudah berubah menjadi Yesus baru yang penuh dengan embel-embel Platonis dan Stoic- Yesus Kristus anak Allah, perantara antara Tuhan dan manusia, Tuhan dan juru selamat. Athanasius kemudian menambahkan satu Tuhan lagi yakni Roh Kudus untuk melengkapi Ketuhanan Kristen menjadi Tiga dalam Satu (Trinitas), persis seperti ajaran Ketuhanan Agama Mesir, dimana Athanasius berdomisili. Pengaruh agama Mesir terhadap Kristen dijelaskan oleh Cave sebagai berikut: "The Trinity was a major preoccupation of Egytian theologians.... Three gods are combinet and treated as single being, addressed in the singular. In this way the spiritual force of Egyptian religion shows a direct ling with Christian theology" (Trinitas merupakan paham utama para penganut agama Mesir.... Tiga Tuhan bersatu dan diperlakukan sebagai satu, yang disebut esa. Dalam hal ini nampak kekuatan spiritual agama Mesir yang langsung mempengaruhi agama Kristen) Tanya Mengapa para pemimpin Gereja mencetuskan ajaran-ajaran seperti trinitas yang tidak ada dasarnya dalam Alkitab? Jawab Apa saja yang ditetapkan oleh Kaisar Romawi dan para pemimpin Gereja dianggap benar, sah dan berlaku untuk umat pada saat itu. Kebenaran dalam Kristen berubah dari satu konsili ke konsili lainnya. Kebenaran sangat tergantung kepada golongan mana yang mayoritas dalam konsili, atau golongan mana yang didukung oleh Kaisar Romawi. Oleh karena itu, kutuk mengutuk dalam setiap konsili merupakan hal yang lumrah. Ignatius dalam suratnya kepada orang-orang Smyrna mengatakan: "Where the bishop is, there the congregation should be Prophets who appear may be riqht or wrong, but the bishop is right, because the bishop were the representative of the true doctrine" (Apa saja pendapat sikap uskup, jemaat harus mengikutinya. Para Nabi boleh benar atau salah, tetapi uskup selalu benar, karena uskup adalah yang mewakili ajaran yang benar) Keputusan-keputusan Gereja yang di luar ajaran Yesus dilindungi oleh hukum keimanan (regulafidei). Apa yang sudah diyakini dan diucapkan oleh pemimpin Gereja menjadi hokum yang mutlak berlaku, walaupun tidak ada dasarnya atau tidak sejalan dengan Alkitab. Alhasil ajaran Trinitas tumbuh subur dan berkembang dari satu konsili ke konsili lainnya, bukan karan ajaran Trinitas merupakan ajaran yang dipetik dari ajaran murni Yesus, tetapi karena kaisar Romawi mendukung ajaran ini menjadi ajaran resmi kerajaan. Tanya Mengapa orang-orang Romawi begitu mudah menerima Yesus sebagai Tuhan mereka? Jawab Karena tersebarnya berita bahwa "katanya" Yesus mati, "katanya" Yesus bangkit kembali pada hari ketiga, "katanya" terangkat ke surga. Mereka tidak pernah melihat atau bertemu dengan Yesus apalagi tinggal bersama-sama dengan beliau. Mereka menciptakan cerita tentang kamatian, kebangkitan serta terngkatnya Yesus ke sorga sesuai dengan kepentingan mereka, lama setelah Yesus tiada. Uskup Agung Prof. David Jenkins, salah seorang pemimpin Gereja tertinggi di Inggris, dalam wawancaranya dengan TV di London dalam program "Credo" menegaskan bahwa ajaran Ketuhanan dan Kabangkitan Yesus sesungguhnya tidak benar. "Were not strictly true but were added to the story of Jesus by the early Christians to express their faith in him as a Messiah" (Ajaran tentang ketuhanan dan kebangkitan Yesus sesungguhnya tidaklah benar, tetapi baru ditambahkan dalam cerita tentang Yesus oleh para penulis Kristen untuk mendukung keimanan mereka (bahwa Yesus) adalah Kristus) Merekapun merubah, menambahkan atau mengurangi ucapan-ucapan Yesus, atau sekalian menciptakan ucapan-ucapan baru dan mengatakan bahwa ucapan tersebut diucapkan Yesus (misalnya Matius 28:19) hanya untuk mendukung keimanan mereka tentang Tuhan mereka yang mati, bangkit kembali lalu terangkat ke sorga. Prof. Alvar Ellegard dalam bukunya Jesus One Hundred Year Before Christ ha1.19, mendukung kenyataan ini dengan mengatakan" "Their aim was to launch a story which brought aout the conception abouth Jesus that they and their churches had formed, from whatever material they found suitable: historical sources, fictional stories, imagination." (Tujaun mereka adalah untuk meyebarkan cerita tentang Yesus yang dikemas sesuai dengan ajaran yang ditetapkan oleh gereja mereka yang dipungut dari berbagai sumber yang cocok dengan keinginan mereka: baik dari sumber sejarah, cerita dongeng, maupun khayalan). Tanya Mengapa murid-murid Yesus, keluarga, famili maupun pengikutnya tidak percaya pada Trinitas atau menyembah Yesus sebagai Tuhan? Jawab Mereka hidup siang malam dengan Yesus. Saudara-saudaranya, ibunya, familinya melihat Yesus lahir dan tumbuh sebagai seorang bayi. Dalam kenyataan seperti itu, mereka tentu tidak mungkin membayangkan bahwa yang menangis dalam ayunan atau basah guritanya adalah Tuhan yang pernah berpartisipasi dalam penciptaan jagat raya atau penguasa alam semesta. Begitu pula murid-murid seta para pengikutnya. Mereka melihat Yesus sebagai seorang Rabi (guru) mengajarkan Taurat dan berkhotbah di rumah ibadat setiap hari sabtu. Dari berbagai sumber yang dapat diperolah, tidak satu pun pertanda bahwa Yesus pernah disembah sebagai Tuhan di Rumah Ibadat. Murid dan pengikutnya mengenal dirinya sebagai pemimpin mereka, sebagai tuan mereka, malah sebagai nabi, tetapi sama sekali mereka tidak akan pernah menganggap bahwa yang naik berkhotbah di mimbar adalah "Tuhan penguasa alam semesta." "Dan mereka berusaha menangkap Dia, tetapi mereka takut kepada oranq banyak karena orang banyak itu mengangap dia nabi". (Matius 21:46) Tanya Apakah Yesus tidak membimbing murid-muridnya tentang siapa dirinya dan siapa Tuhan Allah? Jawab Yesus telah mengajarkan syahadah sebagai pegangan bagi murid-murid dan pengikut-pengikutnya agar tidak tercampak ke neraka. "Inilah hidup yang kekal itu (masuk sorqa), yaitu bahwa mereka menqenal Engkau (Allah) satu-satunya Tuhan yang benar. Dan mengenal Yesus Kristus yang Engkau utus". (Yohanes 17:3) Kalau dibahasa Arabkan mirip dengan kalimat syahadat. "Asyhadu Allah ilaha illallah, wa asyhadu anna Isa Rasulullah" Anak kalimat pertama "mengenal engkau satu-satunya Allah yang benar" berarti Allah (juga Tuhannya Yesus) adalah Tuhan yang benar. Jadi kalu ada Tuhan lain yang diperkenalkan orang, itu berarti tuhan-tuhanan saja, karena Tuhan yang benar hanyalah satu yakni Tuhan Allah. Dengan demikian Yesus bukan Tuhan. Anak kalimat kedua, "dan mengenal Yesus Kristus yang Engkau utus", memperlihatkan bahwa Yesus di utus oleh Allah sebagai Rasul untuk bani Israil. Oleh karena itu Yesus bukan Tuhan karena dari semua Injil dalam Alkitab, tidak ada pernyataan bahwa Tuhan mengutus diriNya, melaikan Tuhan mengutus Yesus sebagai Rasul. "Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yanq Engkau berikan kepadaku untuk melakukannya". (Yohanes 17:4) Dua zat yang berbeda Al-Khalik, Allah, dan makhluk, Yesus, tidak akan saling tumpah tindih satu sama lain. Allah tidak akan menerima perintah dari dirinya sendiri. Untuk menghilangkan keraguan dan kebingungan perhatikanlah syahadat serupa yang diperkenalkan oleh Nabi Muhammad SAW. Andaikata umat Kristiani tetap berpegang teguh pada ajaran Tauhid yang diajarkan Yesus, tentu mereka tidak akan begitu saja menerima ajaran asing untuk mempertuhankan Yesus, dan ajaran Trinitas tidak akan mencemari keimanan sekitar satu milyar penduduk bumi. Tanya Apakah benar bahwa Yesus bukan Tuhan yang harus di sembah? Jawab Ya, benar! 1. Yesus mengajari umatnya agar hanya menyembah Allah. Dia tidak pernah memerintahkan murid-muridnya untuk menyembah dirinya dengan alasan bahwa Allah berada di dalam dirinya. "Engkau harus menyembah Tuhan Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah Engkau berbakti" (Matius 4:10) " Karena itu berdoalah demikian: 'Bapa kami yang di sorga"' (Matius 6:9) 2. Yesus adalah guru Yahudi yang mengajarkan Taurat untuk hanya menyembah Tuhan Allah. "Denqarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa". (Markus 12:29) Kata "Tuhan itu Esa" berarti Tuhan tidak ada dalam diri Yesus. Andaikata Tuhan itu adalah dirinya, atau ada dalam dirinya, maka dengan tegas beliau akan mengatakan "Tuhan ini" sambil menunjuk dirinya. 3. Ketika Yesus akan ditangkap di taman Getsemani semua muridnya lari meninggalkan beliau. "Lalu semua murid itu meninggalkan Dia dan melarikan diri" (Markus 14:50) Coba bayangkan! Ketika "Tuhan" dalam keadaan genting mereka semua lari meninggalkan dia. Kepada siapa murid-muridnya mencari perlingdungan? Kepada setan? Bukankah yang mereka tinggalkan adalah Tuhan? Padahal "katanya" segala kuasa di sorga dan di bumi telah diserahkan oleh Tuhan Allah kepada "Tuhan" Yesus? (Matius 28:18) Kalau memang murid-murid Yesus yakin bahwa Yesus adalah Tuhan Penguasa Alam Semesta, dimana segala kuasa disorga dan di bumi sudah diberikan kepada beliau, untuk apa mereka lari? Ini ikut membuktikan bahwa Matius 28:18 adalah ayat palsu yang tidak pernah diucapkan oleh Yesus. Disinilah akal sehat yang dianugrahkan Allah perlu digunkan untuk menyaring mana yang masuk akal, mana yang tidak. Kalau Tuhan berkehendak, sekali tiup saja, tentara Romawi sudah berterbangan seperti kertas di hembus badai. Tetapi tidak! Mereka menyadari bahwa Yesus adalah pemimpin mereka. Namun mereka tidak pernah menganggap Yesus sebagai Tuhan yang mereka sembah. Buktinya dalam keadaan kepepet, mereka lebih memilih menyelamatkan diri dan membiarkan "Tuhan" mereka ditangkap dan dihukum salib oleh tentara Romawi. Tanya Kalau Yesus dengan jelas mengajarkan kepada umatnya untuk hanya menyembah Tuhan Allah, mengapa umat Kristiani masih saja menyembah Yesus? Jawab Sebagaimana dijelaskan bahwa menurut teologi Yunani, manusia yang berdosa tidak dapat berhubungan / minta tolong langsung kepada Tuhan yang mulia. Untuk menyelamatkan manusia dari dosa mereka, diperlukan perantara/ wakil Tuhan (Logos) untuk urusan dunia. Wakil Tuhan (Logos) inilah yang mengurusi segala tetek bengek kaluhan manusia. Para teolog yunani yang kemudian memeluk agama Kristen atau para pemimpin Gereja yang ingin mengawinkan ajaran Kristen dengan teologi Yunani, kemudian menganggap Logos yang roh telah menjadi manusia lengkap dengan daging dan tulang agar mudah menyelamatkan mereka untuk kembali bersatu dengan Tuhan. Oleh sebab itu, agar manusia dapat bersatu dengan Tuhan kelak (similitudo), maka manusia harus berbaik-baikan dengan logos yang "katanya" sudah menjadi Yesus, menerimanya sebagai juru selamat, atau sekalian menyembahnya sebagai Tuhan karena ia telah "diserahi segala wewenang urusan dunia". Kalau tidak, Yesus bisa saja "Lepas tanqan" atau "mempeti-eskan" permohonan pengampunan dosa manusia dan akibatnya manusia akan tetap menderita dikurung di pegadaian setan. Ajaran inilah yang diajarkan Paulus kepada para penyembah berhala di Roma, Korintus, Efesus, Filipi,Tesalonika, Laudica dan lain-lain. Ajaran yang tidak pernah diajarkan Yesus ini, oleh Gereja kemudian ditetapkan sebagai salah satu doktrin ajaran kristen. Yesus mengajarakan: "Bertobatlah kepada Allah". Paulus mengajarkan: "Bertobatlah kepada Yesus". Umat Kristen ternyata ramai-ramai ikut ajaran Paulus. Disini jelas kelihatan bahwa umat Kristen lebih taat kepada Paulus daripada kepada Yesus. Tanya Apakah kalau seseorang menyembah Yesus sudah berarti sekalian menyembah Tuhan Allah, karena menurut Hamran Ambrie dalam bukunya "Keilahian Yesus Kristus dan Allah Tritunggal Yang Esa" ha1.87, bahwa: "Allah yang roh itu tinggal diam atau berkarya atau berkuasa dalam pribadi Yesus. "? Untuk ini Hamran Ambrie mengutip Injil Yohanes 14:10) "Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku?" (Yohanes 14:10) Jawab 1. Ayat diatas kalau hanya dibaca tersendiri akan dapat menyesatkan. Penjelasan Hamran Ambrie merupakan contoh yang paling baik bagaimana seseorang dengan iktikad tertentu memanfaatkan suatu ayat keluar dari konteksnya hanya karena didorong oleh keinginan untuk mempertuhankan Yesus. Untuk itu baiklah kita ulas ayat diatas sesuai konteksnya agar lebih jelas. • Dalam Injil Yohanes 14:10, Yesus mengatakan : "Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku ". Apa artinya ini? Apakah Allah ada di dalam diri Yesus seperti yang diklaim oleh Hamran Ambrie? • Untuk memahaminya marilah kita menelusuri penjelasan dari Yesus sendiri. Perhatikanlah Yohanes 14:20: "Pada waktu itulah kamu akan tahu, bahwa Aku di dalam BapakKu dan kamu di dalam Aku dan Aku di dalam kamu". • Perhatikanlah baik-naik ayat ini. Kalau kita sepakat bahwa Allah bersatu dalam diri Yesus berdasarkan injil Yohanes 14:10, maka secara jujur kita pun harus menerima bahwa 12 murid-murid Yesus bersatu dalam diri Yesus dan Tuhan Allah menjadi 14 oknum dalam satu Tuhan berdasarkan Injil Yohanes 14:20. • Lalu kalau kita mengatakan tidak dan memang tidak. Untuk apa arti kata "di dalam" tersebut? • Jawabannya ada pada ayat-ayat berikutnya! "Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapakku dan Aku pun akan mengasihi dia..." (Yohanes 14:21) "Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikian juga Aku telah mengasihi kamu, tinggallah di dalam kasihku itu. Jikalau kamu menuruti perintahku, kamu akan tinggal di dalam kasihKu. Seperti aku menuruti perintah Bapaku dan tinggal di dalam kasihNya. " (Yohanes 15:9) Tanpa diperjelas lagi, kedua ayat di atas sudah memberikan penjelasan yang terang benderang bahwa yang dimaksud dalam istilah "di dalam" pada Yohanes 14:10 adalah "di dalam kasih", bukan tumpang tindihnya Tuhan Allah yang Roh dalam tubuh Yesus! ! ! 2. Dalam berbagai kesempatan, Yesus berdoa kepada Allah dengan menengadahkan kepalanya ke langit sambil mengangkat tangan memohon pertolongan Tuhan. Kalau Allah ada dalam dirinya, untuk apa lagi beliau mengangkat tangannya keatas serta menengadahkan kepalanya ke langit? Ada siapa diatas sana??? "... Yesus menengadah ke langit dan mengucapkan berkat,..." (matius 14:19) "... Dan terdengarlah suara dari langit: "Engkaulah Anak yang Kukasihi, kepadamulah Aku berkenan". ( Lu kas 3: 22 ) "Lalu Yesus menegadah ke atas dan berkata `Bapa, Aku mengucapkan syukur kepadaMu, karena Engkau telah mendengarkan aku". (Yohanes 11:41). Kalau benar-benar Tuhan ada dalam dirinya, ya, diam saja atau komat­kamit sambil memandang dirinya sendiri. Dari semua ayat-ayat Alkitab, tidak satu pun yang memperlihatkan bahwa Yesus pernah berdo'a memohon kepada Allah yang ada dalam dirinya. Mudah-mudahan adegan yang tidak lucu ini, memang tidak pernah terjadi dalam kehidupan Yesus. 3. Setiap saat Yesus selalu mengatakan bahwa Allah ada di sorga, bukan dalam dirinya. "Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapakmu yang di sorga adalah sempurna." (Matius 5:48) "Ingatlah, jangan kamu melalukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu di sorga. " (Matius 6:1). 4. Dalam berbagai kesempatan Yesus berdoa memohon kepada Allah serta mengajarkan umatnya untuk berdoa langsung kepada Tuhan Allah/Bapa. Yesus tidak pernah berperan sebagai perantara doa atau mengatakan kepada para pengikutnya untuk berdoa melalui dirinya, nanti beliau yang akan mengangkut doa-doa tersebut ke hadirat Tuhan Allah. "Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami di sorga, dikuduskanlah namaMu". (Matius 6:9). 5. Kalau memang Yesus sudah menyatakan dengan tegas bahwa dirinya adalah Tuhan yang harus di sembah, serta sudah ada standar untuk menyembahnya sejak beliau masih hidup, mengapa harus ada pertumpahan darah serta penganiayaan yang sedemikian hebat selama berabad-abad? Ini memperlihatkan bahwa di saat suatu golongan ingin mempertahankan Tauhid murni, golongan lain yang ingin mempertuhankan Yesus berusaha menyelipkan filsafat asing untuk merusak kemurnian Tauhid. 6. Tahun 325M dalam konsili di Nicea, Kaisar Romawi, Constatine, bersama pemimpin Gereja yang ingin mempertuhankan Yesus, menaklukkan kelompok Tauhid dan mengeluarkan pernyataan resmi bahwa Yesus adalah Tuhan. Oleh sebab itu setiap ayat Injil yang mengarah kepada ketuhanan Yesus dapat dianggap sebagai ayat-ayat yang baru diciptakan kemudian. Tanya Mengapa orang-orang Romawi senang mempertuhankan Yesus? Jawab Karena mereka sangat rindu ingin melihat wajah dan tampang Tuhan berjalan di muka bumi. Selama ini tuhan-tuhan mereka adalah tokoh-tokoh khayalan seperti Zeus, Mithra, Osiris dan lain-lain, yang tidak ada kongkritnya di bumi. Istilah "Imanuel" (Tuhan bersama kita) adalah cetusan kerinduan yang menginginkan Tuhan hadir di depan mata mereka dalam jasad kasar. Oleh karena itu ketika Paulus memperkenalkan bahwa "Anak Allah yang baru" adalah Yesus yang pernah turun ke dunia beberapa puluh tahun yang lalu, mereka sangat berbahagia dan ingin segera memiliki pengalaman rohani dengan Anak Allah yang baru tersebut. Manakala mereka tidak melihat Yesus secara langsung, maka gambar atau patungnya pun sudah cukup untuk membayangkan bahwa mereka sudah berhadapan dengan Tuhan. "Hai orang-orang Galatia yang bodoh, siapakah yang telah mempesona kamu? Bukankan Yesus Kristus yang disalibkan itu telah dilukiskan dengan terang di depanmu?... Sia-siakah semua yang telah kamu alami (pengalaman rohani) sebanyak itu? (Galatia 3:1,4) Gereja Romawi dan Gereja-gereja Bagian Barat lainnya menjadi pelopor ajaran Tuhan turun ke bumi mengambil bentuk manusia dalam diri Yesus. Keinginan ini tercermin jelas dalam cara mereka menafsirkan Kitab Kejadian 1:26 dimana manusia Yesus dianggap sebagai fotokopi Tuhan yang ada di muka bumi. "Berfirmanlah Allah: `Baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa kita" (Kejadian 1:26) Tanya Mengapa orang-orang Romawi butuh Tuhan yang turun ke bumi? Jawab Untuk menebus dosa mereka. Menurut filsafat Yunani, Adam sebagai manusia berdosa mewariskan dosanya kepada seluruh keturunannya. Agar dosa ini terampuni, seseorang yang memiliki keilahian harus menyelamatkan manusia melalui darahnya. Manusia seperti ini menurut Paulus adalah Yesus. Untuk memenuhi status baru ini, maka Yesus harus diberi gelar Anak Allah, Tuhan dan Juru Selamat. Dengan demikian Yesus menjadi Tuhan yang berjalan-jalan di bumi. BAB IX MISTERI TRINITAS Tanya Dari mana asal ide Dosa Warisan? Jawab Dari filsafat Yunani yang diperkenalkan oleh Origen, bapak teologi YUnani. Filsafat Yunani yang diperkenalkan Origen ini dijelaskan oleh Tony Lane dalam bukunya Christian Thought, 1984, hal 22-23: "The foundation is Christian while the further development tends to be thoroughly Greek. This is seen clearly in his doctrine of salvation. He can explain how Jesus Christ died for our sins on the cross and ransomed us from the devil" (Dasarnya adalah Kristen ketika perkembangan selanjutnya sepenuhnya (dipengaruhi filsafat) Yunani. Ini nampak jelas dari ajaran keselamatan yang dia ajarkan. Dia dapat menjelaskan bagaimana Yesus Kristus mati untuk menembus dosa kita di tiang salib untuk menebus kita dari (kekuasaan) setan) Teologi Yuniani ini kemudian dimasukkan ke dalam ajaran Kristen oleh Athanasius (297-373M). Dalam bukunya The Incarnation of the Word, hal 20 dia mengatakan : "After he has demonstrated his deity by his works, he offered his sacrifice on behalf of all and surrendered his temple (body) to death in the place of all men" (Setelah menjalankan tugas ketuhannnya, dia menyerahkan dirinya sebagai korban untuk semua dan menyerahkan dirinya untuk mati demi menebus semua manusia) Ini sangat bertentangan dengan ajaran Yesus yang mengajarakan bahwa keselamatan dapat dicapai dengan bertaqwa kepada Allah. "Jawab Yesus: `Apakah sebabnya engkau bertanya kepadaKu tentang apa yang baik? Hanya satu yang baik (Tuhan Allah). Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup (sorga), turutilah segala perintah Allah". (Matius 19:17) "Inilah hidup yang kekal itu (sorga), yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engaku utus" (Yohanes 17:3) Sejak ide dosa warisan diperkenalkan oleh Athanasius, pemimpin gereja lainnya seperti Arius dan pengikut-pengikutnya menentang ajaran yang dipetik dari ajaran penyembah berhala ini. Arius menggunakan ayat-ayat Kitab Perjanjian Lama untuk membuktikan bahwa tidak ada satu pun nabi di Perjanjian Lama yang mengajarkan dosa warisan. Namun Athanasius pun tidak kehabisan akal. Dia memetik ayat-ayat Perjanjian Lama kemudian menafsirkannya sesuai apa yang dia inginkan. Tanya Apakah Trinitas itu suatu misteri? Jawab Trinitas adalah tiga Tuhan dalam satu. Tuhan Allah adalah misteri. Tak seorang pun pernah melihat atau mengetahui seperti apa Tuhan itu. Yesus adalah manusia dengan tulang dan daging. Beliau hidup di dunia ini sebagai orang yang memiliki sejarah hidup. Roh Kudus adalah "Tuhan" ciptaan Konsili yang tidak dikenal di zaman Yesus. "....kami belum pernah mendengar bahwa ada Roh Kudus". (Kis. 19:2) Naskah Laut Mati yang di tulis di zaman Yesus tidak pernah menyebut tentang Roh Kudus yang di sembah. Reverend Dr. Charles Francis Potter dalam bukunya The Lost Year of Yesus Revealed, 1992, hal 16, menjelaskan: "Few believing Christians yet realize (for few scholar are yet adminitting) how many important doctrines are doe to be change radically, and how many others should eventually be eliminated when the Scroll are properly recognized and evaluated in relation to the New Testament. The very vulnerable doctrine of the Holly Spirit will have to go, as we shall see, and will take with it inevitably the doctrine of the Trinity, which was never in the Bible anyway". (Hanya sedikit pemeluk agama Kristen yang hingga saat ini menyadari (sebagaimana hanya sedikit para ilmuwan yang hingga saat ini mau mengakui), betapa banyak ajaran dasar agama Kristen yang harus dirubah secara radikal dan beberapa banyak lainnya yang harus di singkirkan (dari Alkitab) bila Naskah (Laut mati) diakui dan dipelajari dengan benar dalam hubungannya dengan Kitab Perjanjian Baru. Ajaran yang paling lemah dan harus di singkirkan adalah tentang Roh Kudus, sebagaimana yang terlihat (dalam Naskah Laut Mati), dan tanpa bisa dihindari, ajaran tentang Trinitas harus pula ikut tersingkir, karena sama sekali tidak pernah diajarkan dalam Alkitab) Biarawati dan penulis kawakan Karen Armstrong dalam bukunya A History of God hal. 135, mengutip pernyataan Gregory of Nazianzus, tokoh pemikir Trinitas di abad ke IV yang menceritakan bagamana Roh Kudus yang tidak dikenal di zaman Yesus menimbulkan berbagai permasalahan ketika mulai diperkenalkan di abad ke IV. "The Cappadocians were also anxious to develop the notion of the Holy Spirit, which they fe(t have been dealt with very perfunctorily at Nicea: `And we believe in the Holy Spirit' seemed to have been added to Athanasius's creed almost as an after thought. People were confused about the Holy spirit. Was it simply a synonym for God ar was it something more? `Some have conceived (the Holy Spirit) as an activity', noted Gregory of Nazianzus, `some as a creature, some as God and some have been uncertain what to call him". (Golongan Cappadocian (Pendukung Trinitas) juga pusing untuk menetapkan pengertian Roh Kudus, yang dulu mereka sama sekali mengabaikannya pada Konsili di Nicea: `Dan Kami percaya kepada Roh Kudus' nampaknya baru ditambahkan ke Credo Athanasius (di Necia) setelah dipikirkan kemudian. Masyarakat dibuat bingung tentang apa sesungguhnya Roh Kudus itu. Apakah ini sama dengan Tuhan ataukah sesuatu yang lain? `Sebagian orang menganggap (Roh Kudus) sebagai suatu kegiatan', kata Gregory of Nazianzus, sebagian lagi menganggapnya makhluk, sebagian menganggapnya Tuhan, dan sebagian lagi tidak tahu mau menyebutnya apa). Oleh karena itu untuk menyatakan bahwa Allah yang tidak tampak, manusia Yesus yang memiliki tulang dan daging dan Roh Kudus yang tidak pernah dikenal di zaman Yesus adalah suatu zat, memang dapat dianggap misteri yang artinya aneh bin ajaib. Doktrin ini membingungkan pencetusnya sendiri serta para agamawan Kristen. Mereka kesulitan menjelaskan ajaran penyembah berhala ini dalam konteks Kristen. Ujung-ujungnya mereka menetapkan doktrin Trinitas sebagai suatu misteri (Cave 1997). Perhatikan bagaimana pengkuan jujur "Romonya" Trinitas, Athanasius, dalam buku The Decline and Fall of the Roman Empire yang ditulis oleh Edward Gibbon: "Christian Theologian, the great Athanasius himself, has candidly confessed that whenever he forced his understanding to mediate on the divinity of the Logos, his toilsome and unavailing efforts recoiled on themselves; that the more he thought, the less he comprehend; and the more he wrote, the less capable was he expressing his thought". (Teolog besar Kristen Athanasius sendiri secara terbuka mengakui bahwa semakin dia memaksakan pengertiannya untuk menjelaskan ketuhanan Logos (Firman), segala daya dan upaya yang diusahakannya kandas dengan sendirinya; bahwa semakin dia berfikir, semakin dia kurang memahami; semakin banyak penulis, semakin kurang kemampuan menjelaskan jalan pikirannya). Baru saja Athanasius mencoba memformulasikan hubungan Yesus sebagai Logos (Firman) penyembah berhala dengan Tuhan Allah, dia sudah pusing. Belum lagi di tambah dengan "Tuhan" Roh Kudus. Monsignor Eugene Clark mengakui konsep Trinitas sulit dimengerti. Untuk itu menurut dia, sebaiknya konsep Trinitas diterima saja walaupun tidak dimengerti. "God is one, God is three. Since there is nothing like this in creation, we cannot understand it, but anly accept it" (Tuhan itu satu, Tuhan itu tiga. Karena tidak ada yang seperti ini di alam ini, sehingga kita terima saja walaupun kita tidak mengerti). Hubungan ketiga oknum dalam Trinitas dengan susah payah diciptakan oleh Gereja di tengah-tengah pertentangan, kontroversi dan malah pertumpahan darah. Pemimpin Gereja terpaksa harus mengeluarkan pernyataan untuk menerima ajaran Kristen tanpa harus menyelidikinya. Uskup Agung Anslem, pemimpin Gereja di Canterbury (1093-1109) dalam bukunya Prosologian I, mengatakan: "For 1 am not seeking to understand in order to believe, but 1 believe in order that 1 may understand" (Saya tidak perlu mengerti untuk percaya, tetapi saya percaya agar saya mengerti). Selanjutnya dalam bukunya Cur Deus Homo 1:2 dia menjelaskan urut-urutan menerima ajaran yang misterius dalam Kristen : " The correct order is to believe the deep thing of Christian faith before undertaking to discuss them by reason......so that even though 1 totally unable to understand it, nothing could shake the constancy of my belief." (Urutan yang tepat adalah meyakini keimanan Kristen secara mendalam lebih dahulu, baru kemudian mendiskusikannya berdasarkan akal sehat....dengan demikian, walaupun saya tidak mengerti sama sekali, tidak ada yang akan dapat mengguncang keteguhan iman saya). Kalau sudah begini keadaannya, berarti tidak ada lagi jalan bagi mereka yang ingin mempertanyakan kebenaran suatu ajaran sebelum diyakini. Kalau yang diajarkan kepada kita adalah sesuatu yang salah, sekuat apa pun kita mengimaninya, ya, tetap saja salah, dan konsekwensinya kita akan dicampakkan ke dalam api neraka. Kalau gereja sudah mengatakan demikian, sementara Yesus tidak pernah mengatakan bahwa dirinya adalah oknum kedua dari Trinitas, berarti kita diberi kesan seakan-akan Yesus sengaja menipu umatnya bani Israel, hanya untuk menyenangkan para penyembah berhala di kerajaan Romawi. Tanya Mengapa umat Kristen dapat menerima ide yang tidak masuk akal ini? Jawab Para penginjil menurut Dr. Bruce Goldbert dalam bukunya " New Age Hypnosis" hal. 2, sudah terlatih dalam pemanfaatan jurus-jurus hipnotisme dan sugesti. Melalui teknik-teknik ini, dengan mudah mereka menaklukkan alam bawah sadar jemaat atau individu. Mereka menggunakan cara-cara ini untuk mencuci otak jemaat agar mudah memerima pesan-pesan, baik yang masuk akal maupun yang tidak masuk akal, yang dikemas dengan retorika yang mempesona. Dengan cara ini mereka dapat membuat sesuatu yang tidak masuk akal seakan-akan masuk akal. Sementara jemaat yang sudah "berserah diri" hanya mampu menyahut " Amin, Amin". Gordon Urquhart dalam bukunya The Pope's Armada, 1995, pada halaman belakang menjelaskan misi rahasia Kristen mencuci otak jemaat: "The three most powerful of the ultra tradition-alist movement within the Catholic Church engage in secret initiation ceremonies, brainwashing techniques involving ego destruction, moral and spiritual intimidation and highly questionable, even dangerous psychtherapeutic practices." (Tiga kekuatan besar gerakan ultra-tradisional dalam Kristen Katolik, terlibat dalam upacara rahasia penerimaan anggota, teknik cuci otak termasuk penghancuran pribadi seseorang, intimidasi moral dan spiritual serta praktek­praktek pengobatan spiritual yang tidak lazim dan malah berbahaya). Tertullian dalam bukunya "The Flesh of Christ", hal. 5, memainkan jurus ini : "The Son of God was crucified. 1 am not ashamed because it shameful. The Son of God died. It is credible because it is absurd. He was buried and rose again. It is certain because it is impossible". (Anak Tuhan di salib. Saya tidak malu karena ini memalukan. Anak Tuhan mati. Ini dipercaya karena tidak masuk akal. Dia dikuburkan dan bangkit kembali. Ini pasti karena tidak mungkin). Mike Velarde, salah seorang pemimpin Kristen kharismatik di Filipina memperlihatkan keampuhan pengaruhnya terhadap lebih sejuta pengikutnya dilapangan Philippine International Convention Center dengan mengatakan bahwa mereka dapat memperoleh rejeki dari Tuhan dengan membalikkan payungnya keatas untuk menampung rejeki dari langit. Kemampuan Mike Velarde ini dikomentari oleh Pastor Robert Reyes di Harian Philippine Daily Inquirer terbitan 29 Desember 1999, hal. 9: "Mike Velarde is better because he manages to fool poor people into believeing that he can make them rich. The people are desperate. Any promise that gives them hope to go for improved life, they'll grab it" (Mike Velarde lebih cerdik karena dia mampu memperdaya orang-orang miskin untuk percaya bahwa dia dapat membuat mereka menjadi kaya raya. Rakyat cukup menderita. (Oleh karena itu) setiap janji yang memberi mereka harapan untuk meningkatkan taraf hidup mereka, akan mereka rebut). BAB X MAKNA TAUHID DALAM ISLAM & KRISTEN Tanya Apa perbedaan Islam dan Kristen dalam perjuangan Tauhid? Jawab Kristen mengembangkan ajaran Tauhid murni yang diajarkan Yesus untuk hanya menyembah Tuhan Allah, menjadi menyembah Tuhan Allah ditambah Tuhan Yesus dan Tuhan Roh Kudus. Artinya, membawa ajaran Tauhid Yesus ke ajaran Trinitas. Sedangkan Islam yang disempurnakan oleh Nabi Muhammad SAW mengembalikan ajaran Trinitas dan Politheisme ke Tauhid yang murni. Tanya Apakah pengertian Tauhid, dan apa hubungannya dengan keimanan Kristen? Jawab Tauhid atau Keesaan Allah adalah menyakini bahwa Allah itu Esa tanpa ada sekutunya. Ada tiga aspek tauhid: 1. Keesaan Ketuhanan Allah (Tauhid Rububiyah). Seorang muslim percaya bahwa Tuhan pencipta dan penguasa alam semesta ini hanya satu (tidak pernah dikerjakan gotong royong dengan oknum-oknum lain). Dia adalah Pencipta dan Pemelihara alam semesta tanpa sekutu atau patner. Ini adalah inti ajaran Nabi Muhammad SAW dan Yesus. 2. Keesaan menyembah Allah (Tauhid Uluhiyyah). Seorang muslim percaya bahwa hanya Allah yang wajib disembah, tidak ada yang lain. Ini diajarkan pula oleh Yesus sebagaimana yang di terangkan diatas. 3. Keesaan nama dan sifat Allah (Tauhid-al Asma was Sifat). Seorang muslim harus menyebut nama Allah dengan nama-nama yang sudah disebut dalam Al-Qur'an (Asma-ul-Husna). Sifat-sifat Allah inilah yang oleh para penyembah berhala dianggap sebagai oknum-oknum lain yang ikut disembah sebagai Tuhan. Dari ketiga aspek Tauhid diatas tidak ada yang bertentangan dengan ajaran Yesus (Isa) sebagai seorang Muslim. Tetapi tentu bertentangan dengan ajaran penyembah berhala Platonis dan Stoic yang mengatakan bahwa Tuhan memiliki perantara (Logos) unutk urusan dunia yang kemudian oleh Gereja dikatakan bahwa Logos (Firman) telah menjadi daging dan mengambil bentuk manusia dalam diri Yesus. Disamping itu ajaran Tauhid dalam Islam jelas bertentangan dan merupakan koreksi terhadap ajaran Trinitas dalam Kristen yang dipetik dari ajaran agama Mesir, Babylonia dan Yunani. Tanya Apa pengertian Penyembah Berhala dalam Islam? Jawab Penyembah Berhala adalah keyakinan yang dianut oleh para Penyembah Berhala bahwa : 1. Tuhan mempunyai sekutu. Ini meliputi pengertian bahwa ada Tuhan lain disampin Tuhan Allah, Apakah Tuhan lain tersebut terpisah dari Tuhan Allah, berserikat, maupun bersatu. 2. Penyembah Berhala juga berarti percaya bahwa selain Tuhan Allah adalah oknum lain yang memiliki sifat-sifat keilahian. 3. Penyembah Berhala juga percaya bahwa selain Tuhan Allah, ada oknum lain yang dapat mendatangkan ganjaran baik dan buruk. Penyembah berhala di zaman dahulu percaya bahwa perserikatan Tuhan memiliki struktur kepemimpinan. Tuhan merupakan pemimpin atau kepala. Kemudian menyusul Anak. Yang lebih rendah dari anak adalah para dewa. Kesemuanya disembah. Dewa pun disembah dan dimohon pertolongan untuk kasus-kasus tertentu seperti Dewa Cinta, Dewa Padi, Dewa Laut dan lain-lain. Dalam Agama Kristen Pemimpin Gereja dan Kaisar Romawi menganut ajaran Kesatuan Tiga Tuhan dalam Trinitas. Kalau bagi penyembah berhala di zaman dahulu, Tuhan, Anak dan dewa-dewa berada dalam struktur atasan-bawahan, maka ajaran Kristen, Tuhan Allah, Yesus, dan Roh Kudus diangap satu kesatuan dalam Trinitas dan masing-masing memiliki kedudukan yang sama (co-equal). Dalam ajaran Islam Keesaan Allah berarti Allah satu-satunya Tuhan Yang Maha Esa. Dengan demikian Allah sama sekali tidak punya sekutu, baik dalam bentuk bawahan, maupun patner sebagaimana yang diajarkan oleh semua Nabi termasuk Nabi Muhammad SAW maupun Nabi Isa (Yesus). Dalam Islam, setiap ajaran yang mensyarikatkan Tuhan baik dalam bentuk atasan-bawahan maupun dalam bentuk patner yang bersatu maupun seimbang (co-equal) dianggap penyembahan berhala. Tanya Menurut Hamran Ambrie, orang Kristen menjadikan Yesus dan Ibunya menjadi illah (Tuhan) disamping Allah (Al-Maidah 5:116) adalah tidak benar. Menurutnya ajaran Kristen tidak mengajarkan demikian. "Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: 'Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia, jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?...." (Al-Maidah 5:116) Apakah mempertuhankan Yesus dan Ibunya bukan ajaran Kristen? Jawab Kalau Hamran Ambrie mengingkarinya, kita bersyukur! Ini berarti sudah ada kemajuan. Hamran Ambrie mengingkari ajaran ini, karena memang tidak pernah diwahyukan Allah, tidak pernah diajarakan Yesus, dan tidak ada dalam Alkitab. Seharusnya sikap seperti ini juga diperlihatkannya untuk menolak ajaran Trinitas dan Ketuhanan Yesus, karena kategorinya sama dengan apa yang dia ingkari diatas. Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah "Apakah tuduhan ayat Al-Qur'an diatas tidak punya dasar?" Ada dua alternatif dari pernyataan diatas: 1. Kalau Al-Qur'an menuduh demikian sementara Gereja tidak pernah mengatakanlmemutuskan untuk menyembah Yesus dan Ibunya, berarti tuduhan Al-Qur'an tersebut tidak ada dasarnya. 2. Kalau Gereja pernah mengatakanlmemutuskan untuk menyembah Yesus dan Ibunya, berarti Hamran Ambrie tidak memahami sejarah Kristen, atau kalau dia sudah tahu berarti dia ingin mengibuli umatnya. Kalau pembaca pernah berkunjung ke Filipina, terutama di kota Metropolitan Manila, pembaca akan menyaksikan gambar Yesus dan bunda Maria dipajang di hampir setiap pintu gerbang rumah penduduk. Apakah Gambar Yesus yang bersanding dengan bunda Maria ini hanya sekedar pajangan atau hiasan? Ataukah lebih dari itu? Ralph Edward Woodrow, dalam bukunya Babylon Mystery Religion, 1966, hal. 10, menjelaskan bagaimana Tuhan Ibu para penyembah berhala di Babylonia dibawa ke dalam agama Kristen: "You see, many pagans had been drawn to Christiani ty, but so strong was their adoration for the mother goddess, they did not want to forsake her. Compromising Church leaders saw that i f they cou(d f ind some similarity in Christianity with the worship of the mother goddess they could greatly increase their number. But who could replace the most logical person f or them to chosee.... Little by little, the worship that had been associated with the pagan mother was transf er to Mary" (Lihatlah, berapa banyak para penyembah berhala yang menganut agama Kristen, namun pemujaan mereka terhadap Tuhan Ibu sedemikian kuat, sehingga mereka tidak mampu untuk meninggalkannya. Para pemimpin Gereja melihat kesempatan bahwa kalau mereka dapat menemukan dalam Kristen penganti Tuhan Ibu (Penyembah berhala), maka (golongan Kristen) akan bertambah dengan pesat. Namun siapa (di dalam Kristen) yang akan menggantikan Tuhan Ibu penyembah berhala ini? Sudah tentu (bunda) Maria adalah yang paling cocok mereka pilih.... Lambat laun penyembahan mereka terhadap (Tuhan) Ibu penyembah berhala beralih ke (bunda) Maria). Apakah Para Pemimpin Gereja dan para penyembah berhala yang masuk Kristen hanya berhenti pada kompromi-kompromi seperti ini? Ternya tidak benar. Kaisar Romawi, Theodosius II bersama para pemimpin Gereja yang bersidang di Efesus Jini 431, mengeluarkan SK Bunda Maria sebagai Ibu Tuhan (theotokos) yang disembah. Woodrow menambahkan: "Yet, within just a few more years, Mary worship was not on(y condoned but become an o f f icial doctrine at the Council o f Ephesus in 431 AD" (Namun, hanya dalam beberapa tahun kemudian, penyembahan terhadap Maria bukannya diabaikan, malah ditetapkan menjadi ajaran resmi Gereja yang diputuskan dalam sidang di Efesus tahun 431 M). Mengapa sidang tentang Ibu Tuhan ini diselenggarakan di Efesus? Fausset dalam bukunya Fausset's Bib(e Encyclopedia, hal 484, menjelaskan bahwa di kota inilah Diana disembah sebagai Tuhan Perawan dan Keibuan sejak zaman purbakala. Tony Lane dalam bukunya Christian Thought, 1984, hal. 46, memperlihatkan bagian dari SK Maria sebagai Ibu Tuhan yang disembah. "Accord ing to this understanding o f the uncon f used union, we con f ess the holy virgin to be theotokos, because God the Word was incarnate and become man and from his conception itself united to himself the temple that he took from her". (Berdasarkan pengertian tentang kesatuan yang tidak meragukan ini, kita menyatakan perawan yang suci (Maria) sebgai Ibu Tuhan, Karena Tuhan Firman berinteraksi dan menjadi manusia dan dari kelahirannya sendiri, tubuh kasar yang diwarisi dari Maria bersatu dengannya). Jadi rupanya Hamran Ambrie tidak menyadari bahwa nenek moyang umat Kristen pernah berkumpul di Efesus 16 abad yang lalu untuk memutuskan: Maria sebagai Ibu Tuhan yang disembah! Kelemahan seperti ini ditunjukan oleh John Davidson dari Cambridge University, Inggris dalam bukunya The Gospel of Jesus, 1992, hal. 13: "For the most part, they have channeled their religious aspiration - weak ar wrong - into a belief in certain received tenets without ever questioning their reliability and while understanding still less of their history" (Sebagian besar, mereka (umat Kristiani) menyandarkan aspirasi agama mereka - baik yang lemah ataupun yang kuat - pada kepercayaan berdasarkan ajaran ajaran yang diterima, tanpa pernah mempertanyakan kebenarannya, sementara pengetahuan mereka tentang sejarah (Kristen) masih sangat terbatas). Oleh karena itu Yesus diminta oleh Allah SWT dalam ayat Al-Qur'an diatas untuk mempertanggung jawabkan perbuatan jahil orang-orang yang menyembahnya yang kemudian memperparah kemusyrikan mereka dengan mempersandingkan Yesus dan Maria sebagai oknum yang disembah sealain Allah. Makanya Davidson bertanya secara serius kepada umat Kristen, termasuk kepada dirinya sendiri dalam buku yang sama di hal. 15: "Have we been misled f or the last two thosand years?" (Apakah kita (umat Kristiani) telah tersesat selama dua ribu tahun?) Tanya Hamran Ambrie dalam bukunya "Keilahian Yesus Kristus dan Allah Tritunggal Yang Esa", hal. 114 mengatakan : "Ayat Qur'an ini (surat an-Nisa:171) jelas menolak pahan Tritheisme (Ketiga Allah-an) dan bukanlah menolak paham Allah Tritunggal (Trinity), ajaran imannya orang-orang Kristen". Apakah ayat tersebut di atas benar-benar tidak mengoreksi ajaran Trinitas? Jawab Sebelum dijawab benarn atau salah, baiklah kita perhatikan ayatnya dengan seksama! "Wahai ahli kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Almasih, Isa putra Maryam itu, ada(ah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan kalimatNya) yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) (ebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara". (an-Nisa 5:171) Marilah kita ulas seobyektif mungkin setiap pernyataan dari ayat tersebut diatas. a. "Wahai Ahli Kitab" adalah himbauaan dan ajakan terhadap mereka yang menganut ajaran Taurat yang diwahyukan Allah kepada Nabi Musa dan ajaran Injil yang diwahyukan Allah kepada Nabi Isa (Yesus). b. "Janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu". Catatan kaki Al­Qur'an dan Terjemahnya menjelaskan: `Maksudnya : jangan kamu mengatakan Nabi Isa (Yesus) itu Allah', sebagaimana yang dikatakan oleh Hamran Ambrie dalam bukunya tersebut di atas halaman 100. c. "Dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar". Kaisar Romawi dan Gereja ternyata tidak berkata benar tentang Tuhan Allah yang disembah Yesus. Karena Tuhannya Yesus tidak berserikat ataupun bersatu dengan Yesus dan Roh Kudus dalam Trinitas. d. "Sesungguhnya Almasih, Isa putra Maryam itu, adalah utusan Allah". Berkali-kali dalam Alkitab Yesus dengan tegas mengatakan bahwa dirinya adalah rasullutusan Allah. Umatnya, bani Israel, juga menganggapnya sebagai seorang pemimpin dan nabi mereka. Karena Yesus adalah utusan Allah, tentu beliau bukanlah Allah, karena Allah tidak mungkin mengutus diriNya sendiri. e. "Dan (yang diciptakan dengan kalimatNya) yang disampaikan-Nya kepada Maryam". Yesus diciptakan dengan kalimat (firman) Allah: "Kun" (jadilah). Kata "Jadilah" ini yang menciptakan jasad Yesus, Adam, serta segala makhluk di jagat raya ini termasuk kita semua. "Kun" yang menjadikan Yesus tidak lebih istimewa bagi Allah dari "Kun" yang menjadikan Adam dan kita semua. Perhatikan ayat Al-Qur'an berikut ini "Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa (Yesus) disisi Allah adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: `Jadilah' (seorang manusia) maka jadilah dia". (Ali I m ron 3: 59 ) "Maryam berkata: "Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-laki pun. " Allah berfirman (dengan perantaraan Jibrill: "Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: "Jadilah", lalu jadilah dia" . (Ali Imron 3:47) Dalam Islam Allah menciptakan manusia dalam dua tingkatan. Yang pertama adalah penciptaan jasad. Dengan firman Allah : "Jadilah", maka jadilah jasad seorang manusia. Oleh sebeb itu setiap manusia termasuk Adam, Yesus dan kita semua adalah hasil firman Allah, hasil kata "Jadilah". Oleh karena itu Islam tidak dan tidak akan pernah menganut ajaran yang dipetik dari filsafat penyembah berhala bahwa Yesus adalah Logos atau satu-satunya Firman. Hamran Ambrie yang mengatakan bahwa ayat ini dapat dijadikan dalil bahwa firman telah menjadi manusia, adalah jauh panggang dari api. Ini adalah paham penyembah berhala orang-orang Romawi bahwa setiap fungsi Tuhan (mencipta, berfirman, memelihara, dan lain-lain) menjadi oknum-oknum Tuhan yang lain. Dengan pernyataan Al-Qur'an seperti diatas, maka Roh Kudus tidak perlu harus turun ke bumi menaungi Maria agar hamil, sebagaimana yang dikemukakan penulis Injil Lukas 1:35. f. "Dan (dengan tiupan) roh dari-Nya". Tingkat kedua dalam penciptaan manusia adalah disaat Allah meniupkan roh ke suatu jasad sehingga jasad makhluk tersebut menjadi jasad yang hidup. Ayat-ayat Al-Qur'an berikut ini akan memberikan gambaran yang jelas tentang roh dari Allah untuk kehidupan jasad manusia. "Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya" (Shaad 38:72). "Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya roh (ciptaan)Nya.." (as-Sajdah 32:9) "Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga"(Trinitas)". Ulasan diatas sangat jelas memperlihatkan bahwa firman Allah bukanlah Yesus, melainkan ucapan Allah ("jadilah") yang menjadikan jasad manusia dan makhluk lainnya termasuk Yesus sendiri. Sedangkan yang dimaksud dengan roh, bukanlah Roh Kudus, melainkan roh dari Allah atau roh ciptaan Allah yang ditiupkan Allah kepada jasad agar hidup. Allah memisahkan dan tidak mencampur adukkan antara Al-Khalik dan makhluk ciptaan-Nya termasuk para rasul. Oleh karena itu Allah melarang keras mereka yang mengatakan Imengajarkan Trinitas. h. "Berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu". Kalau saat ini para pakar Alkitab dan sejarawan dunia ini meneriakkan slogan "Demythologize Jesus!" (jangan mengkultuskan Yesus! ), maka sesungguhnya slogan seperti ini telah didengungkan oleh Nabi Muhammad SAW 14 abad yang lalu: "Jangan mengatakan Trinitas! Yesus itu hanyalah seorang Nabi! Berhentilah dari ucapan itu! ". Ayat ini sama sekali tidak berbicara tentang Zeus, Mithra, Apollo, Tammuz, Osiris, Ra, Krisna, Buddha Gautama, atau ratusan tuhan dan dewa-dewa lainnya. Jadi bukan tentang Tritheis atau Politheis. Ayat ini semata-mata berbicara tentang Trinitas!!! Tentang Yesus, rasul Allah, yang dipertuhankan sama dengan Allah dalam kesatuan Trinitas. i. "Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa". Ketika Yesus mengatakan kepa umat Israel bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan Yang Maha Esa, umatnya mengaminkannya dengan mengatakan: "Tepat sekali, guru, benar katamu itu, bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia" (Markus 12:32). Jika Yesus adalah anggota Trinitas bersama Tuhan Allah dan Roh Kudus, tentu Yesus akan menginterupsi misalnya: "Sesungguhnya Aku dan Roh Kudus ada dalam kesatuan Trinitas bersama Tuhan Allah". Namun Yesus malah membenarkan pendapat mereka. Yesus semasa hidupnya didunia, dalam kapasitas apa pun, beliau selalu berdoa kepada tuhan Allah. Kegiatan berdoa ini hanya dilakukan oleh manusia yang tiada berdaya, yang senantiasa memohon pertolongan Tuhan Allah. Tuhan tidak mungkin berdoa. Kalau Tuhan Allah Al-Khalik bersatu dalam diri Yesus, untuk apa lagi beliau berdoa, sementara Al­Khalik ada dalam dirinya sebagaimana yang diaku oleh Hamran Ambrie. j. "Maha Suci Allah dari mempunyai anak". Siapakah yang diulas dalam ayat ini? Tiada lain, tiada dua, hanyalah Yesus. Siapakah anakAllah dalam ajaran Kristen?Tiada lain tiada dua, hanyalah Yesus. Yesus adalah anak tunggal Allah. Yesus anak Allah inilah yang menurut Paul Tillich dipetik dari ajaran penyembah berhala. "Son of God" is very familiar pagan concept. The pagan gods propagated son on earth. Because o f this the words "only begotten" were added". ("Anak Allah" adalah istilah yang sangat umum dalam ajaran penyembah berhala. Tuhan-tuhan penyembah berhala beranak pinak di bumi. Oleh karena itu mereka menambahkan istilah "satu-satunya yang diperanakkan" (anak tunggal) k. "Segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara". Dalam ajaran Ketuhanan Yang Maha Esa, Tuhan Allah tidak memerlukan Logos/Firman/Anak untuk urusan dunia. Allah Yang Maha Kuasa mampu mengatur dan memelihara seluruh alam semesta. Paham Platonisme, Stoicisme dan Gnostisisme mengajarakan bahwa Tuhan yang mulia tidak dapat berhubungan langsung untuk menolong dunia yang berdosa ini. Oleh karena itu dibutuhkan Logos/Firman atau Anak untuk berurusan dengan dunia dan manusia. Rudolf Bultmann dalam bukunya Primitive Christiannity (1956), hal. 195, memperlihatkan ajaran Gnostosisme tentang "Anak": "The supreme dei ty takes pi ty on the imprisoned spark o f ligh, and sends down the heavenly figure of light, his Son, to redeem them. This son array himself f in the garment o f the earthly body, lest the demons should recognize him. He invites him own to join him, awaken them f rom their sleep, remind them o f their heavenly home, and teach them about the way to return. His chief task is to pass on the sacred password which are needed on the journey back". (Tuhan Yang Maha Kuasa ingin menyucikan berkas-berkas cahaya (umat manusia) yang terbelenggu (dalam dosa), dan mengirim cahaya dari sorga, Anaknya, untuk menyelamatkan mereka. Anak ini menyamar dalam pakaian manusia, agar setan tidak mengenalnya. Dia mengajak miliknya (manusia) untuk mengikutinya, membangunkan dari tidur mereka, mengingatkan mereka akan hidup yang kekal, dan bagaimana menuju kesana. Tugas utamanya adalah menyampaikan kunci rahasia yang diperlukan untuk mengetahui jalan pulang (ke sorga). Ajaran Platonisme dan Gnostisisme tentang "Anak" yang akan mengurus dunia inilah yang dipetik oleh Paulus dan dijadikan ajaran Kristen (Filipi 2:6-7). Islam bukan agama penyembah berhala sehingga umat Islam tidak mengenal istilah "Anak Allah" sebagai perantara urusan dunia untuk menembus dosa manusia dengan dalih apapun! Tanya Benarkah menurut Hamran Ambrie yang mengatakan bahwa Mesias/Almasih berarti "Utusan Allah yang teragunglterakhir, sehingga penyebutan "Muhammad Utusan Allah" sudah tidak relevan lagi, karena terakhir sudah menjadi batasan yang tidak boleh dilampaui lagi? Jawab Kita tidak dapat membayangkan, apa yang akan terjadi dengan suatu agama kalau setiap orang seperti Hamran Ambrie yang dengan bebas membuat definisi yang tidak ada dasarnya. Kalau Hamran Ambrie berdusta kepada umat Kristiani, umat Islam tidak perlu memusingkannya. Tetapi kalau pernyataan tersebut sudah berkaitan dengan iman Islam tentu sangat perlu untuk diluruskan. Satu hal yang perlu diketahui adalah bahwa dusta untuk menyenangkan umat ini adalah ajaran pendiri agama Kristen, Paulus. Jadi kalau Hamran Ambrie mengikuti jurus-jurus Paulus, dapat dimaklumi. "Tetapi jika kebenaran Allah oleh dustaku semakin melimpah bagi kemuliaanNya, mengapa aku masih dihakimi lagi sebagai orang berdosa?" (Roma 3:7) "Mesias" adalah istilah Yahudi. Apa arti kata "Mesias" bagi mereka? Perhatikanlah pernyataan Pakar Yahudi, Max I. Dimont dalam bukunya "Jews, god and History": " The word "Mesias" come f rom the Hebrew word mashiah, meaning "one who is anointed", that is a messiah" (Kata "Messiah"IMesias diambil dari bahasa Ibrani mashiah yang berarti "seorang yang dilantik" (dalam suatu jabatan tertentu) Edward Gibbon dalam bukunya "The Decline and Fall of the Roman Empire" (1980), ha1.265, menjelaskan pengertian Mesias bagi umat Yahudi: "Messiah...of the Jews had been more frequently represented under the character of a king and conqueror...". (Mesias...bagi orang Yahudi lebih banyak diharapkan akan hadir sebagai seorang raja dan penakluk.... ) Russell Shorto dalam bukunya "Gospel Truth" (1997), Hal. 1 b7, menjelaskan: "A Messiah was a warrior, a king, an absolut victor on the battlefield" (Mesias adalah panglima perang, raja, pemenang dalam pertempuran) Michael Baigent, Richard Leigh & Henry Lincoln dalam bukunya The Messianic Legacy, menjelaskan konsep Mesias: "The Messiah whom Jesus' contemporaries awaited was...the specifically Judaic equivalent o f the sacred priest-king" (Mesias yang dinanti-natikan para pengikut Yesus adalah kepala pemerintahan sekaligus pemimpin agama sesuai dengan ajaran Yahudi) Kalau kita menelaah pengertian yang diberikan para pakar Alkitab dan sejarawan di atas, maka secara jujur, definisi diatas, malah lebih tepat untuk Nabi Muhammad SAW dari pada untuk Yesus. Ini hanya sekedar beberapa kutipan yang mewakili ratusan buku yang menjelaskan tentang arti kata "mesias". Tidak ada satu pun tanda-tanda yang memberi petunjuk bahwa Mesias berarti " utusan Allah yang teragunglterakhir". Oleh sebab itu penerbit buku ini dengan senang hati menyediakan hadiah cuma-cuma sebesar Rp 1.000.000,- bagi mereka yang dapat menunjukkan buku yang menyatakan bahwa kata "mesias" berarti "Utusan Allah yang teragung / terakhir". Tanya Benarkah menurut Hamran Ambrie bahwa Yesus disebut Tuhan karena Ketuhanan dan kepenguasaan Allah telah dilimpah-kuasakan kepada Yesus sesuai dengan Matius 11:27 dan Matius 28:18? Jawab Sebelum di jawab ya atau tidak, baiklah kita memperhatikan konteks ayat tersebut dengan memperhatikan ayat 25-29: "Pada waktu itu berkatalah Yesus: 'Aku bersyukur kepadaMu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semua itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya, Bapa, itulah yang berkenan kepadaMu. Semua telah diserahkan kepadaku dan tidak seorang pun mengenal anak selain Bapa, dan tidak seorang pun mengenal Bapa selain anak dan orang yang kepadanya anak itu berkenan menyatakannya. Marilah kepadaku, semua yang letih, lesu dan berbeban berat, aku akan memberi kelegahan kepadamu. Pikullah kuk yang kupasang dan belajarlah padaku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan". (Matius 11:25-29). Konteks dari ayat-ayat tersebut diatas adalah tentang ilmulpengetahuan yang disembunyikan orang bijak dan pandai tetapi diajarkan kepada orang kecil / tidak terpelajar. Oleh sebab itu ayat 27: "Semua telah diserahkan kepaku oleh Bapaku, bukan berarti telah terjadi acara serah terima segala kekuasaan dari Allah kepada Yesus, tetapi pemberian ilmu dari Allah, khusus kepada Yesus. Ini diperjelas dengan komentar tentang ayat ini oleh Robert Funk, Roy W. Hoover dan 74 orang anggota Seminar Yesus dalam buku The Five Gospels (1993) hal. 182,: "The second (Matius 11:27) of which has to do with privileged knowledge and communication...involve two claims: one has to do with privilege knowledge shared by Father and son, the other with privilege communication between son and f ollower. " (Yang kedua (Matius 11:27) berhubungan dengan ilmu khusus dan komunikasi.... Menyangkut dua hal: yang satu berhubungan dengan ilmu khusus yang dimiliki oleh bapa dan anak, sedang yang kedua berhubungan dengan komunikasi antara anak dengan para pengikutnya). Jurus untuk memotong-motong ayat dan menafsirkannya keluar dari konteksnya merupakan pekerjaan para penginjil sejak zaman dahulu kala. Hamran Ambrie tinggal mewarisinya saja. Burton L. Mack, Professor Sejarah Kristen pada institute Theologi di Claremont dalam bukunya Who Wrote the New Testament, (1989), hal. 2, menjelaskan taktik ini: "And it does not matter that, for a particular teaching or view, the "biblical" basis may consist o f only a small set o f sentences taken out o f contexy and pressed into a dogma" (Dan tidak perduli, demi untuk ajaran atau pandangan tertentu landasan "Alkitab" dapat berupa kalimat / penggalan kalimat, yang ditafsirkan keluar dari konteksnya, kemudian dipaksakan menjadi dogma (ajaran agama). Dengan penjelasan diatas, maka pernyataan Hamran Ambrie bahwa Yesus adalah Tuhan karena ke-Tuhan-an dan Ke-Penguasa-an Allah telah dilimpah kuasakan kepada Yesus sebagai-mana Matius 11:27 adalah tidak benar! ! ! Menganai Matius 28:18 "Kepadaku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi", sudah dijelaskan sebelumnya bahwa para pakar Alkitab menyatakan ayat ini sebagai ayat palsu. Robert Funk menjelaskan: "The charge to annunce the good news to the whole world (Mark 13:10 and Matt 28:18-20) was developed by Paul". (Perintah untuk memberikan injil ke seluruh dunia (Markus 13:10 dan Matius 28:18-20) baru diciptakan oleh Paulus) Selanjutnya Hugh J. Sconfield (1998) mengomentari Matius 28:16-20 sebagai berikut: "This (Matt. 28:15) would apper to be the end o f the Gospel. What f ollows (Matt 28:16-20), f rom the nature o f what is said, would then be a later addi tion ". (Ayat ini (Matius 28:15) nampak sebagai penutup injil (Matius). Dengan demikian, ayat-ayat selanjutnya (Matius 28:16-20), dari kandungan isinya, nampak sebagai (ayat-ayat) yang baru ditambahkan kemudian). Untuk itu amatlah keterlaluan bagi mereka yang masih mau menggunakan ayat palsu yang tidak pernah diucapkan oleh yesus ini sebagai dasar untuk mempertuhankan Yesus. Labih keterlaluan lagi adalah ayat-ayat palsu ciptaan Gereja yang tidak pernah diucapkan Yesus, diakui sebagai ucapan Yesus dan menjadi senjata pamungkas untuk mendiskreditkan keimanan umat Islam. Tanya Kalau menurut ajaran islam, Yesus diutus dunia ini sebagai Nabi Muslim untuk mengajarkan tauhid, mengapa Allah masih mengutus Nabi Muhammad SAW? Jawab Andaikata ajaran tauhid yang diajarkan Yesus tidak di cemari ajaran penyembah berhala, atau hanya diselewengkan oleh bani Israil, mungkin Allah hanya akan mengutus lagi Nabi dari antara Bani Israil. Namun karena yang menyelewengkan ajaran tauhid bukan lagi orang-orang Yahudi, tetapi bangsa­bangsa lain, sehingga kehadiran Nabi Muhammad SAW kedunia ini demikian pentingnya berdasarkan pertimbangan berikut ini: 1. Yesus (Nabi Isa) diutus Allah hanya untuk bani Israil. "Jawab Yesus: `Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat israel... tidak patut mengambil roti (ajaran Yesus) yang disediakan bagi anak-anak (bani Israel) dan melemparkannnya kepada anjing (bangsa non Yahudi). (Mati us 15: 24, 26 ) 2. Ajaran Tauhid Yesus di cemari oleh ajaran penyembah berhala dari luar Israel (Romawi, Yunani, Babilonia dan Mesir), sehingga tidak mungkin lagi mengutus nabi untuk bani Israel, tetapi untuk seluruh umat manusia. " Sebab itu, aku berkata kepadamu (Hai Bani Israil), bahwa Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah kerajaan itu". (Matius 21:43) Tugas berat yang dinyatakan Yesus ini dipikul dan dilaksanakan dengan baik oleh Nabi Muhammad SAW untuk seluruh umat manusia: "Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu...." (an-Nisa 4:1) "Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi...." (al-Baqarah 2:168) Oleh karena itu alangkah tidak bijaksananya kalau kita mengaku seorang manusia kemudian tidak mengikuti ajakan Nabi Muhammad SAW. Demikian pula, alangkah tidak bijaksananya kalau kita sebagai bangsa Indonesia yang jelas-jelas bukan bani israil, ikut-ikutan menyahuti panggilan yang tidak ditujukan kepada kita, tetapi hanya kepada bani israil. 3. Injil yang diwahyukan Allah kepada Yesus tidak lagi dipertahankan kemurniannya dari serbuan ajaran penyembah berhala. Para penulis injil bukannya menulis ajaran Tauhid yang diajarakan Yesus tetapi ajaran baru yang mengawinkan ajaran Yesus dengan ajaran penyembah berhala disesuaikan dengan keinginnan para penyembah berhala di kerajaan Romawi. Hal ini dikemukakan dengan jelas oleh Max I Dimont, professor sejarah Yahudi di amerika Serikat, Kanada, Afrika Selatan, Brazilia dan Finlandia dalam bukunya Jews, God and History, 1962, hal 147: " The accounts o f the history o f Christianity in the Pauline Epistles and the Gospels, especially the latter relate to the trial o f Christ, become under-standable now that we realize they were written not for the Jews but for the pagans" (Cerita tentang sejarah Kristen dalam Surat-Surat Paulus dan Injil-injil (dalam Alkitab), terutama (Injil-injil) yang menulis tentang penyaliban Yesus, menjadi jelas dan kita sadari sekarang bahwa (Surat-Surat Paulus dan Injil-injil) tersebut bukan ditulis untuk umat Yahudi (umatnya Yesus), tetapi unutk penyembah berhala). 4. Ajaran Yesus yang bercampur baur dengan ajaran penyembah berhala yang ditulis oleh para penulis Injil dari kerajaan Romawi, menjadi lebih parah ketika para penyalin Injil mendapat restu Gereja untuk merubah, menambah dan mengurangi atau menciptakan ayat-ayat baru dan memasukkannya kedalam Alkitab seakan-akan ayat asli atau ucapan Yesus. James H. Charlesworth dalam bukunya Jesus and the Dead Sea Scrolls, 1992, hal 150 menjelaskan: " It is certain that Jesus' authentic words were altered signi f icantly in the f orty years that separated his cruci f ixion f rom the composi tion o f the first Gospel" (Jelas bahwa kata-kata yang diucapkan Yesus telah banyak dirubah selama 40 tahun yang memisahkan antara penyaliban dan penulisan Injil yang pertama (Injil Markus) Pernyataan serupa juga datang dari Robert W. funk dan Roy W. hoover dalam buku mereka The Five Gospels: "Word borrowed f rom the f und o f common lore or the Greek scriptures are o f ten put on the lips o f Jesus.. the evangelists f requently attributed their own statement to Jesus" (Kata-kata yang diambil dari cerita rakyat atau naskah Yunani sering disuapkan kepada Yesus untuk diucapkan... Para penginjil sering mengaku bahwa ucapan yang mereka ciptakan adalah ucapan Yesus) Selanjutnya mereka menambahkan: "And handmade manuscript have almost always been 'corrected' here and there, o f ten b y more than one hand" (Dan naskah yang ditulis tangan hampir selalu 'dikoreksi' (dirubah) disana sini, kebanyakan oleh lebih dari satu orang). Perbuatan ini sangat dicelah oleh Allah SWT yang tercermin dalam surat al-Baqarah 2:79: "Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; "Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan i tu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan". (al-Baqarah 2:79) Akibat dari bencana yang menimpa agama tauhid yang diajarkan semua nabi sebelumnya inilah, Nabi Muhammad SAW diutus oleh Allah sebagai nabi terakhir unutk menyempurnakan dan memurnikan iman dan akhlak umat manusia yang telah dicemari oleh ajaran penyembah berhala. Kepercayaan dengan menyembah Allah dan oknum-oknum lain di samping Allah, dikembalikan utnuk hanya berserah diri kepada Allah SWT. Renungkanlah peringatan Allah berikut ini, semoga kita semua menjadi umat yang bertaqwa, mendapat ridha Allah, dan selamat dunia akhirat: "Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia. " (alIkhlas 112:1-4) "Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah AlMasih putera Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". (al­Maidah 5:72) "Sesungguhnya ka f irlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga (dalam Trinitas)" (al-Maidah 5:73) "Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam". (Ali Imran 3:19) "Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam i tu jad i agama bagimu". (al-Maidah 5:3) "Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) dari padanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi ". (Ali I m ran 3: 85 ) BAB XI SIMPULAN Dengan segala kerendahan hati, kami mengharap semoga tulisan ini menjadi bahan inspirasi bagi saudara-saudaraku muslim dalam upaya memurnikan iman serta mengikis berbagai keraguan yang datang menteror silih berganti. Melalui tulisan ini semoga muslim mengetahui, menyadari, dan menyakini seyakin-yakinnya bahwa Allah SWT tidak pernah mewahyukan Trinitas kepada semua Rasul yang diutus ke dunia ini, termasuk Nabi Isa (Yesus). Demikian pula Yesus dan murid-muridnya tidak pernah menyebut-nyebut, apalagi mengajarkan ajaran asing dan aneh ini. Paulus sendiri sebagai pendiri agama Kristen juga tidak pernah menyebut-nyebut dan mengajarkan Trinitas. Kalau masyarakat awam Kristen tetap berada dalam kegelapan dan ngotot mempertahankan Trinitas, harap maklum, karena menurut Robert Funk, meskipun para pastor, pendeta dan penginjil telah ditatar bahwa Yesus bukan Anggota Trinitas dan bukan Tuhan yang harus di sembah, namun mereka tidak punya nyali untuk menyampaikan kebenaran ini kepada jemaat karena takut di damprat. Dari tulisan ini jelas terlihat dari kacamata Islam adanya dua permasalahan yang dilahirkan oleh ajaran Trinitas yang dianut dari filsafat Yunani dan agama Mesi r. 1. Keteledoran yang disengaja oleh para pemimpin Gereja yang menobatkan Yesus sebagai Logos penyembah berhala, sehingga Yesus dengan serta-merta harus memikul berbagai gelar Logos yang tidak pernah beliau impikan. Tanpa sepengetahuan dan seizin beliau, para pemimpin Gereja langsung menyematkan gelar Tuhan, Juru Selamat, Anak Allah, Firman, Alfa dan Omega, perantara antara Tuhan dan Manusia dan puluhan gelar lainnya kepada Yesus. 2. Kecurangan para penulis Injil-injil dalam Alkitab yang menciptakan ucapan-ucapan palsu, kemudian menyuapnya kepada Yesus sehingga memberi kesan seakan-akan ucapan tersebut keluar dari mulut Yesus. Ayat-ayat ini di golongkan dalam "Ayat Asli Ucapan Palsu". Disamping itu para penyalin injil-injil dalam Alkitab tidak pula ketinggalan menciptakan ayat-ayat palsu yang diakui sebagai ucapan Yesus kemudian menyelipkannya ke dalam Injil yang baru mereka salin. Ayat-ayat ini tergolong dalam "Ayat Palsu Ucapan Palsu". Dengan demikian terdapat dua golongan ayat-ayat palsu dalam injil-injil di Alkitab. Pertama, "Ayat Asli Ucapan Palsu", dan kedua "Ayat Palsu Ucapan Palsu". Sementara hasil seminar Yesus selama 6 tahun yang diikuti 75 pakar Alkitab Internasional di Amerika Serikat menemukan bahwa "Ayat Asli Ucapan Asli", yang dianggap benar-benar ucapan Yesus hanya 18%. Anehnya, Ayat-ayat palsu yang diciptakan para penulis injil dan yang diselipkan para penyalin Injil, ternyata merupakan fondasi ajaran Kristen. Andaikata Trinitas tidak melibatkan Yesus (Nabi Isa), umat Islam tidak punya urusan untuk membahasnya. Namun umat islam menjadi berkepentingan dan terlibat dalam membahas Trinitas, karena para pemimpin Gereja mengatakan bahwa Yesus (Nabi Isa sebagai Rosul Islam), adalah Logos penyembah berhala, anggota Trinitas, dan bahwa Trinitas adalah ajaran yang diajarkan Yesus (Nabi Isa). Padahal Al-Qur'an sendiri telah menjelaskan bahwa mereka telah sesat dan curang sejak 15 abad yang lalu. Perhatikan, betapa mulianya pernyataan yang diajukan pakar Alkitab, John Davidson dalam bukunya The Gospel of Jesus yang di tujukan kepada umat Kristiani, terutama untuk diri nya sendiri : "Have we been misled for the last two thosand years?" (Apakah kita (umat Kristiani) telah tersesat selama dua ribu tahun?) Semoga Allah SWT senantiasa membimbing hambanya di jalan yang benar. Amin