Selasa, 21 Februari 2012

BUDAYA LEMBAGA PENDIDIKAN INTEGRAL HIDAYATULLAH MENURUT BUKU INDUK KONSEP PENDIDIKAN HIDAYATULLAH


BUDAYA LEMBAGA PENDIDIKAN INTEGRAL  HIDAYATULLAH

MENURUT BUKU INDUK
KONSEP PENDIDIKAN HIDAYATULLAH

            Sistem belajar seperti disebut di atas, akan diterapkan dalam kehidupan pesantren , dimana di dalamnya dikembangkan sistem nilai sebagai berikut:
1.       Berpegang Teguh Pada Nilai-nilai Tauhid
Siswa/siswa harus memiliki kesadaran sebagai hamba dari Al Khaliq, makhluk dari Sang Pencipta, dan posisi manusia yang dibekali akal  oleh Allah SWT, dilebihkan dari yang lain. Konskuensi dari kesadaran itu, setiap individu yang ada memiliki pemahaman bahwa setiap aktivitasnya diatur  oleh yang Maha Mengetahui, yaitu Allah SWT. Dari pemahaman ini diharapkan pula santri-santri yang dihasilkan memiliki landasan keimanan yang kuat yang dihasilkan/terlahir dari proses berpikir secara jernih dan mendalam.  Dengan budaya ini,  maka tindakan-tindakan harian/perilaku sehari-hari akan mencerminkan dan dilandasi nilai-nilai keimanan/tauhid  sebagai penampakan pemahaman wajibnya terikat pada  aturan Sang Pencipta.
2.       Ketaatan Yang Tinggi (budaya Sami’na wa atho’na)
Implikasi dari tingkat keimanan yang kuat dan keterikatan dengan syari’at Allah SWT adalah ketaatan yang tinggi. Baik ketaatan pada Allah SWT, seruan  Rasul-Nya, Ulil Amri yang menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya,  maupun ketaatan pada pimpinannya.  Ketaatan ini bisa dipahami sebagai wujud kepercayaan dan pengabdian seseorang kepada sesuatu yang di luar dirinya  sesuai dengan aturan-aturan  Allah SWT. Dalam prakteknya, konsep ketaatan ini akan terwujud dalam kehidupan sehari-hari siswa/siswa seperti ibadah, pakaian, tingkah laku, proses belajar mengajar, ujian, termasuk ketaatan pada pimpinan dan aturan-aturan pesantren.
3.       Ukhuwah Islamiyyah dan silaturrahim
Sifat khas dari kaum muslimin adalah tertanamnya semangat dan nilai-nilai ukhuwah Islamiyyah yang tinggi pada mereka. Nilai-nilai ini juga akan ditanamkan pada siswa i sebagai wujud proses penyadaran bahwa mereka adalah bagian dari kaum muslimin yang harus mengetahui apa itu Ukhuwah dan Ukhuwah Islamiyyah.
            Semangat Ukhuwah Islamiyyah muncul dalam sikap saling membantu dalam kebenaran dan taqwa dan tidak saling bantu dalam kejahatan dan dosa, serta saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.
4.       Kerja Keras (mujahadah dan sa’I)
Saswa/siswa diharapkan memiliki semangat untuk bekerja keras dan semangat pantang menyerah. Semangat ini perlu ditanamkan sejak dini sebagai upaya untuk mendidik para siswa/siswa agar mereka siap untuk mengadapi realitas/kenyataan hidup di masa depan, tantangan-tantangan, hambatan-hambatan, dan segala macam problema hidup yang akan ditemui. Semangat ini dilandasi dari sirah Rasul dimana Rasul sangat senang dan memuji para shahabat yang telapak tangannya keras sebagai wujud kerja  keras mereka. Jadi etos kerja harus menjiwai semangat hidup para santri.
5.       Belajar terus (budaya Iqro’)
Sebagai seorang muslim kewajiban yang tidak bisa ditinggalkan adalah mencari ilmu, baik ilmu yang termasuk fardhu ‘ain (tsaqofah Islam), maupun ilmu yang termasu fardhu kifayah (ilmu kehidupan). Yang pertama diperlukan seorang muslim agar menjadi orang yang kuat imannya dan tinggi keshalehannya.  Sedang ilmu yang kedua diperlukan untuk meraih kemajuan material bagi diri dan masyarakat dalam rangka pelaksanaan tugas kekhilafahan. Sikap kecintaan dan kegairahan menuntut ilmu  harus menjiwai setiap siswa.
Untuk itulah siswa harus memiliki konsep-konsep dasar keilmuan yang cukup sebagai pilar  rujukan dari masyarakat. Dalam hal keilmuan ini tentu tsaqofah Islam harus menjadi pemahaman yang lebih dari ilmu-ilmu yang lain. Artinya pemahaman tentang tsaqofah Islam dalam segala aspek akan menjadi modal yang sangat potensial dan cemerlang untuk proses interaksi dan perubahan tatanan masyarakat sesuai syari’at Islam.
6.       Perjuangan dan Pengorbanan (Jihad dan hijrah)
Yang  tidak pernah lepas dari para shahabat Rasul adalah semangat juang dan semangat tempur yang tinggi dalam membela Islam. Semangat juang ini juga akan menjadi semangat para santri/siswa dalam kehidupan sehari-hari.  Santri/siswa harus memilki kesadaran bahwa Islam memerlukan perjuangan, kerja keras dan pengorbanan.  Semangat untuk berjuang juga ditanamkan dari sisi bahwa mereka akan terjun dengan kehidupan nyata yang sangat keras, jahiliyah, dan brutal, untuk itu para santri/siswa ditanamkan untuk selalu memiliki semangat perjuangan yang tinggi dan pantang menyerah.

7.       Keikhlasan
Sebagai seorang muslim, sudah selayaknya seorang santri/siswa memiliki sifat-sifat yang mulia seperti yang pernah dicontohkan oleh Rasul SAW.  Salah satu sifat yang selalu dicontohkan oleh Rasul adalah sikap ikhlas.  Sikap ikhlas ini merupakan salah satu syarat supaya amal diterima oleh Allah SWT.
8.       Kejujuran (Shidiq)
Sifat dan karakteristik yang juga  harus dimiliki oleh santri adalah sifat jujur. Jujur bukan semata-mata norma yang berlaku di masyarakat, namun sikap jujur yang memang dilandasi oleh perintah syara’.  Sifat ini akan menanamkan image dan pandangan pada masyarakat bahwa santri/siswa yang dihasilkan memang orang-orang yang memiliki sifat-sifat yang sesuai dengan pandangan Islam.  Dari sikap ini akan muncul kepercayaan dari masyarakat, sikap simpati, dan kerjasama berlandaskan kejujuran sebagai salah satu landasan moril yang ada di masyarakat.
9.       Kemandirian dan Ulet
Siswa/santri dibekali dengan semangat dan tekad untuk memiliki kemandirian dalam hidupnya.  Artinya dalam menghadapi segala permasalahan hidup sangat ditekankan untuk bersikap dan berbuat semaksimal dan seoptimal mungkin dengan kekuatan dan sumberdaya sendiri.  Selama siswa/santri sendiri mampu mengatasi maka diprioritaskan untuk diselesaikan dengan sumberdayanya sendiri.  Sikap mandiri merupakan modal dasar bagi santrinya untuk sukses dalam berwirausaha apabila telah selesai masa pendidikan mereka.
10.   Keteladanan (Uswatun Hasanah)
Apabila telah berbaur dan menyatu dengan masyarakat, maka yang dibutuhkan adalah istiqomah dan suri teladan.  Begitu bagi para siswa/santri, sikap untuk selalu istiqomah berpegang teguh dengan aturan Allah, dan mengaplikasikan dalam perbuatan sehari-hari akan memberikan citra positif di masyarakat.
            Keteladan ini perlu ditanamkan pada para santri, karena mereka adalah unsur dari masyarakat yang notabene memiliki pemahaman Islam yang cukup, dan telah dididik untuk menjadi uswah bagi masyarakat.
11.   Kebersihan, Kerapihan, dan Keindahan 
Siswa/santri  sejak dini harus diberikan kesadaran dan pemahaman tentang kewajiban untuk memelihara kebersihan, menjaga kerapihan, dan mengatur lingkungannya agar selalu indah.  Karena dengan demikian maka ia akan mendapatkan pahala dari Allah SWT. di satu sisi, mendapat berkah sehat disisi lain, dan mendapat simpati masyarakat karena kebersihan dan kerapihannya.
12.   Kedisiplinan
Salah satu kunci keberhasilan Rasul dan para sahabat dalam membangun masyarakat Madinah adalah kedisiplinan Rasul mendidik para shahabat. Rasul memberikan suri tauladan dengan contoh akhlak-akhlak mulia berupa menepati janji, jujur dan tepat waktu.  Untuk itu santri/siswa sejak awal dididik untuk memiliki sifat disiplin yang tinggi, tepat waktu dan selalu berpegang teguh pada akad yang dibuat. Kedisiplinan akan membawa santri/siswa pada pekerjaan dan hasil yang optimal.  Secara manajerial dipahami bahwa kedisiplinan merupakan awal dari suatu keberhasilan.
13.   Inovatif dan Kreatif
Inovatif adalah suatu suatu daya upaya yang dilakukan untuk menemukan hal-hal baru yang sebelumnya belum ada.  Sedangkan kreatif adalah suatu upaya untuk mengembangkan sesuatu yang sudah ada menjadi sesuatu yang lain yang lebih baik. Sikap inovatif dan kreatif juga ditanamkan pada santri/siswa sejak dini, agar para santri/siswa mampu menciptakan karya baru, serta mampu mengembangkan teknologi yang ada agar memilki nilai yang lebih dari nilai sebelumnya.


0 komentar:

Posting Komentar